Minjeong masih ingat saat dimana dia bersedih ketika kehilangan Jaemin. Matanya sembab, pikirannya kosong. Hubungannya tidak bisa lagi tertolong.
Jaemin adalah orang pertama yang memperkenalkan Minjeong pada cinta, yang membuat Minjeong lupa akan semua penderitaan yang pernah ada di hidupnya. Orang pertama yang Minjeong sayangi. Tapi kini Jaemin juga satu-satunya yang menyakiti hati Minjeong paling dalam.
Tapi ini sulit untuknya. Selain sulit untuk menerima bahwa hubungannya dengan Jaemin berakhir dengan begitu mudahnya, dia juga sulit menerima fakta bahwa sebenarnya dirinya terluka.
Minjeong kira dia dendam pada Jaemin. Tapi setelah sadar, ternyata mau semarah apapun dia pada Jaemin yang menghilang begitu saja dari hidupnya, Minjeong tidak pernah bisa membencinya.
Minjeong tidak pernah membenci Jaemin sama sekali, karena Minjeong tahu penyebab Jaemin berbuat seperti ini adalah ibunya.
Di pemakaman neneknya, Minjeong tetap menangis. Kak Yeri yang saat itu datang bersama kak Mark memeluknya erat, mungkin karena mereka pikir Minjeong sedih karena kehilangan keluarganya.
Baiklah, mungkin ini agak terdengar sedikit kurang ajar. Tapi Minjeong tidak pernah dekat dengan neneknya, jadi dia tidak menangis karena kabar duka ini sama sekali. Dia hanya sedang menangis karena menahan marah. Minjeong marah karena ibunya benar-benar berusaha menghancurkan segala yang dia punya.
Tapi yang membuat Minjeong lebih marah adalah karena dia tidak bisa memarahi ibunya sama sekali. Tidak bisa adu mulut seperti sebelumnya. Minjeong hanya bisa menatap kosong ke arah ibunya yang benar-benar tertunduk dalam, sedang berduka.
Betapa tidak sopannya Minjeong jika dia memaki ibunya sekarang. Di saat wajahnya yang lelah berlinang air mata karena orang tua tercintanya telah tiada, dan di saat dia baru saja melayangkan gugatan cerai untuk suaminya.
Padahal sejauh yang Minjeong tahu, wanita keras kepala itu sangat mencintai suaminya. Tapi sekarang dia benar-benar tegar karena berani membuat keputusan besar.
Minjeong mendengus pelan. Dia jadi tidak tahu harus bersedih untuk alasan apa, karena banyak kesedihan yang datang di keluarganya.
Semuanya sudah berbeda sekarang, mau dari sisi manapun Minjeong melihatnya. Bahkan toko buku di depan rumah yang biasanya selalu kelihatan cantik, sekarang sudah selayaknya rumah hantu yang paling ingin Minjeong hindari.
Jaemin, entah di mana dia sekarang. Bahkan setelah berbulan-bulan berlalu, masih tidak ada kabar darinya. Minjeong bisa saja menghubungi Jaemin lagi, tapi laki-laki menyebalkan itu sudah mengganti nomornya.
Sebetulnya Minjeong bisa saja menunggu Jaemin pulang kuliah, lagipula kampusnya juga dekat. Tapi lagi-lagi semuanya serba sulit. Kak Yeri bilang padanya bahwa sejak pergantian semester, Jaemin tidak pernah satu kelas lagi dengannya. Mereka sudah jarang sekali bertemu.
Minjeong hanya bisa berpikir bahwa mungkin Jaemin sudah tidak menginginkannya lagi, agar dia tidak berakhir menyedihkan dan mendial nomor si pemilik toko buku itu sama sekali.
Lagipula Jaemin pasti menyimpan luka yang lebih besar karena ibunya. Wajar jika dia menghindar dari Minjeong begini.
Sekarang toko buku dikelola kak Mark sampai manajer operasional yang baru direkrut oleh perusahaan.
Minjeong, meski ragu-ragu, bersedia masuk ke toko buku lagi atas permintaan kak Mark. Kakak sepupunya itu bilang bahwa dia akan segera mengubah dekorasi toko buku, sehingga Minjeong tidak perlu teringat tentang Jaemin lagi.
Agar Minjeong bisa merasa nyaman untuk masuk ke sana seperti sebelum bertemu Jaemin.
Lagipula, Minjeong juga dibuat gemas oleh kak Mark dan kak Yeri yang ternyata berpacaran. Mereka berdua sering pacaran di toko buku. Minjeong senang sekali karena kakak favoritnya benar-benar jadi bagian dari keluarganya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melt My Cold Heart • Jaemin x Winter ✅
Fanfiction[Complete] Your dazzling smile melts the cold heart of mine. Jaeminjeong fanfiction (Hanya cerita random) [Vote dan Comment sangat berarti untuk penulis] Storyline©starsinbottle, 2022 Started : 12 September 2022 Finished : 12 October 2022