PEREMPUAN DAN BUNUH DIRI

43 0 0
                                    

Kenapa banyak sekali perempuan muda, yang baru beranjak dewasa, yang melakukan bunuh diri daripada laki-laki? Apa yang membuat mereka lebih cenderung lari ke bunuh diri? Apakah orang-orang di sekitar tak ada satu pun yang mau membantu?

Dunia perempuan sangatlah membingungkan. Begitu juga bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain dan bagaimana perasaan dan tindakan yang mereka lakukan, membuat mereka terjebak dalam sejarah kehidupan yang terkadang jauh lebih rumit dan buruk daripada laki-laki.

Dewasa ini, berhubungan dengan perempuan, baik itu orang tua, kekasih, teman, dan mereka yang cenderung dekat, sangatlah melelahkan dan memiliki kemungkinan lebih banyak tegangan emosional dan konflik perasaan.

Lalu, ketidaksiapan mereka terhadap kebebasan memilih dan terhadap diri sendiri beserta begitu banyaknya tanggung jawab sosial dan moral yang menekan punggung mereka. Membuat banyak dari mereka menyerah terhadap kehidupan atau berakhir dengan berbagai macam kerusakan emosional.

Perempuan modern hari ini, memiliki keinginan yang terlalu banyak dengan mengorbankan kewarasan mereka sendiri. Semakin mereka berpendidikan, semakin menderitalah mereka. Semakin mereka melihat dunia, semakin hancurlah mereka.

Mereka ingin merengkuh dan mengambil segalanya. Mendapatkan pendidikan yang bagus. Pekerjaan yang bagus. Suami yang baik dan pengertian dan kalau bisa yang makmur dan menurut kepada mereka. Memiliki rumah yang bagus. Kendaraan yang bagus. Bisa makan dan membeli cemilan sesuka hati. Terjerat dalam gengsi sosial. Mendambakan karir dan prestasi intelektual atau akademik. Dan banyak lainnya, yang dahulu kala menjadi bagian dari hal-hal yang dilakukan laki-laki.

Yang dilupa para perempuan adalah bahwa para laki-laki dulu harus menanggung caci maki, hujatan, tatapan dengki, dan berbagai macam hinaan saat mereka tak sesuai dengan kepantasan keluarga dan masyarakat. Sebagai kepala keluarga. Sebagai orang yang harus bertanggung jawab terhadap anak-anaknya. Dan bahkan harus bertanggung jawab juga terhadap orang tua dan mertuanya.

Banyak laki-laki nyaris bekerja seumur hidup dan terkadang rela tak pulang demi terus mempertahankan pekerjaan dan keuangan keluarga. Bagi beberapa laki-laki yang memilih jalur menjadi filsuf, ilmuwan, dan pemikir. Sebagian dari mereka harus merelakan diri jatuh dalam kesepian, kehampaan, kegilaan, atau bahkan tidak menikah untuk bisa terus berpikir dan berkarya.

Apakah para perempuan modern tengah mengulangi kegagalan para laki-laki terdahulu? Saat mereka tak siap. Mereka hanya perlu membunuh diri sendiri, berpindah gender, atau mencintai sesama jenis?

Ego perempuan yang semakin membesar dan ingin terlalu banyak. Membuat mereka mulai enggan mengikuti laki-laki yang menjadi pasangannya dan lebih memilih mengejar keinginan-keinginannya sendiri. Mereka ingin, jika para laki-laki sebagai suami adalah orang yang rela melakukan semua hal untuknya. Rela mengalah. Dan juga dituntut harus berjuang untuk keuangan keluarga dan keseharian hidup enak.

Saat semua harapan indah tak lelas didapatkan. Umur mereka kian menua. Menjadi makmur dengan diri sendiri ternyata tak mudah kecuali hanya sebagian perempuan yang bisa melakukannya. Mereka tak lekas mendapatkan laki-laki yang sesuai dan makmur. Mereka harus menerima kenyataan itu dan mulai mencari uang mereka sendiri dan mencoba untuk makmur lewat perjuangan diri sendiri. Yang kenyataannya, sangat melelahkan dan menghancurkan nurani.

Beberapa dari mereka pun memilih menjadi pelacur modern untuk mempersingkat khayalan hidup yang harusnya serba mudah. Yang lainnya, tertatih-tatih dengan beragam trauma dan kerusakan emosional dan mencoba mempertahankan sedikit dari nilai-nilai yang dianutnya. Tapi tetap saja, untuk bisa mendapatkan kemandirian ekonomi yang kokoh dan karir yang baik. Butuh waktu yang cukup panjang bagi mereka.

Yang membuat mereka kehilangan masa muda terbaik mereka dan posisi mereka sebagai perempuan yang mengandalkan tubuh dan wajah mudanya untuk bisa menarik pasangan. Atau, beberapa dari mereka memaksakan diri menikah muda lalu tak puas dengan kehidupan pernikahan mereka lalu berujung pada perceraian.

