Jaemin melajukan mobilnya secepat yang dia mampu ke pantai. Dia segera keluar dari mobil dan mencari-cari keberadaan Minjeong.
Semoga instingnya tidak salah, karena Minjeong sendiri yang memberitahunya tentang ini. Tentang tempat rahasianya.
Tapi menurut Jaemin, Minjeong agaknya lumayan gila karena benar-benar nekat pergi ke pantai di hari yang sudah gelap.
Oh, tidak terlalu gelap rupanya. Ada banyak lampu penerangan di sana-sini, dan juga beberapa pasang manusia yang masih mendudukkan diri di pantai. Entah sedang apa mereka semua.
Jaemin diam, matanya terasa panas begitu ia melihat sosok gadis bersurai sebahu yang selalu jadi pusat perhatiannya belakangan ini. Jaemin menemukannya. Minjeong sedang duduk sendirian seperti waktu itu, jaraknya agak jauh dari orang-orang lainnya.
Sial, Jaemin takut sekali kalau Minjeong sampai berbuat sesuatu yang membahayakan dirinya sendiri.
Jaemin langsung berlari dan meneriakkan nama Minjeong berulang kali.
"Minjeong!"
"Minjeong!"
Minjeong yang sedang melamun seorang diri membalikkan tubuh. Dia mendengar ada sayup-sayup suara yang memanggil namanya. Betapa terkejutnya dia saat melihat seseorang yang begitu familiar sedang berlari ke arahnya. Minjeong dengan cepat berdiri.
"Kak Jaem-"
Belum sempat Minjeong menyelesaikan kalimatnya, Jaemin sudah lebih dulu memeluk Minjeong erat-erat.
Minjeong merasakan jantungnya berhenti berdetak untuk sesaat. Dia tidak pernah membayangkan sebelumnya akan dipeluk oleh seseorang yang akhir-akhir ini selalu membuat perasaannya tidak menentu.
Wangi aroma tubuh Jaemin menusuk hidung Minjeong. Gadis itu tidak bisa bergerak sama sekali sekarang, terlebih karena Jaemin yang sepertinya sedang menangis dalam pelukannya.
"Kak Jaemin kenapa?"
Jaemin melepaskan tangannya dari tubuh Minjeong. "Kamu sendiri sedang apa di sini? Ini sudah malam, Minjeong!"
"A-aku..."
Jaemin meraih pundak Minjeong, berusaha menenangkan gadis itu yang bahunya nampak bergetar.
"Tadi ibumu mencarimu ke toko buku. Aku panik sekali."
Minjeong terperanjat. "Benarkah? Ah, aku minta maaf, kak. Apa ibuku memarahimu?"
Jaemin menggeleng. "Kenapa kamu minta maaf?"
Minjeong menunduk sedih. "Aku tidak mau ibuku menyakitimu."
Jemari Jaemin merambat naik ke wajah Minjeong, lalu mengelus pipinya pelan. "Kamu justru yang menyakitiku sekarang ini. Kamu kabur begini, semua orang di toko buku khawatir. Aku khawatir. Aku sangat khawatir. Bagaimana kalau Ningning tidak tahu kamu menghilang dan kesulitan menjelaskan ke ibumu?"
Minjeong tertegun mendengarkan Jaemin yang bicara panjang lebar. Perlahan, Minjeong menunjukkan ponsel yang sedari tadi ada di dalam genggamannya.
"Aku sudah menelepon Ningning seperti biasa."
Jaemin melepaskan tangannya pada wajah Minjeong. Sekali lagi, Jaemin merasa lega karena Minjeong tidak kabur tanpa persiapan.
"Bagaimana denganku? Kenapa kamu tidak mengangkat teleponku?"
"Aku sedang bicara dengan Ningning tadi. Aku juga tidak tahu kalau kak Jaemin akan ke sini."
Pelan tapi pasti, Jaemin menggerakkan tangannya lagi. Kali ini dia berusaha meraih tangan Minjeong. Ingin menggenggamnya. Sayang, Minjeong justru menepisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melt My Cold Heart • Jaemin x Winter ✅
Fanfiction[Complete] Your dazzling smile melts the cold heart of mine. Jaeminjeong fanfiction (Hanya cerita random) [Vote dan Comment sangat berarti untuk penulis] Storyline©starsinbottle, 2022 Started : 12 September 2022 Finished : 12 October 2022