PART 5

67 5 0
                                    

"Unnie!" Teriak Jennie yang suaranya menggelegar bebas di ruang tamu. Memanggil sang kakak tertuanya yang terlihat tengah termenung di ruang itu sendiri. Tanpa diketahuinya, kakaknya ternyata bukan sedang sendiri disana. Takut akan tatapan sang kakak, Jennie lalu mengundurkan niatnya untuk menemui kakaknya. Lalu, gadis itu membungkuk pada seseorang yang bertamu ke mansion mereka.

Ck.

Setelah Jennie datanglah Rosé yang entah dari mana, Rosè juga melakukan apa yang tadi Jennie lakukan. Ada dengan kedua adiknya hari ini, Jisoo juga heran. Kenapa tingkah laku keduanya tidak seperti mereka kali ini.

"Oops. Mianhae unnie. Silahkan lanjutkan" Rosé juga membungkuk pada tamu kakaknya, lalu ia berlalu dari sana secepat mungkin.

Merasa malu atas sikap adiknya, Jisoo tersenyum kikuk pada tamunya, "maafkan atas sikap adikku yang tidak dewasa tadi" ujarnya.

Pria sebagai tamunya tersenyum mengerti "gwaenchana" ucapnya tulus.

"Biasanya mereka tidak seperti itu. Hari ini menurutku aneh, mereka bertingkah seperti itu" masih belum tenang, Jisoo kembali menyeritakan bagaimana adik-adiknya sebenarnya.

"Jisoo-ssi gwaenchana. Adikku terkadang juga seperti itu saat dirumah" ujar Park Junmyeon tamu Jisoo.

Merasa tidak enak, sekali lagi Jisoo membungkuk meminta maaf " Sekali lagi aku minta maaf, Junmyeon-ssi" setelah itu keduanya tenggelam dengan percakapan yang sangat penting.

Tidak lama kemudian pria Park undur diri dari mansion megah itu, mengingat diluar sana sang rembulan sudah menampakan dirinya. Pertanda siang sudah berganti dengan malam.

"Hati-hati dijalan" ujar Jisoo seraya melambai-lambaikan tangannya diudara.

Pria itu hanya mengangguk dan memejamkan matanya, membalas Jisoo.

"Masuklah" teriak pria itu.

°°°°°

"Ada apa dengan kau unnie!" Sungguh Jisoo sangat terkejut ulah kelakuan sang adik.

"Ya! Kau ingin aku mati kena serangan jantung!" Ucapnya setengah teriak mengusap-usap dadanya yang berdegub kencang.

Mendelikkan matanya, Jennie tak menjawab sang kakak. Gadis bermata kucing itu menarik kasar tangan sang kakak, menuju ruangan yang penuh dengan buku-buku dan juga beberapa benda lainnya.

"Lihat?" Gadis kucing menyodorkan sebuah mini album yang berisi gambar dirinya dan juga ketiga saudarinya.

"Waktu itu kita sangatlah dekat, tapi lihatlah kini. Untuk menghabiskan waktu bersama saja, kita hampir tidak pernah. Jika tidak sedang makan bersama" suaranya mulai menyendu, kenangan-kenangan ia bersama ketiga saudari yang dulunya sangat hangat bahkan orang-orang pun iri terhadap mereka.

Jisoo terpaku, matanya terus menelisik gambar-gambar yang ada didalam album itu. Jika ditanya tentang merindukan suasana itu, mungkin Jisoo adalah orang yang pertama kali paling keras teriak mengatakan dia sangat merindukan masa-masa itu.

Tapi kini apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Tidak mungkin bisa kembali seperti bentuk semula, Pikir Jisoo.

"Tujuan kau memberikan ini pada-ku apa?" Tidak bisa dipungkiri kedua matanya sudah digenangi oleh cairan bening.

"Unnie!" Tangan Jennie meraih tangan kakaknya.

"Tatap aku unnie. Aku tau, kau tak bisa menyembunyikan ini semua unnie" Jisoo pasrah mengikuti perintah adiknya.

BAYANGAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang