Duak!
Baru saja aku hendak menjerit, tiba-tiba aku merasakan sebuah tekanan yang mendorong tubuhku ke dinding. Menyebabkan bukan jeritan yang keluar, namun ringisan kecil karena benturan cukup kuat itu yang menimbulkan sedikit rasa sakit pada bagian punggungku.
Siapa sih badebah yang baru saja melakukan itu? bahkan sekarang tubuhku terasa tak dapat bergerak bebas seolah aku sedang dihimpit sesuatu, ditambah lagi mulutku turut ditekan sehingga aku merasa sukar untuk mengeluarkan suara apapun.
"Jangan berisik. Lihat cermin."
Suara Nene yang menggema tersebut lagi-lagi terdengar,aku refleks menurutinya saja.
Pada detik selanjutnya tatkala aku melirik cermin, aku malah menemukan sebuah kejutan lain.
Aku bersumpah bahwa hanya ada aku di toilet ini, di depanku benar-benar tiada orang. Akan tetapi di dalam cermin itu situasinya berbanding terbalik.
Yang membuat tubuhku terasa 'terhimpit' ternyata karena ada Kusanagi Nene yang sedang memojokkanku ke sudut tembok. Dia menempatkan salah satu tangannya pada tembok di sebelah wajahku dan sebelahnya lagi ia gunakan untuk membekap mulutku.
Selain wajah pucat dan ekspresi tak bernyawa tersebut, sentuhan darinya pun terasa dingin. Bibirku yang sedang dihalau oleh tangannya ini paling merasakan hawa itu.
"Kau paham sekarang? Jadi jangan sekali-kali kau mencoba menjerit kalau kau tidak ingin dianggap pasien gangguan jiwa, mengerti?"
Cepat-cepat aku mengangguk sebagai respon. Nene pun melepaskanku serta menjauh. Fwah! akhirnya aku dapat menghirup udara bebas lagi setelah dibekap kuat seperti itu.
Kulit pucat seperti mayat, ekspresi dingin, dan tubuh transparan. Dari hasil pengamatanku kepada Nene ini sudah cukup menjelaskan bahwa aku sedang berhadapan dengan hantu, bukan manusia.
Tetapi mengapa dia menjadi hantu? Bukankah tadi aku berhasil menyelematkannya dari rel kereta???
"Kalau kau berpikir aku adalah 'Nene' yang kau selamatkan tadi, kau salah besar. Nene yang kau maksud masih ada di sana." Menggunakan dagunya, Nene menunjuk ke arah di luar area toilet.
Aku pun melihat apa yang ditunjuk dengan mengintip dari balik pintu toilet. Ternyata dia menunjuk kepada Kusanagi Nene yang masih tertidur dengan pulas di atas ranjang. Samar-samar aku masih melihat pergerakan dadanya naik turun dengan normal yang cukup membuatku dapat bernapas lega, dia masih hidup.
"Lantas kau siapa?" tanyaku heran. Aku menutup pintu toilet pelan-pelan agar suaraku tidak sampai terdengar keluar.
"Aku juga Nene, hanya saja bukan 'Kusanagi Nene' yang berasal dari dimensi waktu ini," jawabnya tenang. "Aku berasal dari dimensi yang sama denganmu sebelum kita 'dipindahkan' kemari."
KAMU SEDANG MEMBACA
ꓸ᭄ꦿ⃔☕ 𝑩𝒍𝒖𝒆 𝑴𝒂𝒓𝒎𝒂𝒍𝒂𝒅𝒆┊ NENEKASA ˎˊ-
Fiksi Penggemar≡;- ꒰ °🎶 𝐏𝐑𝐎𝐉𝐄𝐂𝐓 𝐒𝐄𝐊𝐀𝐈 𝐅𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 𑁍ࠜೄ ・゚ˊˎ -"𝐽𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛-𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛, 𝑎𝑘𝑢 𝑘𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖 𝑘𝑒 𝑡𝑢𝑗𝑢𝒉 𝑡𝑎𝒉𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑙𝑢?!" Tenma Tsukasa masih tidak percaya apa yang baru dialaminya saat ini. Bukan Nirwana...