3. | Semuanya Sudah Berakhir |

37 6 13
                                    

Reynaldi Hayman.

Sial.

Si mantan brengsek itu kenapa tiba-tiba muncul dan membuat semuanya tak karuan, sih?

Padahal Kevia sudah sangat menikmati hidupnya yang tenang di kota Jakarta ini tanpa bayang-bayang luka akibat kelakuan si brengsek itu.

Tapi kenapa semuanya jadi begini?

Oke, tentang video sialan yang viral itu Kevia akui memang salahnya. Sekarang ia benar-benar menyesal atas tindakan gegabahnya itu. Dirinya sama sekali tidak tahu kalau efeknya akan sejauh ini. Jika tahu ending-nya akan begini, pasti Kevia tidak akan menemui Reynal dan memilih pura-pura tidak melihat saja.

Kemarahan yang bergejolak memang membuatnya jadi tolol. Ia sekarang sadar kalau apa yang ia lakukan tadi malam benar-benar konyol. Berniat mempermalukan Reynal di depan banyak wartawan? Hei, bukankah itu kurang kerjaan?

Baik, lupakan sejenak soal itu. Sekarang kita lanjut ke permasalahan selanjutnya.

Setelah tiba-tiba mengajaknya balikan, kini Reynal kembali muncul sebagai murid baru di kelasnya. Pertanyaannya, apa yang membuat Reynal pindah sekolah ke Jakarta?

Tunggu, apa ini pertanyaan bodoh? Seingatnya, Reynal memang orang asli Jakarta. Malah dirinya yang asli Semarang. Jadi, tidak ada yang salah jika Reynal kembali ke kampung halaman.

Namun kalau dipikir-pikir, ini sebuah kebetulan yang janggal. Apa jangan-jangan, Reynal menguntitnya?

Tapi untuk apa? Untuk kembali mengajaknya balikan? Hah! Lucu sekali jika memang iya. Dia sendiri yang berbuat brengsek, sekarang malah mengejar-ngejar. Tentu saja, Kevia tidak akan sudi!

Kemunculan Reynal membuat Kevia mengingat semua hal yang terjadi di masa lalu. Hubungan manisnya dengan Reynal, perhatian Reynal, kasih sayang Reynal, dan yang terakhir kebrengsekan Reynal.

Ugh, Kevia benci ini. Sudah susah payah ia melupakan bahkan menghapus segala tentang Reynal di masa lalu, orangnya malah muncul lagi.

Yang lebih parah dan membuat sebal, Reynal duduk tepat di belakangnya! Iya, sial sekali. Kursi yang tersisa hanya itu.

Selama ada Reynal tadi, Kevia berusaha bersikap tak acuh dan seolah tidak pernah mengenal cowok itu. Selain tak berminat untuk beramah-tamah, Kevia juga ingin menunjukkan pada si brengsek itu kalau dia masih sangat membencinya.

Waktu memang terus berlalu, tapi luka yang disebabkan oleh Reynal sama sekali tak hilang sedikit pun.

Reynal sendiri tak koar-koar kalau mereka pernah saling kenal. Cowok itu memang menyapanya, tapi tak Kevia tanggapi. Untunglah, Reynal tak mengajaknya bicara lagi meski bisa Kevia rasakan kalau Reynal terus menatapnya dari belakang.

Gadis itu menghela napas. Kepalanya terasa panas sekali atas segala kerumitan ini. Tangannya bergerak menyalakan keran di wastafel untuk membasuh wajah. Ia butuh kesegaran.

Selesai membasuh wajah, Kevia mengeringkan wajahnya yang basah dengan tisu yang sudah disediakan. Matanya menatap ke pantulan dirinya sendiri dari kaca.

Kevia kembali menghela napas. Ia tahu. Atas semua masalah yang terjadi, yang harus ia lakukan mulai sekarang adalah berpura-pura tidak tahu menahu tentang orang dalam video itu. Selain itu, ia juga harus sebisa mungkin menghindari Reynal dan seolah-olah tidak kenal atau semuanya akan terbongkar.

"Kev, lo masih lama?"

Panggilan Dita dari luar menyadarkan Kevia. Ia baru sadar kalau terlalu lama di dalam toilet. Buru-buru Kevia keluar.

"Udah, nih. Maaf, ya, lama. Banyak yang harus dikeluarin," ucapnya sambil nyengir kuda.

Dita tertawa dibuatnya. "Apaan tuh? Sebongkah emas?"

Wrong ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang