31. Jangan Baper!

26 12 1
                                    

Nasehat Ricard tempo hari, ternyata begitu dikenang dan mengena di hati Farida. Benar jika diantara mereka memiliki ikatan emosional yang kuat. Tanpa pernah bertatap wajah sebelumnya, bukan berarti tidak ada rasa saling percaya diantara keduanya. Sejauh ini, nasihat dari Ricard sangat pas di hati Farida. Pun sebaliknya, hampir semua konten yang berisi petuah kehidupan, di-iya-kan oleh Ricard. Menurutnya, meski sederhana, tapi semuanya sangat relate dengan kehidupannya. Meski sebenarnya, semua yang di-publish oleh Farida tidak ditujukan untuk seseorang. Melainkan bersifat universal. Jika ada yang merasa dan tergerak serta tersadar, itu adalah bonus. Selebihnya, Farida hanya bersifat mengingatkan atau muhasabah diri.



Perbedaan usia, status, agama dan benua,  bukan suatu halangan untuk menjalin sebuah hubungan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perbedaan usia, status, agama dan benua,  bukan suatu halangan untuk menjalin sebuah hubungan. Itu menurut Ricard, awalnya. Tapi setelah melihat kesetiaan Farida pada suaminya, pandangannya berubah total. Dia sadar, status adalah salah hal penting yang perlu dipertimbangkan untuk melanjutkan hubungan. Bahkan dirinya sempat mundur teratur, saat mengetahui bahwa Farida sudah bertuan. Tapi kepergian Farida begitu meruntuhkan semangat hidupnya. Begitu rapuhnya Ricard, yang menganggap dirinya tiada lagi makna. Dia begitu membutuhkan seseorang yang mampu mengembalikan semangatnya, dan itu ia temukan dalam diri Farida.

Kenapa harus ia temukan sosok itu dalam diri Farida? Kenapa juga Farida sudah bertuan saat mengenal Ricard?

Farida, satu dari ratusan juta makhluk Tuhan yang diciptakan untuk menyampaikan satu kebaikan. Bukan karena dia manusia yang paling baik, tapi Tuhan telah memilihnya untuk itu. Bukan pula dia makhluk tanpa dosa, hanya saja, aibnya dijaga oleh Sang Kuasa. 

Boleh saja, orang memandang kehidupan Farida selalu menyenangkan, tidak beban pikiran, hati apalagi ekonomi. Tapi, hidup itu memang sawang sinawang. Setiap orang bebas memberikan penilaian atas orang lainnya. Tapi, lidah memang tidak bertulang, seringnya ber-ghibah hingga kebablasan. Siapa yang tahu, jika di kepala Farida penuh dengan huruf-huruf yang harus dirangkaikan menjadi sebuah kata-kata penuh inspirasi. Gampang? Tentu tidak! 

Kehidupan yang terlihat menyenangkan, nyatanya tidak semenyenagkan yang terlihat. Farida sedang di tahap itu.

“Aku akan membiasakan hidup mandiri. Meski aku punya Mas Zai, tapi aku ga bisa mengandalkan keberadaannya. Dia membuatku makan hati setiap hari. Bisa-bisa aku penuaan dini, meladeni kegilaanya, yang makin hari makin gila.”

Farida memutuskan untuk menjadikan dirinya semakin kuat. Ibarat rumah, dia akan membuat rumahnya berdinding beton dan beratap baja. Selain itu, hatinya harus selalu dipupuk dengan iman. Dia merasakan imannya yang tergerus sedikit demi sedikit karena ‘penyakit hatinya’. Farida telah membuat dirinya terjun bebas dalam jurang kebencian pada rumah tangganya. Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyamannya, justru kini tidak ada bedanya dengan sebuah kuburan tanpa peziarah.

Jarinya menari indah diatas papan berisi deretan abjad. Sekejap, jadilah sebuah kata penyemangat yang sebenarnya ditujukan untuk dirinya sendiri.



After The War [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang