Sembilan

271K 12.4K 94
                                    

Kana membuka matanya perlahan, tahu kalau sekarang sudah pagi. Kana merasakan tubuhnya pegal semua lalu ingatan akan kejadian semalam masuk lagi ke otaknya. Dengan perlahan ia menoleh ke sampingnya, Kana menghembuskan nafas lega ketika melihat Emir masih ada disampingnya, tidur dengan lelap. Berarti semalam bukan mimpi ! Mereka memang menghabiskan malam bersama, dan kemajuannya, Emir tidak harus melarikan diri lagi darinya.

Kana teringat semalam Emir menyentuh setiap inchi bagian tubuhnya, juga ketika Emir bergerak perlahan-lahan takut menindih perutnya terlalu kuat. Wajah Kana bersemu merah, Kana meraih dressnya semalam yang tergeletak di lantai dan dengan cepat memakainya. Sekerang sudah jam enam pagi, dengan cepat Kana mandi dan berganti pakaian. Emir masih tidur dengan lelap, Kana harus membangunkannya karena sebelum tidur Emir sempat memberi pesan untuk membangunkannya karena penerbangannya jam sepuluh pagi.

Emir tidur terlentang dengan satu tangan diangkat diatas kepala. Kana membiarkan untuk mengamatinya sesaat. Kulit Emir putih layaknya lelaki blasteran lainnya, hanya saja tidak lebih putih dari dirinya. Tubuhnya lumayan bugar, tegap, kuat dan berotot. Menurut yang pernah ia baca, Emir memang rutin melakukan fitnes, renang dan berkuda. Kana mengguncang lembut badan Emir, Emir mengeliat dan membuka matanya.

Wajahnya cemberut ketika melihat Kana.

"Jam berapa sekarang ?", tanyanya ketus.

Kana jadi bertanya-tanya, apa yang begitu sering membuat suaminya kesal dengan dirinya, padahal baru semalam ia bersikap sangat lembut.

"Hampir jam tujuh, tidak terlambat kan ?", tanya Kana sambil membuka tirai kamar.

Emir menggeleng lalu duduk di kepala ranjang, selimutnya hanya menutupi pinggang ke bawah.

"Sudah sarapan ?", tanyanya.

Kana menggeleng, "Aku pikir kita bisa sarapan bersama-sama ?". Kana menggeser pintu lemari dan masuk ke dalamnya lalu berteriak, "Mau memakai baju apa pergi nanti ?"

Agak lama Emir menjawab sebelum akhirnya, "Kaos biasa saja, ada jaket kulitku disana, aku mau memakainya dan jeans."

Kana mempersiapkan semuanya, sengaja agak ia lama-lamakan, ia tidak sanggup memandang Emir tanpa teringat kejadian semalam.

"Mau aku siapkan air hangat ?", tanya Kana sambil keluar dari lemari dengan tumpukan baju ditangannya.

Emir menggeleng lalu bangun sambil membungkus badannya dengan selimut, "Tidak perlu, aku mau mandi air dingin. Kalau tidak keberatan, tolong cari Ibu Harti dan bilang aku ingin sarapan di kamar."

"Ok, nanti biar aku yang siapkan."

"Ibu Harti Kana, bukan kamu ! Kamu cukup mengawasi saja, kamu aku izinkan untuk memenuhi kebutuhanku hanya sebatas di kamar ini, kalau diluar, biarkan pembantu yang bekerja.", ucapnya tajam.

Wajah Kana bersemu merah mendengar makna ganda dari ucapan Emir barusan, tanpa pikir panjang ia langsung keluar kamar dan mencari Ibu Harti sementara Emir masuk ke kamar mandi.

Kana hanya mengawasi sementara dua gadis yang ia ketahui bernama Inah dan Rita mempersiapkan sarapan untuk mereka di meja kecil di depan jendela kamar. Semetara Ibu Harti merapikan tempat tidurnya. Sprei yang berantakan dan kusut mengisaratkan kejadian semalam, wajah Kana memerah ketika Ibu Harti menatapnya penuh arti sambil mengulum senyumnya.

"Sudah selesai nak, ada lagi ?", tanya wanita itu.

Kana menggeleng, "Tidak ada bu, terima kasih."

Setelah semua orang keluar, Emir keluar dari kamar mandi. Kana bertanya-tanya apa mungkin Emir memang menunggu kamar sepi lagi baru dia keluar dari kamar mandi. Emir meraih pakaiannya dan memakainya tanpa rasa canggung. Dengan bijak Kana menatap keluar jendela sampai Emir selesai berpakaian.

LOVE IS A MIRACLE ( MIRACLE SERIES #1) ( TELAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang