Aku meringkuk di tempat tidur, dan memandanginya. Jeon Jungkook dia pacar baru ku. Iya, kami resmi berpacaran baru berusia semalaman, dia yang tengah mengenakan pakaian baju operasi kedokteran berwarna biru muda. Mengintip ku dari cermin di depannya, "Selamat pagi sayang" Ucap Jungkook
Rasanya masih sama, seperti mimpi
"Apa tidurmu nyenyak?" sambung tanyanyaAku tersenyum dan mengangguk
"Jam berapa??" Ucapku sembari melihat arah jam dinding, yang kalah duluan karena Jungkook memberitahuku lebih dulu "Pukul delapan pagi, Young aku harus segera pergi berkerja" Ujarnya"Tapi kamu belum sarapan, aku buatkan roti atau..."
Jungkook menghampiriku, duduk berada di sampingku. "Tidak masalah, aku akan sarapan di rumah sakit" Balasnya
"Beneran?"
Dia mengangguk, dan bertanya
"Apa kegiatan mu hari ini?""Aku ada acara makan malam bersama eomma hari ini" Gumam ku, ingat saat ibu meneleponku masalah pesta sembahyang eyang bulan lalu, akhirnya aku memutuskan untuk ikut dan menemaninya walaupun banyak masalah menunggu di depan. Aku sudah mempersiapkan mental ku sejak memutuskannya. "Jam berapa?" Tanya Jungkook
"Jam tujuh malam, Jung. Kamu berangkat jam berapa? Nanti terlambat" Gumam ku mengingatkannya. "Aku masih ada waktu 15 menit sebelum benar-benar pergi" Jungkook merangkum tubuhku dan memeluknya cukup lama.
"Ah, aku tidak ingin jauh darimu" Gumam Jungkook manja. Aku terkekeh, merasa senang dia di sini dan seperti anak kecil.
"Aku juga" Balasku tak mau kalah meskipun sebenarnya malu melihat usia kami yang sama-sama bukan lagi anak ABG, Jungkook mendapatkan pipiku dan menciumnya singkat tapi berkali-kali
"Apa hari ini sibuk?" aku bertanya seolah ingin dia ada waktu malam ini. "Entah, kadang yang tidak diinginkan sering hadir. Seperti jadwal-jadwal yang tak seharusnya aku tanggung jawab kan, kau pasti mengerti maksudku" Gumam Jungkook, yang dia maksud bisa jadi tugas-tugas yang seharusnya bukan ia kerjakan itu terjadi sewaktu kami pertama kali bertemu, ada yang menelponnya di tengah momen ciuman pertama kami yang gagal, aku tertawa mengingat wajah kecewa Jungkook.
Aku mengangguk paham
"Akan ku usahakan pulang awal"Aku menggeleng tak setuju
"Jangan di paksakan, kalau tidak bisa. Tidak masalah Jung"Dia mencium ku lagi, kayaknya Jungkook memiliki hobi baru yaitu mencium pipiku
"Jangan bersikap manis sekarang! Aku semakin sulit meninggalkan mu""Jung, kamu akan terlambat" Aku berusaha mengingatkan nya lagi
Jungkook menghentikan kegiatannya memakan pipiku, dia menatapku dengan bibir tergulung. "Oke, aku berangkat ya!?" Ujarnya masih di sampingku dan belum beranjak
Aku mengangguk setuju
"Hati-hati, dokter Jungkook" Balasku, Jungkook bangkit dan tatapannya masih menatapku lekat"Kejujuran telanjang" Ucapnya
"Apapun, aku akan dengar" Balasku
"Young, aku paling suka di panggil sayang" Gumamnya, ini bisa jadi sebagai pertanda untuk ku memangilnya dengan sebutan sayang. Aku akhirnya mengiyakan permintaan Jungkook
"Oke, sayang" Balasku
Jungkook tersenyum manis
"Kejujuran telanjang" Gumam ku gantian, dan kini dia mengangguk setuju pula. "Aku paling suka di cium bagian sini" Tunjuk ku pada keningku sendiri, ya. Jungkook mendekat dan mencium keningku lama, aku tersenyum puas. "Permintaan di terima, sayang" Gumam nya."Yasudah, aku berangkat ya?!" Sambungnya, setelah melihat jam arloji di tangan kirinya, dan dia berjalan menuju ujung pintu kamar kosanku. "Aku akan menghubungi mu nanti" Gumam Jungkook, kami sudah bertukar telpon tadi malam.
Aku mengangguk
"hati-hati sayang..." Balasku hingga dia melangkah ke luar pintu dan aku memutuskan untuk tidur kembali.••••
Memasuki pukul dua belas siang lebih dua puluh menit. Aku masih di dalam kosan, masih beres-beres semalam kami akhirnya bertengkar walaupun singkat, bertengkar layaknya pasangan suami istri. Ya, kalian paham maksud ku. Sebuah pertengkaran gelombang cinta, setelah ku pikir-pikir Jungkook begitu tampan saat tak menggunakan apapun di tumbuh nya, ya tuhan.
