Vote? Huehehe. ( ͡° ͜ʖ ͡°)
—
Setelah pengakuan Faux dan makan malam yang terlambat di apartemenku, aku tidak pernah melihat cowok itu lagi di kampus atau By the Beach. Seperti reputasinya selama ini, Faux kembali menjadi legenda Basalt yang hanya bisa ditemui teman-teman satu kelasnya. Dan tidak ada yang dapat kulakukan selain berharap cowok itu baik-baik saja. Paling tidak, lebih baik daripada pertemuan terakhir kami.
Sudah dua minggu aku tidak melihat Faux. Memasuki minggu keempat kuliah, aku mulai berkutat dengan jadwal yang padat. Tidak ada waktu untuk melancong ke By the Beach atau jalan-jalan ke fakultas Hukum. Karena aku memilih kelas pagi, aku harus mengoptimalkan sisa waktuku di siang dan sore hari. Membaca buku, belajar, berolahraga, masak, mengantar pakaian ke laundry. Aku semakin sibuk, dan semakin sedikit waktu yang dapat kuluangkan untuk teman-temanku—baik itu Tobias maupun Faux. Tobias, di sisi lain, juga tengah menyusun penelitian akhirnya. Aku tidak tahu apa yang sedang Faux lakukan. Yang lebih bikin uring-uringan, aku tidak mengenal satu pun orang di fakultas Hukum.
Atau kupikir begitu. Hingga pundakku ditepuk seseorang di Horologium ketika aku sedang menunggu minumanku di konter. "Hei! Axelle!" Butuh beberapa lama bagiku untuk mengingat siapa orang ini atau apakah dia berasal dari Basalt hingga aku melihat sweter merah marunnya. "Aku Sandra! Inget nggak? Kita satu kelompok waktu ospek!"
Sandra adalah salah satu dari tiga orang yang tahu aku pernah pacaran dengan Tobias selain Faux dan satu orang lagi yang masih dalam status pencarian. Sandra dan aku duduk setelah Sandra menerima pesanan kopinya, menyamping dengan tempat dudukku dan Daniel beberapa waktu lalu. "Kamu ke mana aja, Xel?" Sandra bertanya. "Kirain kamu pindah, tahu."
"Sama," aku tertawa. "Aku juga ngira kamu pindah."
Aku menatap sweter merah yang Sandra kenakan, lalu meneguk minumanku dan bertanya, "By the way—aku lupa—kamu fakultas Hukum kan?"
"Yup," kata Sandra. "Kamu? Masih di Ekonomi?"
Aku terkesan orang-orang masih ingat aku dan tetek-bengek kehidupanku. Kehidupanku sudah cukup sibuk dan otakku terlalu penuh untuk menampung informasi soal orang lain.
"Masih." Aku mengangguk singkat. "Hukum ya? Kamu tahu nggak sekarang Faux di mana?"
Sandra tersedak kopinya, lalu tergelak. Alisku bertaut. "Faux? Faux Slier?" Aku menggaruk-garuk leherku, tidak mengerti di mana aku melakukan kesalahan. "Nggak tahu sih. Aku jarang lihat Faux di kampus belakangan ini. Aku kelas A. Faux kelas B. Temenku yang sekelas sama Faux. Dia bilang Faux mau pindah."
Sekarang aku yang tersedak minumanku. "Pindah?" ulangku. Sandra mengangguk. "Ke mana?" Pertanyaanku kemungkinan besar tidak akan mendapat jawaban karena Sandra pasti tidak tahu Faux akan pindah ke mana, tapi tetap saja aku menunggu. Latté di perutku menggelegak dan selama satu saat yang singkat, kurasakan cairan itu merambat naik hingga ke tenggorokan.
"Nggak tahu." Sandra mengangkat bahunya lagi. "Katanya ke luar negeri. Dia mau ambil program online."
Aku meletakkan gelas minumanku pelan-pelan. Mencerna kata-kata Sandra dan mengilasbalik apa yang terakhir kali Faux katakan padaku: "Mungkin aku harus nggak ketemu kamu dulu untuk sementara." Lalu, "Aku nggak pergi. Aku cuma butuh waktu buat mikirin apa yang kulakuin hari ini bener atau nggak." Aku membekap mulutku, merasakan mual yang begitu mendadak meremas-remas perutku. Jangan bilang Faux melakukan ini karena aku. Karena aku dan yang kami lakukan malam itu, Faux tidak ingin melihatku lagi untuk selamanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/315962904-288-k480915.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Saints & Sinners
Romance(TERBIT - Sebagian chapter telah dihapus.) - ❗️🔞❗️ just another fucked up story I write for aesthetics. You've been warned. Rated 18+ for explicit sexual contents. - Tahun terakhir Axelle di Basalt jadi berantakan karena cewek itu harus berurusan d...