Xiao Zhan mencoba mengatur napasnya. Tangannya mencengkram erat mejanya yang sudah di penuhi coret coretan—kata kata kotor mengatai dirinya tentu saja. Xiao Zhan ingin marah, tapi harusnya dia menjaga tempramennya. Dia orang yang beretika dan berpendidikan. Jika dia menjawab kejadian ini dengan kemarahan, dia tak bisa di sejajarkan dengan para pria bangsawan berkelas.
Xiao Zhan meniup rambutnya yang menjuntai di depan wajahnya. Tangan kurusnya yang jelas terlihat lemah itu mencoba mengangkat mejanya. Dia sudah mengamankan kursinya terlebih dahulu. Kursinya lebih ringan dari mejanya. Baru bebapa langkah dia berjalan, dia sudah meletakkan kembali mejanya, menatap sedih pada tangannya yang memerah karena mengangkat meja berat sialan itu.
Dia tak boleh menyerah. Sean Xiao Zhan yang agung nan menawan bukan di takdirkan untuk menjadi pria lemah. Dia mencoba mengangkat mejanya lagi, setelah ini terlewati dia harusnya mempertimbangkan tentang memakan sayur dan berolah raga.
Cukup lama, hingga dia berhasil mencapai lift sekolahnya. Dia mengeluarkan senyuman kelegaannya. Tapi, tepat dia akan memasuki pintu depan gedung sekolahnya—
BYUUURRR—
Xiao Zhan terdiam. Rasanya ia ingin menangis, tapi rasa marah lebih menggebu di hatinya. Baru saja dia di siram dengan cat berwarna putih dari lantai dua. Dia masih bisa melihat beberapa anak laki laki yang tertawa mengejeknya. "Seharusnya kau sadar di mana kau berada, pelacur kaya." hardik mereka.
Bolehkah Xiao Zhan berteriak?
Tidak tidak tidak
Itu bukan gayanya. Dia tak boleh menunjukkan bahwa ia setara dengan para manusia manusia yang tengah melakukan aksi pembulian padanya. Yang benar saja, ia memang memiliki banyak orang yang membencinya tapi baru kali ini ada yang berani melakukan hal hal seperti ini padanya.
Xiao Zhan bukanlah anak pengadu. Dia juga yakin ayahnya akan menasihatinya kalau dia harus bersikap lebih baik. Tapi jika Xiao Zhan memberi tahu nama dan nama keluarga dari orang orang itu pada ibunya, ia yakin akan banyak pengangguran setelahnya. Ibunya suka bermain kasar.
Xiao Zhan kembali menghembuskan napasnya. "Xiao Zhan, sedang apa kau di sini?" dan Xiao Zhan rasanya ingin menonjok muka si brengsek yang mungkin menjadi dalang hari sialnya hari ini. Xiao Zhan menatap tajam sosok tampan yang sedang memasang pura pura bersimpatinya. Dia jelas melihat tulisan bahwa ia harus menjauhi Yibo di mejanya. Kebetulan sekali, calon tunangan brengseknya itu kini memunculkan wajahnya di hadapannya.
"Bantu aku mengangkat meja ini." dengus Xiao Zhan.
Yibo tentu tahu kalau Xiao Zhan sedang memerintahnya. Dia juga sepertinya mengerti kondisi Xiao Zhan yang mungkin secara tidak langsung di karenakan dirinya. Yibo seolah menunjukkan rasa khawatirnya. Dia mengangkat meja Xiao Zhan dengan enteng, dia menuntun Xiao Zhan memasuki lift bersama meja di tangannya.
"Kau terlihat cocok dengan cat putih itu." itu bukan pujian, Xiao Zhan tahu benar. Lelaki itu baru saja tersenyum dengan manisnya dan kini dia sudah membuka topengnya. Xiao Zhan yakin sekali Yibo itu iblis yang berpura pura menjadi manusia. Atau jangan jangan Yibo itu penderita DID?
"Terima kasih." Xiao Zhan tidak mau berurusan dengan Yibo. Dia lelah berdebat.
"Hari Sabtu nanti, keluarga kita akan membicarakan pertunangan kita." Yibo menyandarkan tubuhnya di lift.
"Aku tidak mendapatkan konfirmasi di scheduleku."
"Berhentilah bersikap angkuh!" Yibo mengolok Xiao Zhan. "Mereka menyuruhku untuk memberitahumu, agar aku menyapamu di sekolah." Yibo mengingatkan bagaimana tingkah laku kedua keluarga mereka. Mereka harus dekat dan semakin dekat agar perjodohan ini tidak terkesan di paksakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
IKEMEN√
FanfictionPenolakan itu tak membuat Yibo dendam, hanya saja dia mendapat motivasi menjadi lebih baik. "Bukan salahmu karena menolakku atau melupakan ku". "Kesalahanmu hanya karena tak mengenaliku" Original Story by: @ikazordick Cr: Gambar nyomot Pinterest #R...