BAB 10

7 4 0
                                    

Selama di dalam mobil Nara banyak diam. Sedari tadi Azham mencoba mengajaknya bicara namun hanya di tanggapi singkat. Nara masih kesal dengan keputusan sepihak soal pindah rumah. Nara belum siap untuk hidup berdua dengan lelaki asing yang 2 hari lalu merangkap jadi suaminya.

Sore harinya mereka sampai di rumah orang tua Azham, tidak berselang lama Azham mengetok pintu muncullah Salma yang langsung memeluk erat menantunya itu. Nara yang tiba-tiba dipelukpun terdiam sebentar dan mencoba untuk menyambut pelukan mertuanya dengan nyaman.

"Nak mari masuk, Mama ingin sekali ngobrol banyak dengan mu". Ucap Salma melepas pelukannya dan menggiring Nara ke ruang tamu dan diikuti Azham di belakang.

"Ma Azham izin ke kamar dulu letakin barang Nara". Ucap Azham berlalu ke kamarnya.

"Iya, tunggu bentar ya Nara Mama kebelakang dulu gak lama kok". Ucap Salma sambil berjalan ke arah dapur untuk mengambilkan minuman untuk Nara.

"I-iya Ma". Jawab Nara singkat sambil melihat-lihat foto keluarga yang terpajang di dinding rumah.

Tak berselang lama, muncullah Salma dari belakang membawakan minuman dan tak lupa juga cemilan untuk menantunya.

"Nak ini minum dulu". Sambil meletakkan minuman di atas meja tamu.

"Iya Ma". Jawab Nara masih agak kaku dan meminum minuman yang disodorkan Mama mertuanya .

"Nak maafkan kami telah menyembunyikan pernikahan ini dari kamu. Tapi kami gak ada niat sedikitpun ingin menyembunyikan darimu tapi karena ini yang terbaik menurut orangtuamu kami hanya nurut saja. Sekali lagi maafkan kami terutama Azham yang telah menikahi kamu". Ucap Salma menunduk dan berlinang air mata.

"I-iya Ma Nara akan coba menerima semua ini secara perlahan. Mama gak salah kok mungkin sudah takdir Nara". Ucap Nara sedikit berbohong karena Nara masih belum siap untuk menerima garis takdir nya.

"Sekali lagi maafkan Mama nak". Ucap salma memeluk erat menantunya itu.

"Mama jangan merasa bersalah kayak gini, mungkin ini cara Allah pertemukan jodoh Nara". Ujar Nara berusaha meyakinkan seraya mengusap pelan punggung Mama mertuanya.

"Oh iya Ma dari tadi Nara lihat hanya Mama dirumah ini, Ais dan Papa kemana Ma?". Tanya Nara melonggarkan pelukannya dan mencoba mencari topik baru.

"Ais masih ada les mungkin sebentar lagi pulang karena dia sekarang sudah kelas 3 harus jadi fokus belajar kalau Papa tadi menelpon Mama pulang agak sorean dikit ada masalah di kantor" Jelas Salma.

"Ooh begitu ya Ma". Nara manggut-manggut sendiri gak tau apa topik yang akan dibahasnya lagi maklum Nara masih berusaha akrab dengan ibu mertuanya.

"Iya Nak, kalau kamu lelah mending kamu ke kamarnya Azham dulu istirahat sebentar nanti kalau udah makan malam Mama panggil". Ucap Salma.

Nara yang mendengar itupun langsung saja mencari cara agar ia tak masuk ke kamar suaminya karena ia masih kesal Masalah tadi.
"Gak kok Ma Nara gak lelah, Mama udah Masak? Kalau belum mari Nara bantu Ma". Ujar Nara berupaya mencari kesibukan lain.

"Nanti kamu capek apalagi baru sampai, biar Mama aja yang masak". Jawab Salma.

"Nara gak capek kok Ma, biar Nara bantu Ma". Jawab Nara cepat padahal jika boleh milih saat ini Nara ingin merehatkan tubuhnya sejenak namun mengingat dikamar akan ada Azham nantinya mending ikut bantu Mama mertuanya masak.

"Baiklah kalau kamu maksa, tapi kalau nanti kamu capek kamu istirahat ya jangan paksakan diri kamu". Ucap Salma.

"Iya Ma tenang aja Nara kuat kok". Ujar Nara berusaha meyakinkan Mertuanya.

Setelah itu mereka bersama menuju dapur dan mulai memasak menu untuk makan malam nanti. Nara yang terbiasa membantu mamanya masak-masak di rumah sekarang dia merasakan manfaatnya karena kini ia tak canggung lagi memasak di rumah mertuanya. Sesekali mereka mengobrol ringan dan tertawa bersama.

Tak terasa waktu sudah hampir Maghrib. Mertua dan menantu itupun menyudahi acara memasaknya dan menyuruh Nara untuk membersihkan diri ke kamar Azham dan tak lupa menyuruh Azham untuk turun makan malam setelah sholat Magrib nantinya. Nara yang disuruh itupun hanya manggut-manggut pertanda mengerti.

___________________

Nara yang baru masuk kamar suaminya itu ragu membangun atau tidak apalagi hari menjelang magrib tidak baik tidur di waktu begini.

Dianya tidur lagi, apa aku bangunin aja ya. Tapi kalau dibangunin aku harus manggilnya apa coba? Mana masih kesal lagi? Masa iya aku banguninnya bilang hoi bangun udah magrib kan gak sopan secarakan dia status nya suami aku. Aduh gimana ni, panggil abang aja kali ya kayak bang Azham kan mereka seumuran. Ah ya udahlah panggil itu aja untuk sekali ini.
Ujar Nara bermonolog sendiri.

"B-bang Azham bangun sudah hampir Magrib". Sahut Nara agak gerogi pasalnya ini pertama kalinya ia memanggil suaminya dengan sebutan abang.

"Astaughfirullah sudah magrib ya, maaf saya ketiduran gak sempat nemanin kamu bicara dengan mama saya niat saya tadi hanya istirahat sebentar eh malah taunya saya kebablasan". Jawab Azham sambil mendudukkan badannya.

"Hmm iya, saya izin makai kamar mandi terlebih dahulu". Ucap Nara berlalu menuju kamar mandi.

"Iya silahkan". Ucap Azham singkat sambil merenung.  Barusan Nara membangunkan dengan manggil saya Abang kan? Ini benar kan Nara tadi manggil saya Abang. Alhamdulillah semoga ini langkah awal yang baik. Sambung Azham dalam hatinya.

Setelah sholat Magrib Nara dan Azham turun menuju meja makan yang telah ada Ais dan juga Papa tak lupa Mama yang baru saja datang dari dapur membawa makanan.

"Kak Nara kapan sampai? Kok kakak gak bilang-bilang dulu mau kesini. Kalau tau tadi Ais bisa pulang awal". Ucap Ais sambil merentangkan tangannya yang langsung dipeluk Nara.

"Iya maaf ya kakak lupa ngasih tau". Ucap Nara dan melepaskan pelukan dari adik iparnya. Dan lanjut bersalaman dengan Papa mertuanya yang kelihatannya baru pulang dari kantor.

"Papa gimana kabarnya?" Sapa Nara.

"Alhamdulillah Papa sehat apalagi sekarang ada menantu Papa". Jawab Fatan sambil tersenyum.

"Alhamdulillah". Jawab Nara ikut tersenyum dan duduk di samping suaminya.

"Ayo kita makan dulu, nanti keburu dingin makanannya". Ucap Salma memulai menuangkan makanan untuk suaminya.

Sementara itu Nara yang melihat cara Mama mertuanya melayani suaminya, dengan agak terpaksa Nara juga ikut mengambilkan makanan untuk suaminya walaupun ia masih belum terbiasa dengan kegiatan seperti ini tapi mau gimana lagi dia harus sopan apalagi dihadapan keluarga suaminya. Nara gak mau keluarga Azham berfikiran yang bukan-bukan cukup kejadian ia pingsan pas akad saja untuk kedepannya Nara akan meminimalisir hal-hal seperti itu.

Azham yang melihat istrinya mengambilkan makanan ke dalam piringnya hanya mengulum senyum dan ia berharap semoga Nara bisa menerimanya secara perlahan.







Mendadak Wisuda Baju MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang