Dua Puluh Dua

253K 11.1K 83
                                    

       "Ibu Hartiii...", Kana memanggil asisten rumah tangganya ketika ia baru selesai mandi dan memutuskan untuk keluar kamar karena sudah waktunya makan malam. Tetapi ia tidak menemukan siapapun di bawah sini, kecemasan sudah mulai menghampiri Kana ketika akhirnya ia melihat suaminya sedang sibuk di dapur, sendirian. Emir mengenakan kaos playboy berwarna putih dan celana jeans lusuh berwarna abu-abu, pakaian khas rumahan.

       "Em ?", panggil Kana ragu.

       Emir menoleh ke arahnya dan tersenyum sumringah. Ia menghampiri Kana yang mematung di pintu dapur dan mengajaknya untuk duduk di kursi tempat ART mereka biasa makan dan bergosip.

       "Kemana yang lain ? Mengapa sudah sepi ?", tanyanya heran.

       "Mereka semua aku liburkan.", jawab Emir enteng.

       "Apa ? Dalam rangka apa ?"

       Emir mengangkat bahu tak acuh, "Kurasa aku hanya ingin berduaan denganmu selagi aku libur hari ini."

       Kana memutar bola matanya, sebal, "Seakan-akan kita tidak pernah berduaan sebelumnya."

       Suaminya menyengir jahil, "Kamu sungguh tidak romantis.", Emir menyentuh hidung Kana dengan hidungnya.

       Kana bertanya-tanya apakah mungkin ini benar-benar Emir ? Jangan-jangan ini adalah jin yang menyerupai Emir ? Seperti bukan Emir biasanya karena Emir yang ini sungguh ceria dan bersikap aneh.

       "Ini sungguh Emir ?", Kana mendelik curiga.

       Emir menatapnya tidak percaya lalu mengeluarkan raut wajah tersinggung, "Memangnya aku siapa ?"

       Kana berusaha menyegarkan pikirannya, "Maaf maaf, hanya saja kamu agak aneh malam ini. Selama beberapa bulan kita menikah, baru kali ini mereka kamu liburkan secara bersamaan dan apa tadi kamu bilang, ingin berduaan saja ?"

       Emir mendengus kesal, "Seharusnya aku tidak perlu repot-repot ingin berduaan dengan wanita yang tidak romantis sama sekali !"

       Kana hampir tertawa melihat Emir merajuk seperti itu, astaga ini sungguh bukan Emir yang biasa ia kenal. "Baiklah, sungguh ide cemerlang malam ini Em. Terima kasih."

       "Mengapa aku sepertinya mendengar nada sarkastis di dalam kalimatmu itu ?"

       "Hmmm, mengapa kamu jadi tersinggung. Hal wajar kalau aku bingung kan ?"

       Emir tampak berpikir sebentar lalu senyum anehnya kembali lagi, "Ah betul maafkan aku. Jadi apa kamu menganggap ideku bagus ?"

       "Ya ya ya bagus bagus.", meski masih agak bingung tapi Kana terpaksa menyetujuinya.

       "Kamu ingin makan ?"

       "Memangnya ada makanan ? Ibu Harti sempat memasak tadi ?"

       Emir berjalan ke arah panci di atas kompor lalu menuangkan sesuatu ke atas piring dan menyodorkannya ke hadapan Kana.

       "Apa ini Em ?"

       Emir memberinya garpu, "Cobalah."

       Kana mengiris "sesuatu" di atas piring itu, seperti telur dadar, kemudian Kana agak kaget ketika ternyata di dalamnya ada potongan ayam, sosis, dan parutan keju. Kana mencicipnya perlahan seolah-olah makanan itu beracun.

       "Enak.", Kana hampir berteriak ketika mengucapkannya membuat Emir mengembangkan senyumnya lagi persis seperti orang bodoh.

       "Sungguh ?"

LOVE IS A MIRACLE ( MIRACLE SERIES #1) ( TELAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang