09. Jeon Jungkook

10 3 0
                                    

Kedua tanganku mendekap mulut, dan melihat raut wajah bayi Namjoon yang begitu menggemaskan. Kedua mata, bibirnya mirip sekali dengan Namjoon, sedangkan alis dan hidungnya terlihat persis ibu nya. Menggemaskan, berdiri di samping Jungkook yang sedang menggendong bayi mungil milik mereka. Kami berpandangan dan tersenyum, bayi laki-laki yang sungguh sempurna. Masih terlalu awal untuk melihatnya mirip sekali dengan siapa? Karena wajahnya pasti masih akan berubah-ubah. Tetap saja dia tampan sekali
"Kau sekarang jadi paman" Ujarku, kami tersenyum. "Kau juga harus menggendong keponakanmu!!"

Aku sempat menggeleng pada Jungkook, aku belum pernah melakukan hal ini. Berbeda dengannya, aku mendadak kaku seolah gugup. Tapi lalu Jungkook mengangguk, mendampingiku dan mengajariku, "Jungkook, jangan kemana-ma..." Gumam ku. Setelah dia meletakkan bayinya di lenganku. "Jangan takut, aku selalu di sini."

Jungkook tidak berada di sampingku lagi, melainkan di belakang tubuhku. Memperhatikan aku dan bayi, menjaga dari belakang. Seolah kita lah orang tua si bayi
"Kalian sudah memiliki nama?" tanya Jungkook.

"Iya" Gumam Namjoon

Aku menatap Namjoon dan Hailee mereka tersenyum, kedua mata berbinar. "Kami ingin menamainya seperti seorang yang kami kagumi, kami memberikan namanya Bougoom. Nama mediang ayahmu"

Aku langsung menoleh ke arah Jungkook dan dia menghela napas panjang tetap terlihat tenang. "Aku tak tahu harus berkata apa, tapi Bougoom akan lebih tampan dariku"

Kami sama-sama tertawa kemudian, Bougoom menangis hampir membuatku sedikit takut. Dan Jungkook membantuku, dia juga memberitahuku jika bayinya mungkin masih haus, ini bukan salah siapapun. Karena pada umumnya tugas bayi hanya tidur, nenen dan menangis. Perkataannya membuat hatiku hangat sekaligus menenangkan perasaanku.

●●●●


Kami menaiki anak tangga, apartemenku Namu menyuruh Jungkook mengantarku katanya itu penting. Padahal dia belum tahu saja aku sudah terbiasa pulang mandiri pagi, siang dan malam. "Kau tinggal di lantai berapa?" Tanya Jungkook

"Paling atas" Ujarku
"Langit?" Balasnya

Aku tertawa
"Bukan itu maksudku, aku tinggal lantai empat" Gumamku. Perlu di akui memang tempat kosanku terlalu kecil di banding apartemen mewahnya yang menjadi awal bertemunya Jungkook dan aku.

"Young-ah" Gumam Jungkook dia berdiri di belakangku, setelah ku bukakan pintu. "Mau mampir dulu sebentar?" Tawarku, terlintas dalam benak ku Jungkook akan menolak ternyata. "Tentu, ini jika kau memaksa"

Dia membuatku sedikit gila.
"Maaf aku tidak memiliki ruang tamu di sini" Ujarku, kosan ini memang bisa dibilang ala kadarnya. Berdiameter 8x8 apa yang bisa diperbuat, dapur saja aku tidak punya. Hanya seperti kosan sederhana bagi mahasiswa.

"Tidak masalah" Gumam Jungkook dia duduk di atas ranjang ku, paling tidak hanya itu pengganti sofa di sini.

"Kamu mau minum apa?" Tanyaku, untung bulan lalu aku belanja minuman cukup banyak setidaknya tidak memalukan walaupun jarang memiliki tamu biasanya untuk jaga-jaga seperti saat ini. Jungkook menggeleng, menarik tanganku dan menggenggamnya. "Aku mau kamu" Tatapannya seolah menyuruhku untuk duduk, di atas ranjang tepat bersamanya. Aku menuruti pintanya

"Kejujuran telanjang" Ucapnya

Aku mengangguk, menerima pengakuannya bagaikan hakim. "Aku tidak memiliki kekasih saat ini" Gumam Jungkook, aku tertawa geli Jungkook memang tidak suka berkomitmen aku tahu itu. Dia yang memberitahuku, dia terbiasa melakukan cinta satu malam hanya untuk memenuhi kebutuhannya semata.

"Kejujuran telanjang" Balasku
"Aku tidak suka, bercinta dalam satu malam kecuali..." sambung ku

"Kecuali, apa?"
"Berlanjut"

Jungkook menatapku lekat, salvinaku terasa begitu kering. Air liyur ku tak berjalan sebagaimana mestinya, aku memejamkan mata rapat-rapat sampai ku dengar kecupan bibir kami setelah pertemuan singkat, manis. "Much"

Apa yang telah aku lakukan, aku baru saja mengizinkan Jungkook mencium bibirku. Seluruh badanku mulai terasa panas, seperti ada aliran listrik yang menerpa kulit telanjang ku begitu saja, bahkan aku tak sanggup memandangi wajah Jungkook sekarang, pipi ku pasti merah padam bisa ku pastikan ini terjadi. Aku malu, jadi aku berbalik ke samping dan memunggunginya.

Bagaimana ini
Bagaimana dengan ku
Bagaimana dengannya
Bagaimana dengan kita

Jungkook memegang bahuku
"Sudah ku katakan aku tidak suka cinta satu malam..."

"Aku tahu..."

"Jungkook!!"
"Aku di sini.."

"Ku peringatkan kau..."
"Silahkan.."

Aku sedang berusaha membuatnya merubah pikiran untuk terakhir kalinya. "Ku peringatkan kau, Jeon Jungkook. Bahwa aku seperti narkoba. Kalau kita bercinta malam ini, kau justru akan kecanduan! Ak-aku juga tidak sudi jika kau tak bertanggung jawab"

"Kau ingin aku bertanggung jawab, seperti apa??"

(...) aku terdiam
"Aku bahkan belum benar-benar menyentuh tubuhmu" Gumam Jungkook

"Min Young..." Bisiknya, aku bisa merasakan jemari tangan menyelusuri lenganku, aku bahkan mencoba menutup kedua mataku kembali. Menikmati apa yang dia sentuh pada tubuhku, munafik jika aku tidak menahan senyumanku. Tepat sebelum menjangkau wajahku dan memalingkan untuk saling bertatapan. "Young, dengarkan aku. Jika besok pagi kau menemukanku di sampingmu, itu artinya kau milik ku..."

"Bagaimana jika tidak?!?"

Jungkook menggeleng
"Itu mustahil, kebenarannya sudah masuk 99%" Gumamnya tersenyum kemudian menyibak rambut dari wajahku.

"..."

Kau pasti bercanda. Jeon Jungkook
"Aku sangat amat menginginkan mu lebih dari cinta satu malam" Jungkook memegangi pinggangku dia memelukku, kepalanya bersembunyi di sela leherku. Dia mencium dan menghirup napas di sana, seakan aku lah oksigen baginya. "Kejujuran telanjang" Gumam Jungkook

Aku mengangguk, lalu dia berkata
"Aku ingin bersamamu, hampir genap setahun aku menunggumu menghubungiku. Aku bahkan kewalahan menunggumu tak kunjung datang lagi di roof top apartemenku, aku juga tidak tahu apa-apa kalau kau sahabat sepupuku Namjoon, aku..."

Aku tersenyum, tanganku mulai mengelus punggung Jungkook. Aku juga tidak tahu mengapa dia melakukan ini, kita melakukan semua ini setelah kejadian di roof top yang mematikan, membuat kami bertemu kembali dengan cara yang lebih baik. Dia menungguku, aku sempat merindukan nya. Sial! "Aku merindukanmu" Sambung Jungkook aku bisa merasakan dia menarik tubuhku, memberitahuku untuk tidak menjauh. Aku mengangguk, dan mengulangi kata-katanya di benak ku. Andai aku bisa, ternyata aku juga menginginkannya "Jung, aku juga merindukanmu" Balasku

Perlahan dia bangkit, meletakan kedua tangan kekarnya di wajahku yang mungil. Dia mengurungku atas ungkapan dan alasannya lewat tatapannya. "Apakah itu berarti setuju?" Gumam Jungkook

Aku mengangguk, dan aku benci bertapa menyenangkan rasanya di dalam bahkan sebesar ini?! Nyaris tak bisa bernapas saat memandanginya, apalagi saat dia mulai tersenyum penuh arti seperti ini.

It Ends Of Us | JEON JUNGKOOK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang