7

108 11 30
                                    

Jikyung dan Masa Lalunya

☁️☁️☁️

“Eaaa congratsss ya Jisung!”

“Congratsss Jisung!”

Ucapan selamat serta tepuk tangan seketika menyambut Jisung kala laki-laki itu selesai menceritakan mengenai lombanya di Sydney tempo hari. Laki-laki itu bersama timnya berhasil menyabet juara 1. Tak tanggung-tanggung bukan?

Sebagai bentuk rasa syukur dan bahagianya, Jisung mengajak 2 sahabat perempuannya, Jikyung dan Jihyun, untuk merayakan kemenangan serta kepulangannya ke Seoul di restoran ayam dekat kampus mereka. Tenang saja, hari ini Jisung yang membayar semua pesanan. Meja mereka pun penuh dengan ayam goreng dan cola.

Mereka makan sambil membicarakan banyak hal yang Jisung lewatkan selama 2 minggu tidak berada di Seoul, mulai dari keseharian Jikyung dan Jihyun hingga writing club. Meskipun Jisung ikut club menyanyi, laki-laki itu juga tergabung di writing club bersama dengan kedua sahabatnya itu.

“O ya, waktu rapat evaluasi bulanan, sie-mu dipuji Kak Changbin lho. Katanya kolom heart to heart dari sie hiburan itu disambut baik sama para mahasiswa,” Ucap Jikyung, menyampaikan pujian dari Changbin pada Jisung, si ketua sie hiburan.

Jisung pun menyunggingkan senyum miringnya. “Oh jelas dong! Sie hiburan gitu. Idenya tentu kreatif-kreatif. Siapa dulu ketuanya,” Ucap Jisung dengan bangga, sedangkan Jihyun hanya merotasikan bola matanya, malas jika Jisung mulai menyombongkan dirinya.

“Aku akui sih, memang kerjamu dan timmu itu kreatif. Nggak kayak aku yang gini-gini aja. Kurang kreatif,” Keluh Jikyung kemudian meminum colanya. Jujur, perkataan Changbin kala itu masih menghantui pikiran Jikyung, meskipun gadis itu dan timnya sudah berusaha untuk memperbarui konten mereka.

“Oh ayolah Jikyung. Jangan gitu dong. Kita lihat ke depannya dengan konten baru kita ini. Pasti pembaca kita meningkat,” Ucap Jihyun memberi semangat pada sahabatnya yang tampak lesu itu. “Kamu juga udah bekerja keras selama ini.”

Jisung menganggukkan kepalanya, setuju dengan ucapan Jihyun. “Aku nggak pernah ngeliat orang yang begitu kerja keras selain Jikyung di writing club. Jadi ketua sie artikel dan cerita itu nggak mudah lho. Kamu harus memperhatikan kerjaan anggotamu juga di saat kamu sendiri harus kerjain bagianmu dan memikirkan konten apa yang harus kalian tampilkan. Aku sering liat kamu pulang sampai malam buat cari bahan konten dan juga ngerevisi artikel dan cerita kerjaan timmu.”

Jikyung berdecak. “Lebay ah kamu. Nggak aku doang kali yang gitu. Emang tugas ketua kan harus memperhatikan anggotanya. Ketua sie berita kan juga gitu dan kayaknya lebih berat kerjaannya. Bahkan kamu sendiri juga gitu, Jisung, tapi makasi buat pujian haha..”

Jisung mengedikkan bahunya. “Yah.. tiap sie punya kesulitannya masing-masing.”

Acara makan mereka pun berlanjut dengan obrolan yang lebih santai. Di tengah-tengah obrolan santai itu, sebuah notifikasi chat dari Yuna muncul di layar ponsel Jikyung. Gadis itu cepat-cepat membukanya. Akhirnya Yuna membalas chat Jikyung semalam.

Yuna
Maaf baru bales, Jikyung
Tadi malem aku udah tidur dan hari ini jadwalku penuh
Aku udah nggak papa kok. Udah mendingan setelah kubuat menjalani aktivitasku hari ini
Makasi yaa udah peduli sama aku. Itu udah cukup buatku

Jikyung
Iya, sama-sama Yuna
Maaf karena kemarin nggak cepet merespon chatmu
Syukurlah kalo kamu baik-baik aja

Yuna
Iya, nggak papa Jikyung

Jikyung pun berdiri, kemudian pamit keluar sebentar pada Jisung dan Jihyun untuk mencari udah segar. Setelah keluar dari restoran ayam, Jikyung menghembuskan napasnya dengan keras. Akhirnya dia bisa tenang setelah mengetahui Yuna baik-baik saja.

The Destiny Between Us (Kim Seungmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang