🧀 Shocking Me 🧀

367 70 0
                                    

Jaemin sedang duduk seorang diri di teras rumahnya sembari bersiap memainkan gitar. Ada banyak sekali lagu dalam kepalanya yang terpikirkan untuk dia nyanyikan, yang tentu saja sesuai dengan apa yang dia rasakan saat ini.

Tapi ketika baru memetik senar gitar beberap kali, Jaemin menyadari ada seseorang yang berjalan mendekat ke arahnya. Hampir saja dia berjingkat karena dia kira ibu Minjeong datang lagi, tapi rupanya kakak sepupu Minjeong yang berdiri di hadapannya.

Mark berjalan mendekat dan duduk di kursi di samping Jaemin meski tidak diminta.

Jaemin mau tidak mau meletakkan gitarnya.

"Ada apa ke sini, kak? Ada yang perlu kita bicarakan lagi? Tentang toko buku?"

Mark menggeleng. "Aku baru saja mampir ke toko buku dan berniat pulang. Tapi aku mendengar suara gitarmu."

Jaemin mengerutkan dahi. "Lalu?"

Mark menatap kosong tembok pembatas di hadapannya. "Aku sudah dengar tentangmu dan Minjeong."

Jaemin menoleh ke arah Mark dengan cepat begitu mendengar nama Minjeong disebut. "Minjeong memberitahumu?"

"Kuharap memang Minjeong yang memberitahuku. Tapi nampaknya dia baik-baik saja dengan nilainya, bukan?"

Jaemin hanya terdiam mendengarkan.

"Sayangnya, ibu Minjeong lah yang memberitahuku. Aku jadi tertarik untuk mencari tahu akar masalah ini. Apa yang sebenarnya terjadi di sini membuatku penasaran."

Jaemin berdeham sebentar. "Apakah kak Mark juga berpikir kalau aku seharusnya menjauh dari Minjeong?"

Mark menatap Jaemin dan menimbang-nimbang. "Minjeong adalah adik sepupuku, sudah menjadi kewajibanku untuk menjaganya, terutama dari orang yang berusaha menyakitinya."

Sayang sekali Mark justru berpikir bahwa ibu Minjeong lah satu-satunya orang yang menyakiti gadis itu saat ini.

Tapi jika berpikir dari sudut pandang orang dewasa, Mark percaya bahwa ibu Minjeong punya alasan sendiri saat melakukan semua ini. Alasan itulah yang tidak Mark mengerti hingga hari ini.

"Dan kamu... hanya karena kamu anak dari bosku, aku tidak akan mengistimewakanmu. Kalau kamu menyakiti Minjeong, aku tidak akan tinggal diam."

Jaemin semakin membisu dibuatnya.

"Jadi, berjanjilah padaku kamu tidak akan pernah melakukannya. Oke? Dengan begitu, aku tidak akan menghalangi perasaan kalian."

Mark juga tidak perlu berusaha untuk mematuhi perintah ibu Minjeong lagi untuk mengawasi hubungan Minjeong dan Jaemin.

Mendengar Minjeong yang justru tertawa-tawa bahagia di saat nilainya turun membuat Mark sedikit banyak lega. Rupanya Jaemin punya pemikiran yang sama sepertinya tentang betapa tidak sehatnya kebiasan belajar Minjeong.

Tapi sepertinya permintaan Jaemin untuk membuat Minjeong berhenti menjadi terlalu ambisius jauh lebih membuahkan hasil daripada saat Mark yang memintanya.

Dasar perempuan.

Mark jadi ingin menitikkan air matanya. Gadis kecil yang dulu sering dia gendong dan ajak main sekarang sudah tumbuh dewasa sekarang.

"Kupikir kak Mark ke sini untuk memintaku menjauh dari Minjeong juga." Jaemin merasa bingung untuk sesaat.

Entah mengapa kalimat Mark sepertinya tidak menunjukkan penolakan atas hubungannya dan Minjeong sama sekali.

Mark mengendikkan bahu. "Untuk apa aku melakukannya? Kalian kan sudah besar, pasti sudah bisa mengatasi masalah kalian sendiri. Sudah ya, aku pulang dulu."

Melt My Cold Heart • Jaemin x Winter ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang