EPILOG

762 79 21
                                    

"Kak Iwaa!!"

"Kakak!"

"Selamat siang, Kak Iwaizumi!"

Baru saja keluar dari ruang ganti pakaian, Iwaizumi sudah diserbu oleh murid-murid sekolah dasar tempatnya mengajar.

"Wohh! Halo semuanya... Siap latihan hari ini?" Sapa Iwaizumi yang langsung menggiring anak-anak itu kembali ke area lapangan.

Karena masih tergolong usia muda, anak-anak itu lebih nyaman memanggil Iwaizumi dengan sebutan Kakak.

"Kakak, kok kemarin nggak datang?" Tanya salah seorang anak yang langsung menggandeng tangan Iwaizumi.

"Oh, iya... Kemarin kakak ada urusan. Maaf ya, lupa kasih tau ke kalian." Jelas Iwaizumi pada anak-anak itu. Matanya sempat menyorot seorang wanita yang berdiri di ambang pintu gedung olahraga.

"Wah, itu Kak... Yang itu!" Tunjuk salah satu murid kepada sepasang anak yang baru saja memasuki gedung olahraga.

Baru melihat sekali, tapi Iwaizumi langsung familiar dengan wajah kedua anak itu.

Mirip seperti orang yang sangat ia kenal.

"Anak-anak... Kalian baris absen sama pak guru disana, ya... Kakak mau nanya keperluan ibu yang baru datang itu." Perintah Iwaizumi langsung dituruti oleh anak-anak yang semula bergerombol didekatnya. Mereka semua kini berlari, menuju guru pembimbing yang sudah memegang buku absen.

Iwaizumi melangkah, kemudian menemui wanita yang menyambutnya dengan sebuah senyuman.

"Maaf, ada keperluan apa, ya?" Tanya Iwaizumi.

"Ah, Saya Kaokawa Sakura. Anak tertua saya baru pindah di sekolah ini kemarin, dan dia ingin belajar bermain volly. Karena kemarin anda tidak ditempat, jadi saya datang lagi untuk menyapa." Kata wanita itu, yang rupanya merupakan ibu dari dua anak yang bersembunyi dibelakangnya.

"Wahh... Saya Iwaizumi Hajime, pelatih volly disini. Senang bertemu dengan anda." Iwaizumi menjabat tangan, dan Kaokawa menerimanya dengan senang hati.

"Baik, Pelatih Iwaizumi... Saya masih harus kembali ke kantor, jadi saya titip putra tertua saya disini, ya..." Kata Kaokawa yang langsung menggandeng putranya yang paling muda. Hanya saja, ia langsung menangis- seolah enggan untuk berpisah dengan kakaknya.

"Wleee~~ cengeng!" Ledek sang kakak.

"Adik kecil, mau lihat kakak disini? Tapi janji, nggak boleh nakal ya?" Iwaizumi mengulurkan tangan kepada anak itu, dan tangannya langsung diterima dengan senang hati.

"Aduh, Pak pelatih. Apa nggak ngerepotin?" Kaokawa tampak tidak enak hati. Ia keheranan karena kedua anaknya langsung menempel pada Iwaizumi.

"Tidak masalah. Anda bisa jemput mereka setelah jam latihan selesai." Iwaizumi tersenyum lebar. "... Lagipula, saya suka anak-anak." Serunya lagi.

Kaokawa sumringah. Ia membungkuk beberapakali sebagai ucapan terimakasih.

"Tooru, Tobio... Mamah pamit dulu, ya... Kalian harus janji, gak boleh nakal disini." Kaokawa mengecup anak-anaknya, kemudian pamit dari dalam gedung olahraga.

Setelah Kaokawa pergi, Iwaizumi segera berjongkok dihadapan kedua anak itu. Ia ingin memastikan kalau tadi tak salah mendengar ketika Kaokawa menyebutkan nama mereka.

"Ayok, sekarang kasih tau kakak. Siapa nama kalian?" Seru Iwaizumi.

"Kan tadi udah dikasih tau sama mamah. Kakak masih muda kok budek?" Celetuk Tooru yang kemudian menjulurkan lidahnya. "... Eh, udah tua deh... Hihihi." Ledeknya lagi.

Iwaizumi hanya bisa tersenyum, meskipun sebenarnya ia jengkel dan ingin memukul anak itu.

"Ngeselin banget ini bocah, kayak Oikawa." Batin Iwaizumi. Dari namanya, caranya bicara, bahkan tingkahnya yang konyol itu persis seperti Oikawa.

"Kak.. aku mau susu..." Kata sang adik, yang mulai menarik-narik kaos Tooru.

"Tobio-chan, rewel ih! Siapa suruh ikut kakak disini, wlee... Kalo mau susu, harusnya tadi Tobio ikut mamah aja." Tooru mengomel, dan hal itu membuat mata Tobio berkaca-kaca.

"Nahlo, nangis kan..." Iwaizumi balik meledek Oikawa. "... Hayolo... Haloyo..." Gertak Iwaizumi lagi.

"Aah, Tobio-chan... Kakak ini katanya mau ajak kamu beli susu kotak, loh!" Tak kehabisan akal, Tooru malah menjadikan Iwaizumi sebagai alasan agar Tobio berhenti menangis.

Niat membuat Tooru panik, tapi Iwaizumi malah terkena serang balik dari bocah itu.

"Uwaaa, ayo kak! Beli susu kotak!" Sorak Tobio dengan riang. Ia langsung menarik-narik lengan baju Iwaizumi.

Tooru terkekeh. Ia berhasil membalas Iwaizumi karena meledeknya.

"Muehehehe, rasain itu Iwa-Chan!!" Sorak Tooru. Ia meninggalkan Iwaizumi bersama Kageyama, dan melangkah menuju teman-temannya yang sedang melakukan absen disana.

Iwaizumi masih disana, dan sekilas- ia melihat ada sosok Oikawa ketika Tooru  berlari menjauh darinya. Punggung itu, persis seperti Oikawa.

"Kak, ayo beli susu kotak." Pinta Tobio semakin tak sabar.

"Iya, ayok!" Yang satu ini juga tak kalah miripnya dengan Kageyama.

Entah mereka berdua benar-benar Oikawa dan Kageyama atau bukan. Yang jelas Iwaizumi bersyukur karena bertemu kembali dengan anak-anak yang persis dengan mereka berdua.

Keinginan Kageyama untuk menjadi adik dari Oikawa, akhirnya terwujud. Begitupun dengan Iwaizumi, yang masih bisa melihat keduanya tumbuh berkembang bersama-sama.

Mereka kembali sebagai Kaokawa Tooru, dan Kaokawa Tobio.

××××× END ×××××

Unconditionally - OikKage [ END ]  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang