08: 💚

724 101 25
                                    

Detak jarum jam mendominasi kesunyian di dalam kamar yang di penuhi buku dan kertas. Jingyu menyandarkan tubuhnya di kursi, menarik nafasnya dalam. Ia menatap sebuah kertas yang terbungkus apik di dalam amplop yang memiliki desain yang mewah. Jingyu menaikkan kakinya di atas meja kerjanya-dia sedang tidak dalam mode ingin bekerja.

Lelaki dengan wajah tampan yang terkadang terkesan konyol itu kembali menghela napasnya. Ia kembali membaca tulisan yang di tulis besar dengan tinta emas. Ada nama sahabatnya di sana.

Sean Xiao Zhan

Dan tentu saja seseorang yang pantas bersanding dengannya. Wang Yibo.

"Apa aku harus datang?" Jingyu berbicara sendiri bukanlah sesuatu yang perlu di herankan. Ibu dan ayahnya selalu bergumam kalau anak lelaki tertua mereka itu memang gila. Cukup gila untuk membuat mereka kaya raya di usianya yang masih belia.

Sebenarnya tidak ingin. Ada sesuatu yang tidak menyenangkan mengganjal di dada Jingyu. Tentang pertunangan sang sahabat. Tapi tidak ada sahabat yang tidak bahagia dengan pertunangan sahabatnnya. Dia harusnya datang. Mengucapkan selamat kalau bisa sedikit meneteskan air mata agar terlihat dramatis. Dia harus berucap bahwa Xiao Zhan sudah besar.

Rasanya-

Konyol sekali.

Mereka baru berteman satu semester tapi mengapa rasanya berat sekali melepaskan Xiao Zhan dengan lelaki itu. Jingyu belum bisa mempercayai Yibo. Dia terlalu menyayangkan sahabat manisnya.

"Apakah tuan putri bahagia bersama dengan pangeran?" Jingyu kembali bergumam. Melempar undangan pertunangan Yibo dan Xiao Zhan ke atas mejanya. Dia mendongakkan wajahnya, menatap langit langit kamarnya.

Tidak ada yang special di sana.

Jingyu hanya ingin saja melihat langit langit. Dia memejamkan matanya. Bergumam, "Dan mereka hidup bahagia selama lamanya."

Membuka matanya kemudian. "Lalu setelah itu apa yang terjadi?" tanyanya entah pada siapa. Bibirnya menyeringai. Tidak sabar dengan kelanjutan cerita manis antara Xiao Zhan dan pangeran berkuda putihnya. "Hanya ada kata 'the End' bukankah itu terkesan menjengkelkan?"

Ikemen
.
.
Ika. Zordick

Suara tawa Yangmi menggema, wajah Xiao Zhan-remaja pria dengan setelan casualnya itu merasa sangat malu sekali. Ibunya sungguh pintar mempermainkannya. Dia menunduk dalam dan Carman-calon ibu mertuanya tertawa anggun menanggapi wajah manis Xiao Zhan yang sedang malu.

"Kau sangat manis, Xiao Zhan." itu pujian. Siapapun yang melihat Xiao Zhan saat ini memang harus mengakui betapa manisnya si remaja yang kini menatap lantai. Dia tak berani melihat kemeja transparan kebesaran yang sedang di tunjukkan ibunya untuk mengolok oloknya.

Dan suara berat Yibo membuat perhatian mereka beralih menatap kedatangan Yibo. "Maaf aku terlambat." Yibo menundukkan tubuhnya dengan sopan pada Yangmi dan Carman.

"Astaga, kau benar benar tampan. Xiao Zhan kami pasti sangat menyukaimu." Xiao Zhan semakin memerah ketika mendengar godaan Yangmi. Dia menunduk lagi. Yibo tersenyum-khasnya sekali dengan pembawaannya yang tenang. Xiao Zhan harusnya mempelajari cara Yibo menyembunyikan kegugupan.

"Terima kasih, pujiannya ibu mertua." Yibo membuat Xiao Zhan ingin menenggelamkan dirinya sendiri. Kenapa rasanya sangat memalukan. "Kau sudah dapat suitnya?" Tanya Yibo pada Xiao Zhan. Xiao Zhan mengangguk canggung.

Carman tersenyum gembira melihat interaksi anaknya dan calon menantunya. Ide jahil terlihat di pikirannya. Dia bangkit dan mengambil asal lingerie pria yang tergantung di toko. "Kurasa ini juga manis untuk Xiao Zhan" katanya. Xiao Zhan melongo. "Bagaimana Yibo, apa kau ingin melihat Xiao Zhan mencobanya?"

IKEMEN√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang