05 • keraton kasepuhan

523 82 3
                                    

08:12


Gue memandangi Jaemin yang lagi pose deket sepasang patung macan putih dengan aneh. Dia sadar, terus marahin gue.

"Winter! Fotoin ah!"

Lalu dia lanjut berpose lagi. Kali ini dengan satu kaki diangkat layaknya anak kecil yang ikutan Little Miss Indonesia.

Gue mendengus, mengeluarkan handphone. "Malu-maluin tau ga si, Jaemin?"

"Tau," katanya mantap. "Makanya cepetan, bego."

Gue menjepret tiga foto sekaligus. Lalu Jaemin jalan ke arah gue.

"Gimana? Bagus ga?"

"Bagus," jawab gue sekenanya.

"Mau difotoin juga ga?"

Gue menggeleng. Jadi, gue dan Jaemin lanjut jalan ngelilingin Keraton Kasepuhan yang pengunjungnya lagi ngga begitu rame itu.

"Bagus ya arsitekturnya."

Jaemin menoleh. "Iya. Ini kombinasi dari Islam, Gindu, dan Buddha."

Gue mengangguk-angguk. "Sejak kapan lo tau yang beginian?"

"Kalo sejarah gue mah jago, Win."

"Sosio engga."

Jaemin ketawa. "Iya, sosio engga."

Gue berjalan nunduk ke aspal. Tiba-tiba gue keinget obrolan Jaemin semalam, tentang nembak Karina.

Dan ini udah hari selanjutnya.

Harusnya Jaemin nembak Karina hari ini.

"Woy. bengong ya?" kata Jaemin yang jelas aja bikin gue kaget.

"Engga. Tadi nyari koin siapa tau bisa buat bayar parkir."

"Ngga lucu ah."

"Iya emang," jawab gue lirih.

Jaemin tiba-tiba aja berhenti. Baru setelah gue meninggalkannya enam langkah, gue sadar dia udah ngga di samping gue.

Gue balik badan. "Kok lo masih di situ sih?"

Jaemin diem aja. Maka, gue kembali berjalan ke tempatnya berdiri.

"Kenapa berhenti?"

"Lah lo kenapa hari ini aneh banget?"

"Aneh?" gue bingung. "Ngga aneh kok."

Tangan Jaemin, tanpa gue duga, mendarat di pipi gue. Dia mengangkat wajah gue agar bisa menatap wajahnya secara sempurna.

"Jaemin. Ngga enak diliatin orang."

"Peduli amat sih apa kata orang."

"Lepas ah," kata gue tapi enggan menarik wajah gue dari tangannya.

Lumayan juga dipegang-pegang.

Kapan lagi? Kan udah mau jadi cowok orang.

"Lo aneh hari ini, Win," katanya. "Kepikiran yang semalem? Karina?"

Yak. Tepat sekali, Jaemin. Kalo ada mata pelajaran Baca Pikiran di sekolah, ulangan lo pasti cepe semua.

"Tenang aja," ujar Jaemin sambil melepaskan tangan kanannya, mencolek ujung hidung gue, lalu memalingkan pandangan. "Gue ngga akan ke mana-mana."


come closer • jaemin x winterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang