epilog

908 104 16
                                    

15:47

                         
Mobil Jaemin yang gue kemudikan udah masuk di ruas jalan tol cikampek. Sedikit lagi, kami akan tiba di Jakarta.

Jaemin akan mengantar gue pulang ke rumah.

Lalu Jaemin akan pulang juga ke rumahnya.

Semua ini akan berakhir.

Ditemani suara merdu George Ezra dan Jaemin yang meringkuk tidur di jok sebelah, pikiran gue melayang ke hari kemarin.

Bagaimana perasaan gue saat melihat Jaemin menjemput gue di rumah, bilang kalo dia mau ngajak gue pergi tanpa arah yang pasti.

Bagaimana gue bahagia dengan rencana itu, walau jalanan Jakarta macet ga ketulungan.

Bagaimana hati gue hancur saat tau he did it on purpose, karena besokannya mau nembak Karina.

Bagaimana lidah gue kelu saat dia hanya menganggap gue seorang sahabat.

Gue ngga bilang gue menyesal dengan keputusan untuk ikut dengannya kemarin malam.

Gue hanya menyesali kenapa gue punya perasaan sayang kepada Jaemin padahal gue tau dia sulit digapai.

Tapi semua itu sudah berakhir.

"Udah nyampe?" katanya dengan suara berat khas orang baru bangun tidur.

"Belom. Tidur aja lagi."

Jaemin menggeleng, lalu memberesi selimutnya dan meletakkannya di jok belakang. "Kamu capek?"

"Ngga kok."

"Kalo capek bilang ya. Gantian aku yang nyetir."

"Tadi handphone kamu bunyi."

Jaemin lalu meraih handphone-nya di dashboard, mengeceknya perlahan. "Karina," bisiknya.

"Apa katanya?"

"I'm okay, Jaemin. Go on with your life. You two deserve each other," kata Jaemin, membaca kata demi kata yang diketik Karina lewat Line.

Gue mengulum senyum. "She's a nice person, though."

Jaemin mengangguk, lalu kembali meletakkan handphone-nya di dashboard. "Harusnya kamu jujur dari awal, Win."

"Gengsi lah. I keep my pride high. Enak aja."

"Ih najis," ejek Jaemin, lalu ia tersenyum jahil. "Oh iya. Aku sebenernya udah denger dari pas kita masih di tol otw Cirebon."

Mata gue membulat tidak percaya. "Serius?"

"Serius. Tapi aku pura-pura bego aja ga denger. Dari situ, aku mulai mikir."

"Kamu kebanyakan mikir deh lama-lama."

"Diem dulu!" kata Jaemin dengan bibir mengerucut.

"Oke sori."

Jaemin tersenyum lebar. "Dari situ, aku mulai mikir kalo sebenernya, selama ini, itu emang kamu. I should've known. aku bego banget nyari-nyari orang yang tepat, padahal sebenernya orang itu selalu di samping aku."

Gue lalu ikut tersenyum. Sulit rasanya menahan ujung bibir gue untuk tidak mengembang.

"You are all the things I ever wanted in life combined in one, with a genuine smile and a pair of dazzling eyes," tambahnya sembari mencium punggung tangan kiri gue.

Perjalanan jauh itu jelas mengubah gue dan Jaemin. Jadi lebih dekat, mungkin? Entahlah. Saat ini, gue ngga mau mikirin itu dulu.

Yang terpenting, kami di sini ada untuk bersama.

Itu aja udah cukup.


                         
• F I N •





DUARRR ga jadi sahabatan doang.
hehe gimana?
makasih ya yang udah mau baca book ini 🫶🏻

come closer • jaemin x winterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang