Suara music keras terdengar-terkesan bergemuruh. Xiao Zhan-pria cantik yang mengenakan celana Jeans ketat, dipadukan kaos V Neck hitam polos bertulisan angka 83 yang dilapisi jaket kulit berwarna coklat. Xiao Zhan menyisir rambutnya kebelakang dengan jemarinya. Dua tindikan mungil ditelinga kirinya menyempurnakan penampilannya yang terlihat panas dan sedikit nakal malam ini. Berbeda dengan dirinya yang biasanya terkesan bak remaja baik baik.
Dia melangkahkan kakinya, beberapa lelaki dan wanita menatapnya lapar. Kadang sengaja sedikit bersiul untuk menarik perhatiannya. Tapi keangkuhannya tak berkurang sedikitpun. Ia sedikit mendelik dan melanjutkan langkahnya. Kakinya yang berbalut sepatu mahal menambah keindahan kaki jenjangnya. Dia pria sempurna dengan kecantikan yang luar biasa.
Mendudukkan dirinya di salah satu sofa. Seorang lelaki duduk di sana, rambutnya pirang, hidungnya mancung dan bola mata coklatnya. Terlihat tampan meski lampunya terkesan temaram. Dia tampak tak memperdulikan kehadiran Xiao Zhan-mungkin tak menyadari kehadiran Xiao Zhan. Dia masih asyik berciuman dengan gadis di sampingnya. Hingga Xiao Zhan memilih menendang sedikit lutut lelaki itu.
"Hei hei hei!" sedikit marah tapi ekspresinya yang terganggu langsung berubah ketika mendapati Xiao Zhan-kekasihnya di sana. Masih kekasihnya tentu saja, mereka belum resmi berpisah. "Ah ternyata kau, baby. Apa kabarmu?" tanyanya. Ia cepat mengusir wanita wanita yang mengerubunginya. Dia tak ingin Xiao Zhan merasa terganggu dengan kehadiran mereka.
"Kau terlihat bahagia bermain dengan pelacur, Arthur." Xiao Zhan suka memanggil Feiyu dengan panggilan Arthur. Itu nama kecilnya. Mereka bertemua di Kanada dan nama Arthur lah yang terlebih dahulu diucapkan Feiyu ketika memperkenalkan dirinya.
Feiyu sedikit terkekeh. Dia memberikan sekaleng minuman bersoda pada Xiao Zhan. Tahu sekali kalau Xiao Zhan belum cukup umur untuk menikmati minuman beralkohol. "Kau tak pernah mau bermain denganku. Jadi, kau berubah pikiran atau bulan tanpa akhirmu baru saja berakhir hari ini?" Tanya Feiyu mencoba menyindir Xiao Zhan yang selalu berkilah jika diajak bercinta. Itu sebenarnya penghinaan besar untuk Xiao Zhan ketika Feiyu menganalogikan penolakannya bermain ranjang ibarat wanita yang sedang menstruasi.
Xiao Zhan mengangkat kaki kanannya ke atas kaki kirinya. Ia mendelik pada Feiyu dan Feiyu harus selalu memuja kecantikan prianya itu. Kecantikan yang bahkan mengalahkan milik wanita. Seperti boneka, kulitnya bahkan terasa begitu lembut. Feiyu ingin Xiao Zhan tapi ia rasa ia cukup bisa bersabar. Hanya dengan Xiao Zhan. Pria itu punya pesona yang menaklukkannya. "Berhentilah berbasa basi, kau suka sekali mencampuri hidupku"
"Xiao Zhanku yang cantik. Berapa kali harus kukatakan, kau kekasihku. Aku berhak mencampuri hidupmu." Mengingatkan tentang statusnya. Feiyu harus mengingatkan Xiao Zhan kalau tak ada yang bisa melecehkan kekasihnya dan memutus hubungan diantara mereka berdua. Dia sedang tergila gila dan Xiao Zhan adalah sensasi berbeda untuknya.
"Kembalikan apapun yang kau ambil dari Min Sasha" Xiao Zhan bersidekap. Matanya yang besar menatap Feiyu. Meminta pertanggungjawaban dari perbuatan seenaknya pria itu. "Ini hanya hubungan anak sekolah menengah atas dan kurasa tak seharusnya orang dewasa sepertimu mencampurinya"
Feiyu merapatkan duduknya pada Xiao Zhan. "Aku tidak suka siapapun yang menghinamu!" berbicara dengan nada setengah mendesis. "Dan selama aku di Kanada, apa yang kau lakukan?"
Xiao Zhan memilih bangkit tapi Feiyu menarik dirinya kembali hingga ia duduk di pangkuan lelaki Cina Kanada itu. "Kau berselingkuh, Xiao Zhan. Jadi sekarang rencanamu apa? Mencampakkanku?"
"Ya, kau tahu betul tentangku." Xiao Zhan mencoba mendorong tubuh Feiyu. Menjauhkan bibir lelaki tampan itu.
"Apa yang sudah ia lakukan padamu? Apa yang ia berikan padamu? Apa kurangnya aku dibanding dirinya, sayang?" mencoba bertanya tapi tangannya mengelus paha Xiao Zhan, membuat Xiao Zhan berjingkat. Dia cepat bangkit. Menampar pipi Feiyu dengan keras. Ia mengambil kaleng cola yang sebelumnya dibukakan pria itu untuknya. Ia menumpahkan seluruh isinya di atas kepala Feiyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
IKEMEN√
FanfikcePenolakan itu tak membuat Yibo dendam, hanya saja dia mendapat motivasi menjadi lebih baik. "Bukan salahmu karena menolakku atau melupakan ku". "Kesalahanmu hanya karena tak mengenaliku" Original Story by: @ikazordick Cr: Gambar nyomot Pinterest #R...