"Terimakasih Jungkook, hari ini aku punya kerjaan baru" Akhirnya setelah seminggu tidak pergi ke tukang laundry hari ini mau tak mau harus, kami hanya melakukan tiga ronde bahkan tak sampai pagi petang. Namun hampir, semua selesai saat aku ketiduran karena kelelahan melawan Jungkook. Bed cover putih yang biasanya hanya lecek estetik kini bukan hanya lecek biasa tapi keruh, kucel dan suram.
Baru selesai menggulung bed cover, bel manual kamarku berbunyi. Ketukan orang luar, menghembuskan napas panjang setelah melakukan pekerjaan berat ini, "Young..."
Itu suara Sera, sahabatku yang tinggal di lantai bawah. Dan si super sibuk karena kabarnya dia baru di lamar sang kekasih, aku tersenyum lebar sudah lama tidak sapa dan berjumpa dengan nya. "Young!!"
Sera merangkum tubuhku, kami berpelukan erat singkat. "Sera, bagaimana kabarmu!" Gumam ku, aku menyuruhnya masuk sejenak. Dia terdiam di ambang pintu dan melihat kamarku tidak baik-baik saja.
"Are you kidding me??" Ucapnya terkejut, aku tahu ini bukan berantakan kamar pada umumnya.
Aku terdiam, hanya kedua bahuku yang bisa menjawab naik dan turun. "Siapa orangnya?!"
Kembali menutup pintu, Sera melihat tumpukan bed cover yang kucel dan aku tahu ada bercak darah tapi gak banyak hanya beberapa titik saja. "Wow, bernoda? Sepertinya. Ada pesta yang ku lewatkan di sini"
Aku tertawa, menertawakan wajah Sera yang amat amatir. "Namanya Jeon Jungkook"
"Jungkook? Uh.." Godanya
"Kalian berpacaran!?" Sambung SeraAku mengangguk setuju
"Sejak??""Resmi semalam..." Ujarku, dia melebarkan kedua bola matanya, hingga tangannya menutup rongga mulut yang berbentuk o itu.
"Young! Baby! Aaa..." Sera menarik tanganku dan memeluk ku lagi. Sera sahabatku bukan hanya karena kita satu kosan tapi Sera juga tahu tentang perjuanganku, masa laluku dulu. Dia juga pernah ketemu Park Jimin walau sekali, dia juga tahu Sean bayi laki-laki pertamaku atas hubungan bersama Jimin. Sera adalah teman dekat ku sejak sekolah menengah atas. "Aku sungguh bangga padamu..." Balasnya
"Aduh, aku jadi ingin menangis" Gumamku, Sera merengkuh dan menatapku sambil menggeleng. "Tidak boleh"
Aku malah jadi tertawa lagi, ucapannya gagal karena air mataku sudah lebih dahulu jatuh. "Yah, aku sudah menahannya" Ujarku tangis bahagia
"Its ok, no problem. Kamu boleh nangis tapi di depanku aja" Gumam Sera, dan dia memelukku lagi. Bagiku membuka lembaran baru bukanlah perkara mudah, tapi aku juga tidak mengerti ketika Jungkook orangnya. Itu terasa mudah. Amat termudah bagiku.
"Kamu berhutang banyak cerita padaku, Young. Aku harus tahu kisah kalian!" Gumam Sera dia mengelus punggungku. Dan aku mengangguk setuju.
✨
Hii Author di sini.
Sebelumnya aku mau bilang makasih banyak yang udah baca dan terutama yang udah kasih vote 🥺 walaupun baru beberapa cerita dan masih kabut gak nyambung gitu, makasih banyak udah kasih kesempatan buat aku. Kalian mau baca, apalagi diam-diam masukin cerita ini ke perpustakaan kalian, dapet notifikasi gitu aja rasanya mau melayang!
Maaf ya, baru update dan gak tahu diri mana pendek. Beberapa hari ini aku lagi sibuk banget, sebenarnya di wattpad bukan kali pertama, tapi sekian kali cerita published sayangnya aku sering banget lupa pass akun jadi bikin lagi wkwk, hadeuh. Semoga yang ini awet dan gak lupa password nya yak!
Oh iya, selain menulis sebagai keisengan aku. Aku juga seorang illustrator kalian bisa cek karya lain ku di Instagram @meihwangu__
Jangan lupa follow dan like, thank you so much. 🙃🙌✨ Sekedar info aja, bias aku ada tujuh orang tapi yang pengen banget di pacarin dari dulu cuman Park Jimin. HAHAHA (kasih tahu aku doang, siapa yang pengen kamu pacarin dari ketujuh manusia di Bangtan??)
KAMU SEDANG MEMBACA
It Ends Of Us | JEON JUNGKOOK
FanfictionSemua bermula dari pertemuan tak sengaja di sebuah rooftop. Min Young berusaha menenangkan diri setelah kematian ayahnya dan Jungkook, dokter spesialis saraf yang tampan, mengaku sedang menepi dari tekanan pekerjaan. Sebagai dua orang asing yang tid...