LG2 - Cahaya Pendar

24.4K 2.4K 277
                                    

Author's note: 

Playlist Langit Goryeo dapat didengarkan di spotify @frasaberliana

***

Follow wattpad frasaberliana

Follow instagram @frasaberliana (author) x @deargoldenstars (readers space, tempat halu, dan jadwal update) untuk berita terkini Langit Goryeo.

Tekan tombol bintang dan jangan lupa beri komentar yang baik.

Happy Reading.

***

Telah mendekati tanggal pertengahan di bulan Januari dalam kalender meja. Coretan tanda silang pada hari yang berlalu bertambah satu. Ingin berlanjut ke hari berikutnya, tapi tangan yang menggenggam pulpen tak berani menoreh tinta merah. Terdapat lingkaran dan tanda cinta, Ayah's birthday.  

Nanar pandangan kedua mata dengan iris istimewa biru keabu-abuan. "Uang gue belum cukup," keluhnya pelan dan menghela napas.

"Spadaaa!" Pintu ruang kerja utama terbuka. "Cahaya Pendar, kenapa ngelamun kayak gitu?"

Merasa terpanggil, si rambut panjang cokelat mahoni melebihi bahu tersenyum. "Daripada gue ngereog?"

"Ini udah jam berapa? Lo nggak pulang?" 

Pendar melihat jam digital di layar monitor. Dokumen revisi kontrak perjanjian kerjasama, kontrak kerja pegawai baru, pembaruan peraturan perusahaan masih terbuka juga. Tidak terasa sudah dua jam lebih dari jam kerja yang seharusnya. Pukul 19.00 WIB. Teman-teman satu ruangannya sudah tidak ada lagi yang tersisa. "Kenapa sih Ghe, gue lagi pusing tahu."

Dengan santai Ghea duduk di ujung meja kerja. Ditusuknya sedotan pada tutup cup kopi dingin lalu menyesapnya. "Kenapa sih, kenapa, Cahaya Pendarku? Lo lagi pikirin apa? Cerita dong sama Ghea yang giyeowo."

Pendar memijat pelipis yang tegang. "Duit gue belum cukup, Ghe. Pusing banget." 

"Nih, gue bawain matcha latte favorit lo." Ghea menggoyangkan cup lain di tangan kiri.

Pendar mengambil matcha latte-nya. "Gratis, nih?"

"Iya dong, gue habis dapet bonus dari Pak Juna. Insight akun media sosial kantor kita melesat menembus langit tak terbatas," ucap Ghea meniup poni dan merapikan kaca mata hitam di atas kepala. Benda andalan yang harus dibawa saat survei lapangan tempat wisata.

Pendar menyesap minuman kesukaannya satu tahun ke belakang. Sensasi dingin mengalir di kerongkongan. "Ghe, enak," puji Pendar dengan mimik wajah seolah terharu atas pemberian rekan kerja terbaiknya.

"Udah gue bilang, harusnya lo bikin kartu kredit di pacar gue. Biar bisa beli kado mahal buat ultah ayah lo."

Pendar berdecak. "Gue bisa di-ruqyah kalau ketahuan bikin kartu kredit. Bokap gue anti riba."

Ghea menyengir dan menutup mulut. Ghea terkekeh, "Lo hebat banget deh, Nda. Segitunya hanya demi ulang tahun orang tua. Pasti bokap lo sayang banget sama lo."

"Sugeng dalu (selamat malam), penghuni lantai dua kantor tur wisata terviral di Jogja!" sapa laki-laki  berlogat medok dengan kemeja lurik dan celana kain motif batik tulis ketika memasuki ruangan.

"Wih, sumringah banget mukanya, Mas Juna. Habis ada investor baru?" goda Ghea pada atasannya.

"Kalau wajah saya udah bersinar kayak Ji Chang Wook begini, sudah pasti ada aroma-aroma kemajuan perusahaan kita." Arjuna mengusap rambut klimis belah tengahnya. Segepok uang lima puluh ribuan dikeluarkan dari saku. Dia jajar membentuk kipas lalu mengibas seolah sedang mengusir hawa panas.

LANGIT GORYEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang