"Gunting, batu kertas-" Ucapku gemas, memperhatikan kedua tangan kami bermain, di rute pertama lelaki ini sumringah karena dia menang, bibirnya sedikit terangkat aku bisa melihat dua pasang gigi kelinci miliknya."Yess" Semangatku seakan bertambah kali ini aku yang menang dan artinya kami seri di rute kedua. Jungkook satu poin, aku juga satu poin. Tawaku mulai mengembang saat jungkook kalah seri, kenyataan poinku menjadi satu langka lebih maju.
Wajah Jungkook sedikit memerah, entah kenapa begitu membuatnya terlihat lebih menggoda. Keningnya sampai berkeringat, padahal kami hanya sedang bermain.
"Hahaha, kau kalah"
"Iya, baiklah kau pemenangnya"
"Ceritakan, kejujuran telanjang padaku Jungkook"
"Kau ingin aku ceritakan apa?"
"Entahlah, sesuatu yang tidak ku bayangkan. Sesuatu yang sering mengusik pikiran mu sendiri..."
Dia menatap langit, seolah mencari jawaban di atas sana. Mataku menyusuri garis rahangnya yang berbentuk sempurna, lekuk pipinya. Aku hampir sinting sampai melihat bagian bibirnya, alisnya bertautan. Terlihat sedang memecahkan masalah besar diantara kami berdua, padahal kami berdua bukan siapa-siapa. Sepertinya dia menemukan sesuatu, hingga berbalik arah menatap ku dan aku berusaha menatap langit ke atas secepat mungkin. "Menyaksikan seseorang bunuh diri di hadapanku" suaranya putus asa
"Sialnya, tepat di hari ulang tahunku ke tujuh tahun" Kedua mataku kelabu menatapnya yang tak kunjung berkedip. Bagaimana bisa dia mendapatkan peristiwa itu di hari spesialnya.
"Tidak ada yang bisa ku lakukan, banyak waktu yang sengaja dibuang. Banyak kebodohan yang ku lakukan, sintingnya aku berpikir dia sedang bermain dan akan kembali lagi, ternyata tidak, aku hanya duduk di bawah pasir pantai menunggunya kembali. Masih ingat cara dia berjalan menyelusuri air asin, dia juga tersenyum walau ombak melawan hingga dia larut tak terlihat, dia tersapu ombak"
Aku tidak berani menatap wajahnya, membayangkan posisinya saat itu pasti sangat menyakitkan. "Kalian seumuran?"
Jungkook menggeleng. "Tidak, ku rasa. Dia jauh lebih dewasa dariku"
"Dia tak kembali, itu bukan salahmu" Balasku, aku tahu Jungkook sedang menatapku. Mungkin dia berpikir aku iba padanya "Aku serius, bukan karena merasa iba dengan ceritamu. Tap-"
Aku sempat memotong kalimat, melihat raut wajahnya. Tidak ingin kehilangan momen, kedua bulu matanya yang lentik itu berusaha melawan angin malam, berhembus kanan dan kiri. "Tapi, kita hanya manusia biasa. Yang tidak akan- bahkan, tidak akan pernah tahu apa isi hati dan pikirannya saat itu. Apapun yang terjadi bukan seutuhnya salahmu"
"Aku akan menghajar mu sekarang jika kau laki-laki" Balasnya, membuatku kegirangan tertawa tanpa arti. "Giliranmu!!" Ucapnya lagi kali ini ada tekanan di setiap kalimat, dia gemas sepertinya pada ku.
"Aku pernah bercinta, untuk pertama kalinya dan dia sepupuku sendiri" Terdengar sangat menggelikan tapi itulah kejujuran telanjang kumpulan yang ku miliki dan paling memalukan. Lihat ekspresi wajahnya terlihat terkejut ceritaku bagaikan pengumuman pemenang undian lotre jutaan won.
"Sangat menarik" Balasnya di akhiri senyuman pepsodent. "Namanya, Park Jimin."
"Park Jimin ya..." Ujarnya mengulangi nama sepupuku. "Cerita singkatnya, dia sedang putus cinta dan aku mengambil kesempatan dari kesedihannya..."
Jungkook tertawa, suaranya nyaring membiarkan seluruh dunia tahu kalau dia senang sekali menertawakan ceritaku, by the way. "Gadis nakal" Gerutunya.
"Seharusnya aku tidak ambil kesempatan itu" Gumam ku lebih intens, Jungkook merendahkan nada suara tawanya masih terdengar namun lebih tenang. "Jangan bilang-" Ucap Jungkook sepertinya dia sudah tahu apa yang ingin ku beritahu, sepertinya juga dia bagaikan cenayang yang tahu segala-galanya. "Iya, aku hamil"
Bisa ku pastikan, kedua mata Jungkook membulat sangat mengkilat bahkan aku bisa bercermin, melihat wajahku di bola matanya. "Kau bercanda..."
Aku menggeleng "Aku serius, sungguh..."
"Aku benar-benar marah jika dia meninggalkanmu" Balasnya, entah kenapa perkataannya saat ini begitu hangat. Seakan, seandainya dia tidak melakukan itu...
"Sudah ku katakan bukan, kejujuran telanjang begitu memalukan" Balasku
"Iya, kebanyakkan. Tapi aku tetap menyukainya..." Gumam Jungkook
Semua hening, seketika. Dadaku terasa sesak seperti sedang terhantam batu besar yang benar-benar sebesar gunung merapi dan sigap menyemburkan larvanya ke permukaan. Jungkook juga tidak memaksa dia memberikanku ruang untuk bercerita, ingin kau lanjutkan atau tidak. Bukan, masalah baginya. "Dia bukan hanya meninggalkanku, dia juga tidak pernah mengakui hal yang telah kami lakukan"
"Jangan biarkan aku bertemu dengannya young, bersumpah demi nyawaku aku akan memotong tit*t nya menjadi dua"
"Tolong jangan, meskipun kau ingin sekali Jung..."
Aku tertawa, menertawakan hal yang seharusnya terjadi. Aku bahkan senang membayangkan jika kejadian itu sudah mengenal Jungkook, apa dia akan melakukan hal yang dia ucapkan padaku malam ini. Manis sekali.Aku menghembuskan napas panjang, "Aku masa bodoh pada Jimin, sayangnya. Dukungan yang ku perlukan juga tidak berpihak, aku pikir benar-benar putrinya. Tapi rupanya ibuku juga tak mempercayaiku" Gumam ku, jantungku seakan meletus. Bertahun-tahun aku tidak pernah menceritakan cerita keji ini kepada siapapun, kecuali Jungkook
"Katanya aku masih terlalu muda menjadi seorang ibu, hanya ada satu tindakan tepat waktu itu. Menggugurkan bayiku" Gumam ku, tanganku sedikit bergetar. Mungkin karena udaranya mulai dingin
Aku memejamkan kedua mataku yang mulai memanas, berusaha untuk tidak menyesali apapun tindakan kebodohan yang pernah ku ambil. Menyetujuinya, seandainya dia lahir. Mungkin usianya sudah genap satu tahun, aku sedang asik-asiknya mengajak dia jalan-jalan sambil membawa botol susunya yang telah ku siapkan, membacakan cerita dongeng setiap malam, dan semirip apa wajahnya. Apa seperti diriku? Atau malah seperti ayahnya, bayiku sedang lucu-lucunya. Haha, aku tahu air mata ini tak sengaja mengalir begitu saja. "Young-ah, apapun keputusan yang kau ambil saat itu. Bukanlah salahmu, sama sekali bukan!"
"Haha, jangan menghiburku begitu..."
Jungkook menggeleng
"Tidak sama sekali, perlu di akui kau gadis yang kuat"Ah, ucapannya membuatku ingin tersenyum. Malam itu yang ku tahu adalah tidak ingin ada perpisahan antara aku dan Jungkook. "Percayalah, suatu hari nanti anakmu akan beruntung karena memiliki ibu yang hebat. Sepertimu" Balasnya begitu hangat. "Aku harap kau benar, Jung..." Batinku
KAMU SEDANG MEMBACA
It Ends Of Us | JEON JUNGKOOK
FanfictionSemua bermula dari pertemuan tak sengaja di sebuah rooftop. Min Young berusaha menenangkan diri setelah kematian ayahnya dan Jungkook, dokter spesialis saraf yang tampan, mengaku sedang menepi dari tekanan pekerjaan. Sebagai dua orang asing yang tid...