Waktu terus melaju dengan begitu cepatnya. Oikawa selalu datang menjenguk Kageyama kerumah sakit, setiap beberapa hari sekali. Tentunya, usai melalui latihan-latihan yang amat melelahkan.
Kali ini, semua aktivitas yang dilakukan oleh Oikawa terasa ringan. Ia tak terbebani sedikitpun.
Hubungannya dengan Iwaizumi sudah membaik seutuhnya, dan Oikawa juga begitu bersemangat untuk terus menghibur Kageyama. Yang Oikawa sendiri sudah paham, kalau adik kelasnya itu sudah kehilangan harapan hidup.
Ia tidak tahu, kapan Kageyama akan pergi meninggalkannya. Untuk itu Oikawa tak ingin ada moment yang terlewatkan. Ia ingin mengisi sisa hari Kageyama dengan banyak kenangan indah.
"Iwa-Chan, sedih deh..." Oikawa berjongkok dihadapan jajaran susu didalam kemasan karton yang tersusun rapi pada rak.
Iya, Oikawa dan Iwaizumi tengah berada didalam minimarket sekarang.
"Lanjutin aja sedihnya disini." Iwaizumi baru saja mengambil beberapa buah apel yang ada didalam lemari pendingin. "... Jangan tunjukin muka kusut Lo didepan Kageyama." Sambungnya kemudian.
Jemari Oikawa kini bertengger pada salah satu karton susu disana. Ia memang memikirkan Kageyama, tapi bukan berarti kesedihannya kali ini berasal karena ia memikirkan Kageyama.
Iwaizumi keliru.
"Gue sedih gegara elo ngundurin diri, Iwa..." Iwaizumi tertegun mendengar apa yang keluar dari bibir Oikawa. Sementara yang ia tatap masih sibuk mengambil beberapa karton susu dengan ukuran besar kedalam keranjang belanja. "... Kalo gue tantrum pas dilapangan gimana?" Lanjut Oikawa yang kali ini sudah berdiri. Ia tampak keberatan menjinjing keranjang itu. Sekarang kedua tangannya penuh, ia gunakan untuk mengangkat barang belanjaannya.
"Tantrum? Lo bukan balita, bego!" Begitu Iwaizumi selesai meletakkan belanjaannya dimeja kasir, ia langsung menepuk keras lengan Oikawa.
"Aww---" rengek Oikawa yang langsung memajukan bibirnya. Padahal ia benar-benar Khawatir apabila amarahnya meletup ketika pertandingan berlangsung.
Iwaizumi, mengundurkan diri dari ekstrakurikuler volly. Katanya, ia hanya ingin menjadi penonton. Kemudian melihat Oikawa berhasil menjadi seorang setter, atau pengumpan bola yang paling berbakat dan handal.
"Masadepan yang kita pilih berbeda, Oikawa." Iwaizumi masih berdiri disana. Barang belanjaannya sudah ia bayar, dan sekarang- ia disana sembari menunggu belanjaan Oikawa selesai di scan oleh petugas kasir. "... Lo mau jadi Atlet Volly, kalau gue mau jadi karyawan kantor biasa aja. Jadi, pas lulus SMA gue berkeinginan untuk kuliah."
Mereka berdua kemudian berjalan keluar dari minimarket. Tentunya, belanjaan Oikawa lebih berat jadi Iwaizumi mau tak mau harus membantunya.
"Hemmm..." Dehem Oikawa begitu panjang. Ia memimpin jalan didepan Iwaizumi, sembari bersenandung sesekali. "... Gapapa, kita tetep sahabat meskipun tujuan hidup kita beda." Seru Oikawa masih melanjutkan langkahnya.
Iwaizumi sedikit tersenyum, hanya punggung Oikawa yang sedaritadi ia lihat. Sebenarnya, Iwaizumi masih ditarik ulur oleh perasaannya sendiri. Ia selalu menimbang-nimbang, apakah baik-baik saja membiarkan Oikawa seorang diri.
"WOI--!" Iwaizumi mengulurkan tangannya secepat mungkin. Terlambat sedikit saja, mungkin Oikawa sudah disambar oleh sebuah minibus ketika hendak menyebrang.
Si bodoh itu malah mematung kebingungan, usai mendapatkan klakson kencang dari minibus yang hampir menyerempetnya.
Oikawa segera menoleh, lalu mendapati raut wajah Iwaizumi. Dimana ada perasaan kesal dan Khawatir yang bercampur menjadi satu.
![](https://img.wattpad.com/cover/267276655-288-k277795.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unconditionally - OikKage [ END ] ✓
Non-FictionAh, aku sangat bersyukur karena hari itu akhirnya aku menerima permintaan Tobio untuk menjadi teman sekaligus melatihnya volly. Walau saat itu aku membuatnya terikat dengan syarat" yang sedikit kekanakan. Chara : Oikawa Tooru Kageyama To...