Emir menepikan mobilnya dengan pelan ketika sudah sampai di tempat yang disebutkan Athiya di telepon tadi. Ia meraih handphonenya dan menekan nomor Athiya, namun belum sempat panggilannya tersambung, pintu mobilnya sudah lebih dulu diketuk seseorang, Athiya ! Dengan cepat Emir membukanya dan dengan cepat pula wanita itu masuk ke dalam.
Emir menyalakan lampu mobilnya lalu mengamati Athiya dari atas ke bawah, "Apa yang terjadi Athiya ? Apa yang dilakukan Hendru kepadamu ?"
Athiya mengibaskan sebelah tangannya seolah tidak perduli, "Biasa para suami bodoh yang cemburu buta, tadi di pesta aku bertemu James.", Athiya bersusah payah berakting masa bodoh dan tidak perduli.
"James ? James Frederick ?", tanya Emir tidak percaya.
Athiya mematikan lampu mobil, "Iya, ayo jalan Em."
Emir tersadar dari kekagetannya lalu mulai mengijak gas perlahan, "Apa yang kamu lakukan dengan James sampai Hendru memiliki alasan yang cukup untuk menelantarkanmu sendirian ? Dan kenapa pipimu ? Hendru yang melakukannya ?"
Wanita itu mengangkat bahu, "Aku hanya mengobrol ringan dengan James hanya saja sepertinya Hendru mendengar ketika aku berjanji akan mengunjungi James ke apartemennya, ia marah dan memaksaku pulang. Di jalan lelaki bodoh itu terus-terusan mengungkapkan kecemburuannya hingga aku muak, aku memaksa agar ia menurunkan aku di jalan dan masalah pipi ini...", Athiya mengusap pipinya, "ini akibat tepisan tanganku sendiri ketika Hendru melarangku untuk turun tadi.", Athiya menelan pil pahit itu untuknya sendiri, dia tidak ingin seorang pun tahu kehidupannya, apalagi di depan Emir.
"Sekarang apa rencanamu Athiya ? Ini sudah hampir larut dan apa yang kamu pikirkan ketika meminta turun di tengah jalan dan dengan mengenakan baju yang hampir membuatmu telanjang, demi Tuhan, dimana otakmu ?", Emir mengacak rambutnya frustasi.
"Hmmm, aku muak dengan sifat cemburunya yang berlebihan Em."
"Tapi itu wajar mengingat kamu berjanji akan mengunjungi James ke apartemennya."
"Apa yang salah ? Toh aku dan James masih berteman baik."
"Hendru tahu dia adalah mantan pacarmu ?"
Athiya mengangkat bahunya lagi, "Aku tadi memberitahunya karena kesal."
"Astaga, tidak bisakah kamu menghargai suamimu sedikit saja ?"
Athiya memandang lekat ke wajah Emir yang memandang lurus ke jalanan sambil mengetatkan rahangnya, oh seandainya Emir tahu kalau ia telah memberikan penghargaan terbesarnya untuk suaminya tetapi tetap saja ia dihina dan dicampakkan.
"Aku capek Em.."
Emir memandang Athiya sekilas yang mulai memejamkan matanya, "Kamu tidak mau ke dokter dulu untuk mengecek pipimu ? Sepertinya itu memar."
Athiya menggeleng cepat, "Aku hanya butuh kasur secepatnya daaan kamuu Em.", Athiya mengucapkannya dengan sepenuh hati.
Emir berdehem sekali sebelum melanjutkan, "Kemana kamu mau kuantar ? Kerumahmu?"
"Tidak !", Athiya mengucapkannya dengan cepat sehingga membuat Emir mengerutkan alisnya, Athiya mengubah nada suaranya, "Antar aku ke hotel saja Em dan tolong temani aku. Aku belum siap menemui Hendru lagi, untuk apa aku minta diturunkan di tengah jalan kalau hanya untuk kembali kepadanya."
Emir tidak menjawab, ia tampak berpikir sesaat sebelum akhirnya berkata, "Akan ada skandal kalau ada yang tahu, tidak itu bukan ide yang baik lagipula besok pagi aku ada acara on air, kita kerumahku."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS A MIRACLE ( MIRACLE SERIES #1) ( TELAH TERBIT )
RomanceTidak pernah terbayangkan oleh Kanaya bahwa ia akan menikah dengan seseorang yang selama ini ia idolakan. Peristiwa satu malam membuat ia "terjebak" ke dalam ikatan suci. Tetapi tidak pernah ia kira kalau dengan pernikahan ini semua perasaannya akan...