Mereka, para perempuan, berada di persimpangan yang buruk. Apakah mereka harus mengikuti para perempuan terdahulu yang harus mengikuti suaminya dan mengalah dalam beberapa hal tertentu. Yang penting kehidupan keluarga dalam keadaan baik dan tak mengalami keretakan. Atau para perempuan lebih memilih diri mereka sendiri dan akan mengakhiri setiap hubungan yang ada jika mulai tidak menguntungkan bagi mereka?

Sehingga pada akhirnya mereka tak pernah memiliki kepastian hidup dan kepastian hubungan sosial dan percintaan yang kokoh dan bertahan lama.

Para perempuan hari ini banyak yang tak siap menjalani kehidupan karena harapan mereka terlalu tinggi dan keinginan mereka terlalu banyak. Saat khayalan hidup indah tak bisa digapai karena kekurangan dukungan keluarga, ekonomi, atau emosional. Mereka tak kuat menanggung malu jika salah satu hal yang menjadi bagian dari akar atau sumber kepercayaan dirinya menghilang.

Saat pendidikan adalah sumber kebanggaan mereka, gengsi mereka di lingkungan masyarakat dan dunia pertemanan mendadak saja hilang karena harus putus di tengah jalan. Mereka akan menjadi malu, merasa tak berharga lagi, dan berpikir tak lagi memiliki masa depan yang indah dan cerah.

Saat mereka tak mendapatkan pekerjaan yang layak dan bergaji tinggi. Mereka merasa tertekan dan takut kelak tidak bisa membiayai kehidupannya sendiri. Tidak bisa makan sesuka hati. Tidak bisa merias dan mempercantik diri. Atau bahkan tak bisa membeli apa saja yang mereka inginkan. Mereka merasa tertekan dengan bayangan harus hidup apa adanya dan mengurangi menikmati atau membeli hal-hal yang mereka inginkan. Mereka juga takut jika nanti bercerai dengan suami mereka akan menjadi miskin atau tak punya aset atau tabungan untuk bisa berdiri sendiri.

Saat mereka tak bisa mendapatkan laki-laki yang tampan, kaya, atau makmur. Mereka nanti takut jika harus membangun atau membeli rumah sendiri. Harus menyediakan kendaraan sendiri. Atau harus bekerja terus menerus hanya untuk mendapatkan tempat tinggal yang nyaman dan memuaskan. Juga, mereka harus bekerja untuk bisa mengisi dapur dan mempertahankan ekonomi rumah tangga.

Saat mereka dituntut keluarga untuk segara bekerja, membantu orang tua, membayar hutang mereka, membiayai adik-adik, dan harus langsung bertanggung jawab terhadap diri sendiri saat baru lulus sekolah atau kuliah. Dunia mendadak saja menekan mereka dengan keras. Dunia yang awalnya mudah dan indah tanpa beban yang pasti. Seketika menjadi penuh dengan tekanan dan harapan-harapan yang terlampau banyak.

Mereka tak hanya dituntut oleh lingkungan karena terlanjur menikmati hidup yang enak sejak berpendidikan. Atau terlanjur menampilkan diri sebagai sosok yang menawan, tak kekurangan uang, perempuan modern sosialita, memakai pakaian mahal dan bagus, sangat konsumtif, bisa menikmati berbagai macam hal tanpa bekerja keras, dan tentu saja, terlihat memiliki gaya hidup seakan dari keluarga kaya yang sangat makmur. Atau keluarga menengah yang berkecukupan.

Banyak dari mereka mengarahkan diri dan menampilkan diri semacam itu dan tak siap jika mendadak saja tampilan indah diri mereka menghilang atau hancur. Atau tak siap, saat nanti, harus bekerja keras untuk mendapatkan lagi posisi yang menyenengkan itu.

Saat kemungkinan tampilan diri itu, sebagai sumber utama kepercayaan diri dan kekokohan emosial hancur berantakan. Mereka menderita.

Mereka tak lagi bisa menikmati kehidupan. Mereka tak lagi tahan dengan pandangan orang-orang. Mereka pun memilih bunuh diri.

Selain itu, mereka membunuh diri mereka karena hubungan sosial yang buruk, tak lagi ada orang yang bisa membantu, tak puas dengan pasangan mereka atau kisah percintaan mereka, dan tak tahu harus melakukan apa lagi.

Mereka tak lagi memercayai orang tua mereka sendiri. Tak memiliki teman. Tak selalu puas terhadap diri mereka sendiri. Menuntut laki-laki sebagai pasangannya terlalu banyak dan akhirnya ditinggalkan. Lalu mereka semua harus mengurus diri sendiri. Banyak dari mereka tak kuat untuk melakukannya seorang diri. Kehidupan ternyata terlalu mengerikan dan menakutkan. Dan kematian adalah jalan terindah untuk mengakhiri segala hal yang membingungkan dan seolah tak memiliki jalan keluar menuju kebahagiaan atau hidup yang lebih menyenangkan.

Saat perempuan dituntut terlalu banyak dan mereka menginginkan terlalu banyak. Kematian pun menuntut mereka sebelum usia mereka beranjak menua.

PEREMPUAN DAN OMONG KOSONG DUNIA SEHARI-HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang