67. Perihal Takdir

14 4 0
                                    

Pada akhirnya, orang-orang akan saling menyambut dan melepaskan. Menyambut yang datang dengan sukacita dan melepaskan yang datang lalu pergi dengan tangis, sedih tiada tara. Kemudian, berdua akan saling membingkai senyum dan seketika berubah merajut tangis. Mereka berhamburan, berlarian dengan penuh semangat serta senyum selebar telinga kemudian saling berpelukan. Melepas kerinduan yang begitu mendalam. Bercerita sepanjang perjalanan tentang apa-apa yang sudah kejadian. Untuk mereka yang pergi, seolah sapu tangan ikut mengantarkan, melambai-lambaikan ujungnya di setiap hentakan. Berharap segera pulang kala pagi menjelang.

Kepergian memang tidak bisa disangkalkan, meski kedatangan kerap direncanakan matang-matang. Namun, pada akhirnya yang datang memang harus pergi, entah akan kembali atau segera terkubur bumi.

Bila sebuah janji terlanjur diucap, jika waktu memihak, semua akan indah pada waktunya. Itupun jika raga dan jiwa kompak, masih saling bersama. Seringkali, yang satu ini memang sulit ditebak. Mati-matian raga dan jiwa diikat dan dipertahankan begitu kuat, namun apalah daya jika sang malaikat sudah mendekat dengan sebuah keputusan Tuhan ada ditangannya. Bahkan sekelas tentara terkeren sejagat raya pun tidak bisa mengelak, lantas bernegosiasi mengajak perdamaian atau berteriak, "Aku menyerah."

Bisa jadi, kematian adalah hal yang mutlak. Mungkin, malaikat juga malas berdebat, entah dengan para ustadz apalagi para keparat. Juga kepada seorang Ricard. Meski jiwanya dipertaruhkan untuk kemaslahatan umat, membela perdamaian dan menjaga mati-matian hingga berkeringat, jika ajalnya sudah berada di ujung shoot gun yang ia pegang erat, maka yang kembali pulang hanya nama tanpa raga yang selamat.

Jika itu benar terjadi, satu orang yang paling kehilangan adalah Farida. Satu lainnya adalah Pricilia.

***

Ini adalah satu minggu pertama Ricard meninggalkan Farida. Sudah pasti tidak ada kabar apapun. Selain tidak ada akses internet, pasti dia tidak punya banyak waktu untuk duduk bersantai sambil memainkan ponselnya.

"Bahkan di akhir masa tugasnya, nyawanya masih saja ia pertaruhkan demi perdamaian sebuah negara yang ia lindungi. Ricard, Ricard, begitu mulianya tugasmu sebagai abdi negara, bahkan kamu tak lagi mementingkan tentang kedamaian di hatimu sendiri. Aku salut menjadi seseorang yang dekat denganmu. Pulanglah dengan selamat!"

Di dalam keheningan malam yang begitu dingin, bertarung sendirian melawan depresi dalam diamku. Aku mencoba melewati perasaan putus asa, bersalah dan penuh dosa. Aku mencoba memejamkan mata entah yang keberapa kalinya. Berharap tidak akan ada yang terjadi ketika membuka mata. Aku begitu takut dengan ancaman-ancaman di dunia.

Rasanya baru lima menit yang lalu, Farida terpejam. Alarm di ponselnya sudah meraung-raung, menandakan ia harus bangkit dan meraup air ke wajahnya.

"Ya Allah ... waktu tidurku sangat kacau, hatiku ga ada tenang-tenangnya. Mudah-mudahan tidak ada hal buruk yang terjadi sama Ricard."

Farida menjadi seseorang yang overthinking selepas kepergian Ricard ke zona perang di negara perbatasan. Ada saja hal yang tiba-tiba melintas dan memenuhi rongga dalam kepalanya. Sama saat seperti sekarang. Saat Farida sedang berandai-andai, jika putri Ricard tiba-tiba mengirim pesan singkat atau bahkan menelponnya untuk menanyakan keberadaan ayahnya saat ini, rupanya benar terjadi.

Sebuah pesan masuk di ponselnya.

🧑‍🎓 Hai aunty, I'm Pricilia

Astaghfirullah ... ini anaknya Ricard, bukan sih?

Farida sempat ragu, namun setelah pesan kedua masuk, dia seratus persen yakin bahwa Pricila yang dimaksud adalah orang yang sama dengan anaknya Ricard

🧑‍🎓 I'm Ricard's daughter

🧕 Hallo Pricilia, how are you?

🧑‍🎓 I'm okay, aunty, but where is my daddy? He did not respond to my messages.

Ya Allah, jadi Ricard benar-benar ga ngasih tau soal kepergiannya sama Pricilia.

🧕 Eeemm ... Pricilia, your dad in war zone

🧑‍🎓 What?? Why didn't he tell me?

Farida juga tidak sepenuhnya tahu alasan Ricard tidak memberitahukan hal sepenting ini pada putrinya sendiri.

Apa aku berhak membela Ricard dalam situasi seperti ini? Bukankah memang seharusnya dia memberitahu apa-apa yang dialaminya? Terlebih ini menyangkut hidup dan mati.

🧑‍🎓 Aunty Farida, are you okay?

🧕 Yes, I'm okay. About your daddy, i don't know, if he did not tell you about his mission

🧑‍🎓 Yes, sometimes dad did this to me. Aunty, when will he come home?

🧕 I don't know. I'm sorry.

Farida menjadi bersalah atas apa yang dirasakan Pricilia. Tapi, dia tidak bisa melakukan apapun. Rasanya tidak berhak membela Ricard juga. Tapi, ini adalah perasaan yang sangat wajar. Seorang anak tentara yang ditinggalkan ayahnya untuk berjuang di medan perang tanpa berkabar. Bagaimanapun, tindakan Ricard memang tidak dibenarkan. Sejauh apapun jarak mereka atau serenggang apapun hubungan keduanya, mungkin yang terbaik memang meminta izin.

🧑‍🎓 Aunty, can you help me?

🧕 Anything for you, Dear

🧑‍🎓 How far is your relationship?

Hampir saja Farida tersedak secangkir teh jahe oleh-oleh dari Zee tempo hari, yang sedang ia seruput berbarengan dengan mulutnya yang terus mengunyah sebuah bakpau isi daging yang baru saja matang.

🧕 Oh ... we are just friend, Pricilia. Don't worry!

🧑‍🎓 Really? But uncle Zee said if you are have a special relationship

🧕 Oh Zee, yes, yesterday he come to me

🧑‍🎓 Really. Long time no see, since he's not in the military

He's not in the military? Apa maksudnya Pricilia? Kemarin dia masih pake seragam yang sama dengan seragam yang biasa Ricard pake. Oh mungkin ada arti kata yang lain darialimat Pricilia

Dan Farida mengabaikan penjelasan Pricilia tentang Zee yang sudah tidak di militer. Dia memilih untuk membahas yang hal lain. Rupanya antara Farida dan Pricilia bisa seakrab itu dalam waktu yang sangat singkat. Meski awalnya ada keraguan untuk saling bertanya hal berikutnya.

Pricilia juga sepertinya tidak keberatan ketika diajak membahas terkait pribadinya. Buktinya, sejauh ini, mereka masih melanjutkan komunikasi. Meski hanya sebatas bertanya kabar atau menanyakan apakah ada kabar dari sang ayah, Ricard.

Farida dan Pricila, dua wanita yang menunggu kabar terbaru dari pria bernama Ricard. Dua doa spesial dari orang terkasih melayang-layang memenuhi udara menghadap pada si Pencipta. Berharap doa itu segera sampai pada si yang punya nama.

Sejauh apa hubungan Farida dengan Ricard, rasanya belum bisa diungkap olehnya pada putri semata wayangnya, Pricilia. Masih jauh dari kata jadi, jika dia masih punya hubungan dengan Zainudin. Selama surat perceraian masih belum di tangan, selama itu pula Farida masih terikat dengan seorang pria bernama Zainudin. Itu artinya, dia tidak bisa menjalin hubungan lebih dari sekedar teman kepada siapapun yang mendekati dirinya.








After The War [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang