9. | Di depan Laboratorium |

12 2 0
                                    

Semarang 2020

"Minggu depan kita praktek di lab ya, anak-anak. Jangan lupa bawa jas lab nya. Sekian dulu dari saya. Sampai jumpa minggu depan."

Usai berkata demikian, Pak Fatur menyuruh ketua kelas untuk memimpin doa. Setelah selesai, Pak Fatur berdiri di depan papan tulis sementara murid-murid berbaris untuk menyalami guru kimia tersebut.

Kevia jadi murid paling akhir yang keluar. Alih-alih langsung beranjak menuju parkiran, gadis itu lebih dulu melangkahkan kakinya menuju laboratorium. Ia ingat jas nya tertinggal di sana. Dua minggu lalu, Kevia melepas jas lab nya karena basah terkan tumpahan cairan kimia lalu menyimpannya di salah satu meja yang terletak di sudut dan lupa untuk membawa pulang.

Kakinya melangkah dengan gontai. Hari ini ia sangat tak bersemangat untuk melakukan apa pun. Tentu saja, kejadian kemarin begitu mengguncang hatinya. Sampai sekarang, ia masih tak menyangka kalau hubungannya dengan Reynal telah berakhir begitu saja.

Semalaman kemarin ia terus menangis setelah mencoba tegar sampai setidaknya acara jumat bersih selesai.

Ia merasa hatinya begitu hancur berantakan. Semakin mencoba percaya dengan penjelasan Reynal, hatinya makin terasa sakit saat kenyataan bahwa Reynal dan Clara berciuman di depan matanya merangsek menguasai ingatannya. Terus berputar-putar berulang-ulang bagai kaset rusak.

Pun dengan pikiran-pikiran liar yang juga ikut menguasai kepalanya. Rasa-rasanya, tidak ada setitik pun bagian dari tubuhnya yang membela Reynal. Seolah, pemuda itu benar-benar salah dan membuatnya jatuh dalam palung kecewa.

Disela-sela langkahnya, Kevia mengambil ponselnya dari dalam tas lalu mengarahkannya ke wajah. Membuka benda pipih tersebut, Kevia lantas membuka kamera.

Di sana, terlihat wajahnya yang sembab dan matanya yang bengkak belum juga hilang. Kevia menghela napas lalu menyimpan kembali ponselnya.

Penampilannya begitu kacau. Tapi, tentu saja tidak ada yang peduli. Mengingat, ia sama sekali tak mempunyai teman dekat. Ada beberapa yang penasaran, tapi Kevia abaikan. Toh, dia memang tidak berkewajiban menjawab rasa penasaran mereka.

Kevia melangkah masuk karena ia sudah sampai di laboratorium. Diambilnya jas lab nya yang tetap tergeletak begitu saja di atas meja yang terletak di sudut kanan.

Wrong ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang