01. Our first meeting

41 3 2
                                    

Kisah ini ku persembahkan untuk kekasihku tanpa kasat mata, Bangtan terutama bagi leader terhebat sepanjang masa. My Namu, karena telah memotivasi ku, untuk "memutuskan melihat banyak bakat ku. Termasuk menulis, dan ini kali pertamaku ingin mewujudkannya secara nyata."


Aku berada di atas gedung berlantai 12 di sini dengan kaki menjuntai mengikuti arah angin, ke kanan dan kiri sedangkan tubuhku biarkan bersandar sebuah tembok. Menatap ke bawah jalan raya besar sebrang sungai han

Ini bukan sedang dalam merencanakan bunuh diri. Aku menggeleng tak setuju, tentu aku bukanlah tipikal gadis yang hobi menyerah di jalan buntu. Terkadang aku berpikir kenapa banyak orang memutuskan hal semacam itu "Mengakhiri hidupnya sendiri" kalian harus tahu bahwa di korea selatan hampir 70% penduduk nya memilih merelakan sisa hidupnya diambang jembatan, gedung, atau menyalakan asap racun di rumah mereka.

Setelah itu, '...Apakaah mereka menyesalinya' 'Apakah mereka sempat menyayangkan tubuh itu terhempas oleh aspal' ya, pasti tetap ada sedikit penyesalan dalam terjun bebas singkat itu. "Oh, shibal apa yang telah aku lakukan. Ini sungguh ide buruk"

Aku sering memikirkan kematian, termasuk kehadiran hari ini. Mengingat 24 jam setelah meninggalnya ayahku, anehnya. Tidak ada air mata bahkan kesedihan yang meratapi hatiku saat ini, 90% aku bernapas lega. Akhirnya kami bebas, paling tidak ini hari kemerdekaan untuk ibuku. Ya, benar

Entah apa setelah kejadian itu, ibuku akan menganggap ku sebagai putrinya? Haha, jangan salah paham. Aku Min young, gadis aneh yang pernah bercinta satu malam dengan seorang lelaki yang cukup popular di sekolah menengah atasnya dulu, menjijikan. Tapi jujur, aku mau karena dia tampan. Sangat!

Hardin young ayah dari Min young, yang baru saja pamit dari dunia nyata dan pergi ke alam semesta lainnya, seusai pemakaman ayahku aku memutuskan untuk langsung terbang dari jeju kembali ke kota seoul, ingat. Bukan karena aku berniat ingin bunuh diri! Aku tidak berniat terjun dari atas gedung ini.

Aku hanya butuh udara segar, dadaku masih begitu sesak. Bukan juga karena menahan tangis, tapi karena aku tidak bisa menangis sekali itu di paksakan, dadaku malah terasa nyeri, ya. Menyebalkan

Kedua mataku selalu melihat pemandangan kemacetan lalu lintas dibawah, ini pukul enam belas, sore hari yang sudah mulai di temani senja dan lampu kendaraan yang kelap kelip dari bawah. Kenapa, hari ini terasa begitu dingin, aku mulai kewalahan. Tapi juga tidak berniat ingin pergi, tolong aku sudah pw di sini.

Sesekali memejamkan kedua mataku, merasakan hembusan angin dan hamburan rambutku yang tergerai pergi kemana-mana. Berharap semesta tak semena-mena merenggut kedamaian ini begitu saja. Aku penuh harapan, hari ini berikan aku keberuntungan untuk tetap menikmati kesendirian ini. Minimal, jika ada yang datang biarkan dia seorang perempuan dan bukan lelaki yang tak pernah ku kenal, karena aku akan bingung harus apa? Pergi? Aku menggeleng tak setuju jika harus meninggalkan tempat damai seperti saat ini, jarang ku temui. Aku sudah berada di zona nyaman tingkat dewa

Akhirnya ku biarkan kedua mata ini mengintip ke sisi lain dari tempatku, dan ternyata doaku tak terkabul. Ya, dia jelas seorang laki-laki, aku bisa melihat dia jangkung bahunya bidang, dada nya condong ke depan. Sepertinya dia atlet atau binaragawan yang rajin gym, badannya yang ideal dan kedua urat di tangannya bisa juga terlihat jelas, caranya yang rapuh memegang kepala dengan kedua tangannya, samar punggungnya yang naik dan turun. Napasnya yang tak beraturan, dia sedang berada di ambang luapan emosinya.

"......" Aku hampir saja ingin mengatakan sepatah atau dua kata kalimat, memberi isyarat bahwa dia tak sendirinya di atas gedung ini.

Kata-kataku hilang saat melihat dirinya berbalik dan menghantamkan tangannya pada sebuah meja tua di dekatnya, yang hampir terbelah dua. Hampir saja

It Ends Of Us | JEON JUNGKOOK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang