09 • csb mall

533 88 0
                                    

11:16


Karena gue dan Jaemin butuh kopi biar nanti ngga ngantuk pas nyetir balik ke Jakarta, kami memutuskan buat berhenti di Cirebon SuperBlock Mall.

Dan kami sekarang di sini. Duduk dengan Asian Dolce Latte miliknya dan Caramel Macchiato milik gue. Sama-sama diem karena awkward.

We're in denial.

Pertanyaan Jaemin di mobil tadi belum gue jawab. Jaemin juga ngga nyoba untuk nanya lagi. Mungkin dia udah punya konklusi sendiri.

Gue menarik napas, lalu merebahkan punggung di sandaran kursi. Gue melihat Jaemin lagi sibuk sama handphone-nya.

Mungkin Karina udah bangun.

Mungkin Jaemin lagi nembak Karina.

Saat pikiran gue melayang pada kemungkinan-kemungkinan itu, setelah Jaemin naro handphone-nya di meja, sebuah panggilan telepon masuk.

Karina.

Nama itu terlihat begitu jelas; begitu menyakitkan.

Tanpa meminta izin, Jaemin langsung ngangkat telepon itu.

"Halo?" katanya.

Gue berusaha masang telinga dengan sigap. Tapi tetep aja gue ga bisa denger Karina ngomong apa di ujung telepon.

"Iya. Gue kan udah bilang, nanti gue telepon. Ngga sekarang."

Kayaknya Jaemin ngga mau obrolannya sama Karina terdengar sama gue.

"Nanti, Karina. Astaga," ulang Jaemin, kali ini sambil memijat dahinya.

Lalu Jaemin menutup telepon itu dengan frustasi.

Apa yang mereka omongin?

Gue enggan bertanya. Kepo? Iyalah. Tapi itu ranahnya Jaemin. Privasi yang ngga boleh gue usik.

Canggung, gue menyesap Caramel Macchiato gue, lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling.

Pas gue balik ngeliat Jaemin, ternyata dia lagi ngeliatin gue juga.

"Sori," katanya setelah ketangkep basah. "Tadi gue pikir di rambut lo ada apa gitu, taunya iket rambut."

Alibi. Jelas. Jaemin dari tadi juga tau gue ngiket rambut.

"Kita pulang aja deh," putus gue pada akhirnya. "Ke Jakarta."

"Sekarang? Ngga mau ke mana-mana dulu lagi?"

Gue menggeleng mantap. Udah ngga mood sama sekali.

"Yaudah."

Setelah itu, gue dan Jaemin keluar dari Starbucks. Pelan tapi pasti, dia menggenggam tangan gue.

"Jaemin, gue ga mau ah kayak gini," ujar gue sambil menarik lagi jemari gue.

Jaemin malah mempererat genggamannya. "Diem."

"Jaemin—"

"Winter, please. Let me."


come closer • jaemin x winterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang