LG7 - Tamu dari Korea

12.5K 2.1K 437
                                    

Author's note : Terima kasih untuk kesetiaannya di lapakku. Semoga hari kalian selalu cerah. Aamiin allahumma aamiin. 

***

Follow instagram @frasaberliana (author) x @deargoldenstars (readers space dan jadwal update) untuk berita terkini Langit Goryeo.

Tekan tombol bintang dan jangan lupa beri komentar yang baik.

Happy Reading.

***

Rumah mewah keluarga Sadewa tampak tenang. Hanya ada sepasang suami dan istri yang duduk bersama tanpa berhadapan di ruang tengah lantaran sang istri sedang memijat tengkuk suaminya. 

"Sini juga , Mi, pegal banget bahu Abi." Sadewa menepuk bahu kiri.

"Atuh Abi, ulah (jangan) ngeyel. Jangan kebanyakan makan daging kambing. Kambuh, kan, kolesterolnya."

"Itu cuma mitos, Mi. Ini pegal biar manja aja sama istri."

Rania memukul pelan bahu Sadewa.

"Anak-anak ke mana ya, Mi? Sudah hampir jam 9 malam kok belum pulang?"

"Inaya tadi pamit jalan sama teman-temannya. Sebentar lagi, kan, dia harus kembali ke Korea."

Sadewa manggut-manggut. "Pendar?"

"Assalamu'alaikum, Abi, assalamu'alaikum, Umi," sapa Inaya saat memasuki ruang tengah.

Sadewa dan Rania melihat anak mereka bergegas cuci tangan di pantry lalu mencium tangan orang tuanya secara bergantian. "Anak gadis Abi dari mana?"

"Tadi aku kan sudah bilang, Mas."

"Yo, ndak apa-apa, tho. Mau dengar dari Tuan Putrinya langsung."

Inaya duduk di samping Sadewa, tangan kiri ayahnya dia letakkan di pangkuan sambil dipijit setiap jari-jemarinya. "Abi, Abi. Inaya Cuma kumpul sama teman-teman SMA aja." Inaya geleng-geleng kepala.

"Jadi ambil amanah jadi panitia di tabligh akbar?" tanya Sadewa sembari sendawa.

"Enggak, Bi. Soalnya teman Inaya ada yang mau datang."

"Siapa?" tanya Rania.

Otot wajah Inaya menegang terutama di bagian pipi. Sekuat apa pun dia menahan gerak reflek yang mengukir senyuman. "Itu lho, Mi, yang dari Korea itu," ucap Inaya sambil menunduk menyembunyikan ekspresi.

Sadewa melihat ke arah Rania, tetapi istrinya hanya mengendikkan bahu sambil menyimpan sedikit tawa. "Tidak berdua-duaan lho, Inaya. Apalagi acaranya malam."

"Eng-enggak kok, Abi, tenang aja. Bagian perempuan dan laki-laki, kan, dipisah. Hanya bertemu sebentar saat selesai acara. Sudah."

Tubuh paruh baya Sadewa telah rileks karena pijatan. Dia pun melihat jam dinding dekat ruang makan. "Mi, kalau Pendar ke mana?"

Rania meninggalkan ruang tengah sebentar untuk mengambil air putih hangat. Sosoknya tetap masih terlihat karena dispenser tidak jauh dari sana. "Tadi sore sih Umi tanya katanya mau jemput tamu di bandara."

Inaya yang bermain ponsel melirik sekilas.

"Tamu? Jemput tamu?" tanya Sadewa butuh kejelasan.

"Iya, Bi, katanya ada tamu dari luar negeri."

Sadewa masih belum mampu mencerna pernyataan Rania. Setahu Sadewa, Pendar bekerja di divisi legal perusahaan biro perjalanan pariwisata. Kenapa jadi menjemput tamu, pikirnya. Namun pertanyaan yang membesar hanya dipendam.

LANGIT GORYEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang