USIA TERAKHIR PEREMPUAN

241 25 3
                                    

Di ruang publik, usia perempuan sangatlah terbatas. Tekanan sosial membuat sebagian besar perempuan tak lagi bisa menikmati ruang-ruang yang dahulu mereka sukai. Ruang nyaman yang mereka sering datangi sewaktu masih sangat muda dan menjadi bagian dari terapi sehari-hari dari sekian banyak tekanan dan masalah yang ada.

Semakin menua, begitu banyak tempat dan ruang seolah-olah menutup diri dari para perempuan. Selain mereka tak lagi bisa sesuka hati saat berada di ruang publik seperti dahulu kala. Aturan moral dan sosial memaksa mereka harus menjaga tingkah laku dan bagaimana mereka berpakaian. Ini membuat banyak perempuan tersudut ke tempat-tempat tertentu saja.

Cafe-cafe yang berisikan anak-anak muda modern dan sadar fashion tak lagi bisa menerima keberadaan mereka. Jalanan umum tak lagi bisa membuat mereka nyaman karena tekanan yang luar biasa yang datang dari pengguna jalanan raya.

Untuk bisa lepas dari jerat penghakiman sosial masyarakat kebanyakan yang menginginkan seorang perempuan harus sadar diri akan usianya dan bersikap sopan sesuai norma masyarakat pada umumnya. Sebagian besar perempuan harus membuat ruang tersendiri untuk diri mereka. Atau memasuki ruang-ruang publik yang bisa menerima mereka apa adanya tanpa adanya tatapan menusuk dari orang-orang sekitar.

Bagi perempuan, menua adalah penjara sosial. Tidak hanya kebebasan berperilaku dan berpakaian mereka dibatasi atau dengan terpaksa harus membatasi diri. Mereka juga kian banyak kehilangan ruang-ruang publik yang bisa menghibur mereka dan membantu mereka memulihkan diri dari tekanan mental yang tak sedikit.

Menjadi perempuan itu tak mudah. Apalagi jika sudah sangat terbiasa dengan kebebasan perkotaan dan bagaimana dunia modern membentuk etika sosial perempuan menjadi seperti sekarang ini. Untuk bisa mempertahankan sebagian dari sumber kesenangan dan penghiburan semasa muda. Para perempuan harus tetap menjaga bentuk tubuh mereka. Jangan terlihat menua lebih cepat dan kalau bisa diusahakan untuk tetap awet muda. Dan yang paling penting, seorang perempuan harus sukses secara karir, kaya raya, atau makmur, sehingga mereka bisa membeli ruang-ruang tertentu sebagai tempat pelarian dan menghibur diri.

Jika tidak, saat perempuan memasuki usia 27 dan 29 di sebuah negara Asia, kabut kelam sudah bergelantungan di depan mata. Mendekati atau berada di usia itu, maka perempuan harus menerima kenyataan bahwa akan banyak ruang publik yang tertutup bagi mereka. Mereka tak akan lagi bisa tertawa lepas seenaknya, tak lagi bisa berlagak manja dengan teman-teman seperti dahulu kala, tak lagi bisa bersikap layaknya anak muda dengan postur duduk dan berdiri yang sesuka hati, dan tentu saja, mereka tak bisa memakai pakaian yang mengundang banyak tatapan menghujat kecuali pakaian-pakaian yang sopan dan tertutup rapi.

Menjadi miskin dan kekurangan uang, bagi perempuan modern perkotaan yang terbiasa dengan gaya hidup kekinian adalah semacam neraka. Segalanya menjadi terbatas. Dari pergaulan sosial yang penuh kecemasan sampai pada berbagai macam ruang publik yang tak lagi menyenangkan untuk dimasuki.

Banyak perempuan remaja-muda harus sadar akan batasan usia mereka yang begitu cepat memasuki fase meredup. Mereka harus mempersiapkan diri saat kelak usia yang menua, mengambil begitu banyaknya kesenangan yang pernah mereka miliki. Kehilangan begitu banyaknya sumber untuk menenangkan diri dan menghibur perasaan hanya karena tubuh yang menua sangatlah tidak menyenangkan. Seringkali begitu menyakitkan dan berujung pada depresi dan kegilaan.

Apalagi, saat usia muda adalah kegilaan itu sendiri. Tubuh menua menjadi sangat tak menyenangkan dan kian terasa menakutkan.

PEREMPUAN DAN OMONG KOSONG DUNIA SEHARI-HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang