37 - Perpisahan || End

1.8K 133 46
                                    

__Happy Reading__

Pemakaman Rendi di lakukan dengan hikmad, isakan tangis Nefa dan Ratna—Bunda Rendi—terdengar setiap saat, memperjelas keadaaan jika mereka tidak rela akan kepergian Kapten Basket itu. Sejak dari tadi juga Nefa tetap mengelus batu nisan Rendi. Menatap dengan sedih ke arah foto Rendi yang sedang tersenyum lebar. Senyum yang tak bisa Nefa lihat lagi.

Tenang disana, ya? Pokoknya harus bahagia dan jangan lupa jagain aku di sini, Insyaallah aku bakal terus inget dan doain kamu.

Nefa membatin, seraya mengelus wajah Rendi di foto yang berada di depan nisan, air matanya terus mengalir, matanya memerah karena tak berhenti menangis sejak pagi tadi. Rasanya dada Nefa sesak hingga Nefa merasakan sakit jika bernafas. Kehilangan adalah salah satu hal yang sangat Nefa benci. 

Satu-persatu pelayat pergi setelah merasa mereka selesai untuk mendoakan Almarhum Rendi, kawasan kuburan kembali sepi namun tidak membuat Nefa ingin beranjak dari duduknya, ia tetap menangis seraya mengelus foto Rendi. Nefa tidak rela kehilangan Rendi saat ini.

"Rendi pergi karena kamu! Jika seandainya Rendi tidak kenal kamu, mungkin sekarang Rendi masih hidup!" Aditiya Putra—Ayah Rendi—berteriak keras seraya menunjuk Nefa yang kini sedang di peluk Razia.

"Jangan menyalahkan anak saya atas kepergian Rendi di saat Anda sendiri sering menyiksa Rendi dan berharap Rendi mati, sebelum menyalahkan orang lain ada baiknya ada berkaca terlebih dahulu, apakah Anda sudah pantas di sebut Ayah yang baik atau malah sebaliknya?" Kevin memandang Aditiya tajam, tangannya terkepal kuat karena ucapan Aditiya yang menyalahkan Putrinya.

Aditiya tidak membalas, ucapan Kevin benar dan seketika membuat dirinya malu, Aditya menyalahkan Nefa disaat ia tidak bisa memperlakukan Rendi layaknya manusia. Bukankah itu menunjukkan jika Aditiya tidak pernah berkaca diri?

Aditiya pergi dari sana bersama Ratna, menyisakan Nefa, Razia, Kevin, Marvel dan inti Archelon. Nefa masih setia menangis hingga membuat Marvel tidak tega. Sekarang Marvel sadar jika Rendi sangat berarti untuk Nefa. Dan Marvel benar-benar merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Rendi.

"Sayang, kita pulang ya? Udah sore ini." Kevin memegang bahu Nefa yang masih menangis seraya menatap foto Rendi.

"Terus Rendi gimana? Masak iya dia mau ditinggal sendirian disini, Rendi emang suka keadaan yang sepi tapi gak se-sepi ini, Pah." Nefa mengangkat kepala dan menatap Kevin dengan sorot mata sedih.

"Sayangnya Papa, dengerin! Rendi udah tenang disana, Nefa mau Rendi bahagia?" Kevin bertanya seraya berjongkok dan memegang kedua pipi Nefa. Nefa mengangguk mengiyakan, tentu ia ingin Rendi bahagia.

"Kalo Nefa mau Rendi bahagia, ikhlasin Rendi sayang, Rendi bakal sedih kalo liat Nefa nangis gini. Inget, Rendi selalu bilang apa sama Nefa? Nefa gak boleh nangis apapun yang terjadi sama Rendi, Rendi pasti gak suka liat Nefa kayak gini. Rendi sukanya kalo Nefa tersenyum, apa Nefa gak mau buat Rendi seneng?"

Nefa mengigit bibir kuat lalu memeluk Kevin erat, tangisnya makin pecah hingga membuat Razia sesak juga di pelukan Noka. Razia tidak pernah melihat Nefa sampai seperti ini.

"Aku gak akan nangis lagi, tenang disana, oke? Aku bakal baik-baik aja." Nefa lagi-lagi mengelus foto Rendi dengan air mata yang tak henti turun. Hatinya sesak, benar-benar sesak hingga rasanya Nefa sakit saat bernafas.

Nefa berdiri di bantu Kevin, matanya tetap mengarah ke makam Rendi yang tak ingin Nefa tinggalkan, namun perkataan Kevin benar. Nefa harus mengikhlaskan jika tidak ingin membuat Rendi sedih di atas sana.

Suamiku Gangster Sekolah 2 [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang