Untuk yang kedua kalinya, Reynal berkendara secara kebut-kebutan. Kali ini tujuannya adalah taman kompleks dekat rumah Kevia.
Pacarnya itu ingin bertemu setelah mereka tak berkomunikasi selama seharian ini. Dan Reynal tahu pasti apa yang membuat Kevia ingin bertemu dengannya.
Pasti soal undangan pertunangan sialan itu.
Ia benar-benar tak tahu apa-apa mengenai hal itu seharian ini kalau saja tiba-tiba jam delapan tadi Valerie yang entah darimana tiba-tiba pulang dan memberitahu kabar mengejutkan itu.
Sontak ia menolak mentah-mentah karena selamanya pasangannya adalah Kevia. Tapi Valerie tak peduli. Wanita paruh baya itu memang sudah merencanakan hal ini sejak beberapa bulan lalu bersama Clara tanpa memberitahunya.
Mamanya benar-benar semena-mena. Padahal sebelumnya Valerie telah berjanji untuk memberinya waktu, tapi mengapa malah tiba-tiba membuat acara pertunangan?
Lebih parahnya, mamanya memilih Clara sebagai calonnya. Demi Tuhan, Reynal tidak sudi!
Dan lebih gilanya, Valerie memberitahu kalau dia datang ke rumah Kevia untuk memberi undangan. For God's sake! Ia tak menyangka kalau mamanya itu benar-benar tak punya hati.
Reynal mengendarai motornya makin cepat. Amarahnya begitu menggelegak. Ia tak bisa membayangkan bagaimana reaksi Kevia sekarang. Tapi yang jelas, gadis itu pasti sangat marah.
Tepat pukul setengah sembilan, Reynal tiba di taman kompleks. Suasana di tempat itu sangat sepi, mengingat hari sudah malam.
Ia turun dari motornya, dan menemukan Kevia yang duduk di salah satu bangku. Gadis itu menunduk, membuat Reynal tak tahu bagaimana ekspresi wajah Kevia sekarang.
Dengan pelan Reynal berjalan mendekati Kevia. "Kev..." Sesampainya di depan gadis itu, Reynal memanggil pemilik nama dengan pelan.
Kevia mendongak, menampakkan wajahnya yang sembab dengan mata memerah karena terlalu lama menangis.
"Reynal?"
Penampilan wajah Kevia membuat hati Reynal mencelos. Ia tahu, kali ini luka yang ia buat di hati Kevia tidak main-main.
"Kev, aku ... aku minta maaf sama kamu. Aku tau aku salah banget. Aku udah nyakitin kamu lagi," lirihnya.
"Tadi Mama kamu ngasih aku ini." Dengan gemetar Kevia mengulurkan undangan yang sedari tadi ia genggam.
Reynal tertohok. Ternyata Valerie tidak membual. Mamanya benar-benar memberi undangan itu ke Kevia.
"Kev, percaya sama aku. Aku nggak tau apa-apa soal pertunangan ini. Mama yang udah rencanain semuanya tanpa ngasih tau aku sebelumnya."
"Aku tau. Kamu nggak akan ngelakuin itu." Kevia menanggapi sembari tersenyum tipis.
"Aku cuma cinta sama kamu, Kev. Pertunangan itu nggak akan mengubah apa-apa. Hubungan kita akan terus berlanjut. Aku janji aku akan ngomongin ini ke Mama. Mama nggak akan bisa bikin kita pisah. Kamu jangan mikir aneh-aneh, ya?" Reynal memegang kedua bahu Kevia sambil menatap gadis itu lekat-lekat.
Kevia menggeleng. Ia tak sekuat itu untuk terus bertahan disaat mamanya Reynal terang-terangan menunjukkan rasa tidak sukanya.
Maka ia menyingkirkan tangan Reynal "Nggak perlu ada yang dipaksain, Rey. Aku nggak mau bikin hubungan kamu dan mama kamu jadi rusak." Ia menghela napas. Sesak mulai merambati dadanya, tapi Kevia menguatkan diri. "Lepasin aku, Rey."
Reynal menatap Kevia dengan mata memicing. "Apa maksud kamu?"
"Lepasin aku. Kamu mau tunangan sama Clara tapi diantara kita belum ada kata putus, kan? Jadi lepasin aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Chance
Teen Fiction[Completed] Kevia tak menyangka jika keputusannya untuk ikut kakak sepupunya menghadiri acara Indonesian Music Awards membuatnya bertemu lagi dengan Reynal--mantan pacarnya saat kelas sepuluh dulu. Luka itu seperti baru kemarin, dan tentu saja ia ma...