Hampir satu harian penuh Iwaizumi menemani keseharian Kageyama dirumah sakit. Dokter memeriksa keadaan tubuh Kageyama sebanyak dua kali sehari. Iwaizumi juga sempat bertatap muka dengan kedua orangtua Kageyama.
Mereka senang, karena Iwaizumi mau menemani Kageyama disela-sela kesibukan mereka.
Kageyama memang kesepian, tapi orangtuanya tak memiliki pilihan lain. Mereka harus tetap bekerja keras agar pengobatan Kageyama tak terhalang oleh biaya.
Iwaizumi memandang bahwa mereka berdua adalah sosok orangtua yang hebat, dan Kageyama adalah orang yang sangat beruntung karena memiliki keluarga seperti mereka dua.
"Eh, menang...?" Iwaizumi ternganga. Tak sangka, begitu menoleh- Kageyama juga ikut memandangnya.
Mereka berdua berkedip beberapakali, kemudian bersorak dengan gembiranya.
"Huaaaa!! Menang, Kak! Menang!" Ia menunjuk-nunjuk sosok Oikawa yang sempat terekam oleh kamera. Seperti biasa, masih dengan gayanya yang amat narsis itu.
"Gue seneng banget, gila!!!" Sorak Iwaizumi dengan amat senang. Pikirnya, mereka berdua akan lebih lama memberikan puji-pujian untuk Oikawa.
Tapi ternyata, Kageyama langsung terdiam sembari mencengkram kuat dada kirinya.
"Kageyama...?" Iwaizumi merangkul Kageyama, lalu sedikit mengguncang tubuhnya.
"Kageyama... Oy, Kageyama..." Panggil Iwaizumi lagi, sebab Kageyama belum juga menjawabnya.
"Kak... Iwaizumi..." Kageyama membuka mulutnya, dan darah langsung menetes dari sana. Jatuh, mengotori selimut yang ia kenakan.
"Astaga?!" Kepanikan Iwaizumi semakin tak terkendali. Ia segera menekan-nekan bel berkali-kali, dengan harapan kalau para dokter dan perawat segera datang.
"Gue... Pergi... Ya?" Kageyama masih saja memaksakan diri untuk bicara.
"Gak! Gak! Gue harus bilang apa sama Oikawa nanti?!" Bingung harus berbuat apa, Iwaizumi malah mencengram kuat rambutnya sendiri. "... Lo, Kageyama... Tunggu disini!" Pinta Iwaizumi yang kala itu langsung melesat keluar.
Pelan-pelan, Kageyama menyandarkan kepalanya di bantal. Matanya masih menyorot televisi, meskipun ia tak dapat lagi melihatnya dengan jelas.
"Sebagai ketua, saya sangat bangga memiliki tim sekompak ini. Saya gak akan pernah bisa menang tanpa mereka." Itu suara Oikawa, dan itulah yang ia katakan ketika diwawancarai oleh para wartawan.
"dan juga, kami persembahkan kemenangan ini untuk anggota tim kami yang terbaring dirumah sakit. Kageyama Tobio." Saat mendengar namanya disebut, Kageyama lantas tersenyum senang.
Peluh mulai membasahi hampir seluruh tubuh Kageyama. Tangannya yang gemetar hebat, ia paksa angkat dan tumpuk diatas dada.
Perjuangannya melawan penyakit sudah cukup panjang. Kageyama sangat puas dengan semangat hidupnya yang sebenarnya naik turun tak karu-karuan.
Dengan sepasang matanya, Kageyama menyaksikan sendiri kemenangan dari seorang Oikawa Tooru.
Mungkin, inilah tujuan Kageyama bertahan.
Ia menunggu.
Menunggu seorang Oikawa Tooru selesai, dan mencapai apa yang ia impi-impikan.
Padahal pertemuan mereka belum sampai satu tahun. Tapi sosok Oikawa begitu berarti didalam hidup Kageyama.
Seolah, Oikawa adalah alasan Kageyama agar tetap hidup.
Kageyama menarik napas amat panjang. Matanya pelan-pelan tertutup, bersamaan dengan hembusan nafasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unconditionally - OikKage [ END ] ✓
SaggisticaAh, aku sangat bersyukur karena hari itu akhirnya aku menerima permintaan Tobio untuk menjadi teman sekaligus melatihnya volly. Walau saat itu aku membuatnya terikat dengan syarat" yang sedikit kekanakan. Chara : Oikawa Tooru Kageyama To...