It's dangerous to fall in love
But I wanna burn with you tonight—
Aku merasa bersalah pada Faux karena malam itu malah nongkrong di Rockingdown untuk menyantap makan malam. Ada restoran cepat saji yang sudah mulai langka di sekitar kota ini, dan Rockingdown adalah satu-satunya tempat yang memiliki restoran itu di dalamnya. Makanan-makanan yang mereka jual mengingatkanku pada makanan yang kumakan semasa kecil: perkedel, sup jagung, kentang tumbuk. Ada es krim, juga. Jadi alasanku ke By the Beach malam itu sesungguhnya amat-sangat berdasar. Kecuali ketika aku keluar dengan perut menggembung dan nyaris pingsan mengetahui jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat tiga puluh.
Sial. Perasaan aku baru dua jam di sini. Aku tidak mengira aku tipe yang bisa lupa waktu. Menggeleng-gelengkan kepalaku, aku merapatkan jaket dan keluar lewat pintu belakang—pintu By the Beach—karena eskalator dan pintu utama sudah ditutup dan sejumlah toko mulai beres-beres. Aku terpaksa melalui jalur kargo di sebelah toilet, tapi sebelum itu aku harus lewat lapangan basket dulu. Aku tidak pernah tahu By the Beach di atas pukul sembilan selain jika sedang ada pertandingan. Setahuku lapangan basket buka dua puluh empat jam, dengan catatan dimulai sejak pukul sebelas kendaraan harus diparkir di pantai atau di mana saja selain basemen.
Pada awalnya, aku berpikir, ah nggak usah ngada-ngada, memangnya ada yang main basket tengah malam begini? Hingga aku mesti mengerem langkah secara tiba-tiba begitu kulihat seseorang sedang memutari lapangan sambil men-dribble bola. Dari arah pantai, angin berembus kencang, membawa aroma lautan dan garam yang amis. Lampu sorot menyinari figur tinggi itu, hingga dia nyaris tampak tidak nyata. Seolah dia bermain untuk panggung teater, bukan tempat umum seperti ini. Aku hanya punya beberapa detik sebelum orang itu menembakkan bolanya tanpa kesulitan dari luar garis setengah lingkaran, dan bola itu lolos dengan deviasi menakjubkan.
Aku merasakan gravitasi yang begitu kuat menarikku lebih dekat ke lapangan. Satu per satu, kuturuni undakan tangga, mencoba mengenali pemilik jersey merah dan sepatu putih itu. Lalu, akhirnya, saat aku tiba dan orang itu mengejar bolanya ke pinggir lapangan, kami berserobok pandang. Itu lima detik paling lama dalam hidupku. Rambut Faux acak-acakan tertiup angin, dan tatapannya seakan menghunjamku seperti ribuan pisau. Faux memungut bolanya dalam sebuah gerakan lambat, nyaris penuh perhitungan. Aku tidak tahu mengapa, tapi cara Faux membanting bola itu ke tanah sambil mengawasiku membuat perutku bergolak tidak keruan. Makanan yang kutelan berhasil menemukan jalannya keluar menuju kerongkonganku, dan kalau saja aku tidak mengingatkan diriku sendiri untuk bernapas, aku mungkin sudah muntah dan mengotori sepatu Faux.
"Kamu," kata Faux, dengan sedikit nada jengkel di dalam suaranya. "Kamu ngikutin aku?"
"Jangan kegeeran deh," aku bersungut-sungut. "Aku habis makan burger dan hash brown."
"Sampai jam segini?" Faux memicingkan sebelah matanya sarkastis.
"Aku lupa waktu," balasku cepat.
Meskipun aku telah mengatakan yang sejujurnya, Faux kelihatan menolak untuk percaya, tapi dia tetap mengedikkan bahunya. "Nggak apa-apa juga sih kalau kamu ngikutin aku. Siapa yang nggak suka diikutin cewek cantik?" Apakah dia selalu gombal seperti ini? Aku tidak bergerak ke mana-mana dan hanya memelototinya dalam rangka membuat cowok itu keki hingga memutuskan untuk meninggalkanku sendiri. "Jadi," kata Faux, rupanya masih belum selesai. "Kamu udah lihat aku main. Kamu udah lihat lutut palsuku yang nggak bisa apa-apa ini?"
Faux menepuk-nepuk lutut kirinya.
Aku membuang napas. "Nggak bisa apa-apa tapi nge-shoot masuk dari luar three point itu agak bikin sakit hati buat orang-orang yang nggak punya kualifikasi buat jadi pebasket kayak aku sih."
![](https://img.wattpad.com/cover/315962904-288-k480915.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Saints & Sinners
Romance(TERBIT - Sebagian chapter telah dihapus.) - ❗️🔞❗️ just another fucked up story I write for aesthetics. You've been warned. Rated 18+ for explicit sexual contents. - Tahun terakhir Axelle di Basalt jadi berantakan karena cewek itu harus berurusan d...