04 • pantai kejawanan

583 84 0
                                    

07:39

                         
"Ayo turun," kata Jaemin setelah dia memarkir mobil.

"Pantai lagi, Jem?"

Jaemin mengangguk. "Sebentar aja. Abis ini kita pergi lagi."

Maka dari itu, gue mengikuti Jaemin ke arah bibir pantai yang didominasi bebatuan. Pantai kejawanan ternyata keliatan ngga begitu terawat. Airnya agak keruh.

"Kalo di utara, pantainya emang kayak gini. Banyak yang bilang, bagusan pantai selatan," kata Jaemin.

Gue mulai curiga dia bisa baca pikiran gue.

"Jaemin."

"Apa?"

Gue baru aja mau nanya apa dia anaknya Romy Rafael atau bukan, tapi gue langsung keinget sama Om Siwon.

"Apaan?" tanya Jaemin sekali lagi.

"Errr... lo cenayang ya?"

"Bukanlah, anjir. ngasal."

Gue ketawa. "Lagian dari tadi lo kayak bisa tau apa yang gue pikirin."

"Oh ya?" dia menoleh, melempar sebuah senyum.

Gue mengangguk. Lalu kami memutuskan untuk ngga ngelanjutin percakapan itu, sibuk menghirup udara laut. Gue lalu memandangi sekeliling.

Ada beberapa anak yang udah mulai naikin layangan.
Ada kapal nelayan yang baru pulang melaut.
Ada yang lagi sarapan.
Ada yang pagi-pagi udah main catur.
Dan pas gue nengok, ada yang lagi ngeliatin gue.

Na bangsat Jaemin.

"Bengong jorok ya lu?!" semprot gue sambil nabok pipinya.

"Idih gue mah geli," katanya sambil bergidik. "Mending lu molek kayak pamela."

Pamela? Pamela Duo Serigala? Hhhh selera lu ya Jaemin yang bener aja si.

Jaemin lalu mengajak gue jalan di bebatuan yang seakan memecah pantai kejawanan.

"Gue emang bisa baca pikiran lo, Win," kata Jaemin tiba-tiba, membuat gue terperanjat.

Mati. Terus dia tau gue selalu mikirin dia?

"Coba pikirin sesuatu," perintah Jaemin.

Gue memutar otak. Lalu, pilihan gue jatuh pada pekan UTS yang bakal dimulai minggu depan.

"Lagi mikirin sekolah ya?"

"TAI!" gue teriak. "Hoki aja itu!"

Jaemin tergelak, memamerkan tawanya yang membahagiakan. "Bener?"

Gue mengangguk.

"Itu tadi gue nebak doang kok. Tenang aja."

"Yaiyalah," ujar gue dengan hati berangsur-angsur lega. "Yakali beneran."

"Masih mau di sini?"

"Cabut aja deh yuk?"

Jaemin mengangguk. "Ke mana ya?"

Jaemin diam sejenak, menggigiti gagang kacamata hitamnya yang membuat dia terlihat beribu kali lebih hot.

Ga tahan, tangan gue refleks menjauhkan sunglasses itu dari bibirnya. "Stop kayak gitu."

Dia menoleh. "Kenapa?"

"Pokoknya jangan aja."

"Jadi lebih ganteng ya, Win?" katanya sambil terkekeh.

"Iya."

MATI.

BILANG APA GUA BARUSAN?

Jaemin kontan menatap gue. "Hah? Serius?"

"BERCANDA ITU!" seru gue panik.

"Ga usah langsung grogi gitulah, Win."

Dengan luwes, Jaemin merangkul gue pergi dari daerah pantai, menuju tempat kami memarkir mobil.

Yang gue tau, detak jantung gue sama hebohnya sama deru mesin perahu nelayan di sana.

"Winter," katanya, masih merangkul gue.

Gue mendongak, mendapati Jaemin bahkan ngga lagi natap gue. "Hm?"

"You make me happy."

                         

come closer • jaemin x winterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang