6

61 13 17
                                    

Berhubung aku udah lama nggak update dan masih dalam rangka ulang tahun Seungmin, aku kasih bonus chapter 6 deh buat kalian. Hehehe..

Buat yang belum baca chapter 5, skuy dibaca dulu karena kemarin aku post.

Enjoyyy reading :)

_________________________________________

Ada Apa dengan Jikyung?

☁️☁️☁️

Setelah kelasnya usai, Seungmin langsung membereskan laptop dan bukunya ke dalam tas, tampak terburu-buru. Renjun yang ada di sampingnya pun menyadari jika temannya itu tampak buru-buru, padahal setelah ini mereka tidak ada kelas lagi.

“Mau ke mana?” tanya Renjun ketika Seungmin keluar dari kursinya. Bahkan dosen yang tadinya mengajar mereka masih membereskan laptopnya di depan kelas dan teman-teman lain masih asyik mengobrol, tetapi Seungmin sudah terburu-buru hendak keluar. Tidak seperti Seungmin biasanya yang selalu menunggu kelas sepi hingga dia keluar.

Seungmin pun berbalik. “Mau ketemu orang,” Jawabnya kemudian berbalik lagi dan segera berjalan keluar dari kelasnya dengan Renjun yang masih menatap laki-laki itu dari tempatnya dengan heran.

“Tumben buru-buru. Mau ketemu siapa sih?” Batin Renjun sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Seungmin berjalan cepat menuju gedung serbaguna. Tujuannya saat ini adalah pergi ke ruangan writing club di lantai 3 untuk menemui Jikyung. Laki-laki itu sudah janjian dengan Jikyung untuk memberikan flashdisk berisi hasil jepretannya yang akan Jikyung tampilkan di artikelnya. Entah mengapa laki-laki itu terburu-buru, padahal jarak dari gedung fakultasnya ke gedung serbaguna tidaklah jauh.

Begitu sampai di depan pintu ruangan writing club, Seungmin langsung mengetuknya beberapa kali. Tidak ada sautan dari sana, padahal tadi Jikyung mengiriminya pesan kalau gadis itu sudah datang dan menunggu Seungmin sambil mengerjakan artikelnya. Seungmin pun berinisiatif untuk masuk saja. Kalaupun ada orang lain di dalam sana, Seungmin bisa berkata kalau ingin menemui Jikyung.

Kriet..

Sepi adalah kondisi yang menyambut Seungmin ketika laki-laki itu masuk ke ruangan writing club. Tidak ada siapa-siapa di sini, kecuali Jikyung yang tengah merebahkan kepalanya di meja dengan laptop yang tengah menyala. Seungmin pun melangkah mendekati Jikyung lalu mengambil kursi yang tergeletak asal di dekatnya. Laki-laki itu menempatkan kursinya di hadapan Jikyung lalu duduk di sana, memandangi gadis itu. Jikyung tampak tidur dengan damai, sehingga Seungmin tidak tega untuk membangunkannya.

Lantas bagaimana dengan flashdisk yang hendak Seungmin berikan pada gadis itu? Seungmin tidak enak kalau hanya menaruh flashdisknya di meja. Bagaimana kalau nanti hilang? Maka dari itu, Seungmin pun menunggu Jikyung bangun. Toh setelah ini dia tidak ada kelas lagi. Mungkin Jikyung akan bangun sebentar lagi.

“Ehm..”

Seungmin agak menjauhkan tubuhnya ketika Jikyung tiba-tiba bergumam. Dahi gadis itu tiba-tiba mengenyit dan tangannya bergerak-gerak gelisah. Apakah Jikyung sedang bermimpi buruk?

Gumaman Jikyung terdengar semakin jelas dan keras, sehingga Seungmin dapat mendengar apa yang diucapkan gadis itu.

“Jangan! Jangan mati!”

Seungmin semakin bingung. Kenapa Jikyung kini membawa-bawa kata ‘mati’? Apa yang sedang gadis itu mimpikan? Seungmin bimbang. Apakah dia harus membangunkan Jikyung sekarang?

Please, jangan mati! Jangan! Maafin aku karena nggak bisa nepatin janjiku.”
Jikyung kini mulai berteriak dan keringat bercucuran di wajahnya. Seungmin pun bangkit dari duduknya kemudian menepuk pundak Jikyung beberapa kali.

The Destiny Between Us (Kim Seungmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang