Hari pertama masuk kerja, seperti pada umumnya. Aku memperkenalkan diriku kepada semua pegawai yang hadir di briefing pagi. Setelah selesai perkenalan aku langsung diajarin beberapa hal yang harus aku kerjakan. Oia namanya Dimas, dia asisten direktur gitu ceritanya. Sementara aku jadi asitennya dia. Agak kaget sih karena sekilas Dimas terlihat perfect. Aku tuh paling gak bisa kalau dekat-dekat sama cowok perfeksionis, karena bakal terjadi dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama aku bisa jatuh cinta sama orang tersebut, kemungkinan kedua aku bisa ilfil.
“Paham ya Han, kalau ada yang masih gak ngerti lebih baik tanya aja. Daripada nanti sudah mulai kerja kamu malah hah-hoh.” terang Dimas penuh penekanan.
“Iya, Pak.” sahutku singkat dan padat.
Aku kembali ke meja kerjaku, sambil memeriksa beberapa pekerjaan yang baru saja diberikan oleh Dimas. Dalam hatiku ngedumel, wajar gak sih kalau baru pertama kerja masih bingung atau yang dia bilang hah-hoh itu. Aku pura-pura fokus ke layar komputer untuk menutupi kecanggunganku.
“Hanna, siap-siap ya, kamu temenin aku meeting diluar. Biar kamu tahu juga kalau meeting itu ngapain aja.” kalimat Dimas membuatku gelagapan, bagaimana tidak, baru saja pantat ini nempel di kursi sudah harus berdiri lagi.
“Baik, Pak.” lagi-lagi aku menjawabnya dengan singkat.
Kami berdua keluar kantor menuju meeting, beberapa staf memperhatikanku dan Dimas yang berjalan sejajar. Perasaanku sudah mulai gak enak campur takut, tapi harus pura-pura berwibawa supaya tidak kena tindas senior atau orang-orang yang memang kurang suka atas kedatanganku.
Aku masuk ke mobil Dimas, entah kenapa perasaanku mendadak jadi amburadul karena duduk di samping Dimas.
“Ayo turun.”
“Loh, meetingnya di restoran, Pak? tanyaku setengah bingung.”
“Udah..turun aja dulu, nanti kamu juga tahu.” sahut Dimas dengan gaya mempesonanya.
Aku berjalan mengikuti langkah Dimas, dan betapa terkejutnya aku ketika sampai di salah satu restoran ternama. Banyak perempuan cantik dan cowok-cowok cakep yang sudah duduk menunggu kedatangan kami, lebih tepatnya kedatangan Dimas. Mereka langsung menyambut kami berdua, Dimas juga memperkenalkan aku kepada semua yang hadir. Aku merasa seperti orang bego karena gak tahu apa yang mereka bahas. Mereka semua lebih ngobrolin masalah receh yang gak ada hubungannya dengan pekerjaan.
“Bye!”
“Bye!”
Satu per satu mereka meninggalkan meja, sementara aku masih dengan kebegoanku plonga plongo melihat mereka pergi.
“Pak, meetingnya sudah selesai? tanyaku sambil garuk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal.
“Sudah, yuk kita balik ke kantor.” jawab Dimas tanpa bersalah.
Ketika sampai di dalam mobil, Dimas memperhatikanku sambil tertawa.
“Kamu pasti bingung ya, Han. Lama-lama nanti kamu juga akan terbiasa dengan aktifitas seperti tadi. tadi itu teman-temanku semua. Yaa..mereka memang orang kantoran juga dan memiliki jabatan yang sama kayak aku. Aku bilang meeting tadi biar ada alasan keluar kantor aja.” Dimas berusaha menjawab kebingunganku, kali ini kalimatnya sedikit bersahabat.
“Oh…berarti meetingnya itu bohongan ya, Pak.” dengan polosnya aku melontarkan kalimat tersebut.
“Anggap aja begitu. Jangan sampai orang lain tahu, kamu asisten aku jadi harus menjaga semua rahasiaku atau rahasia kita.” ucap Dimas serasa memberiku ultimatum.
Aku hanya terdiam sambil menganguk, bukan berati aku menyetujui kalimat Dimas. Aku hanya sedang berpikir, jika aku tidak menuruti perintahnya bakalan di pecat atau tidak. Ya kali, baru kerja sehari dipecat, rekor bener hanya masalah gak patuh sama atasan. Hatiku ngedumel dengan berbagai spekulasi, mau teriak tapi ini di mobilnya Dimas. Bisa-bisa diturunin di pinggir jalan, mana aku belum hafal jalanan disini. Aku memijat pelipisku yang mulai pening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mitos Jodoh (TAMAT)
RomanceHanna Breauna adalah remaja yang tidak pernah mempercayai tentang mitos-mitos yang selalu di takuti oleh beberapa temannya. Bahkan menurut Hanna, mitos itu hanyalah sebuah kalimat untuk menakuti remaja seusianya, agar mau menuruti apa kata orang tua...