night changes

49 9 3
                                    

Jangan takut, aku di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan takut, aku di sini

— Nareshwara —

[•]

"Bang, pecel ayamnya dua ya, paha atas dua-duanya, yang satu di goreng garing, yang satunya lagi biasa aja."

"Oke mbak siap, makan di sini apa dibungkus?"

"Di sini aja bang. Nih saya bayar dulu, saya mau ke depan bentar cari jajanan lain."

Rhea memberikan lembaran uang seratus ribu, lalu kemudian pergi setelah menerima kembalian dan bilang terima kasih.

Tadi Rhea bilang pada Naresh bahwa dia lapar, dan berakhirlah mereka muter-muter naik motor sampe ketemu warung pecel ayam di pinggir jalan.

"Kamu mau beli apa lagi?" Jemari Naresh bergerak bertanya seperti itu.

"Di sebrang tadi aku liat ada tukang telor gulung, aku pengen beli."

Rhea kemudian menatap lurus ke depan tepatnya ke arah gerobak telor gulung yang ada dua pembeli menunggu. Entah saking pengennya atau gimana, Rhea jalan begitu saja menyebrang tanpa liat kanan kiri. Rhea ini emang anaknya sedikit ceroboh, jangankan nyebrang jalan, dia bahkan pernah jatoh kepleset di mall gara-gara nggak liat ada tanda lantai basah. Untungnya, dia punya Naresh. Si paling siaga.

Ditariklah tangan Rhea, bikin si cantik langsung diem dan noleh ke arahnya.

"Kamu kebiasaan, kalo mau nyebrang liat-liat, ini lagi banyak motor nanti kalo ketabrak gimana?" Jemari Naresh berkata demikian.

Yang diberi nasihat malah nyengir tanpa dosa. Naresh cuma bisa hela napas, gandeng tangan Rhea dan kemudian jadi tamengnya buat nyebrang. Dan ya, Rhea selamat sampai tujuan di tukang telor gulung pemirsa.

"Bang, sepuluh ribu ya," katanya pada si penjual.

"Oke siap geulis."

Rhea kemudian memainkan ponselnya, mengecek sejenak dan tidak ada notif penting, lalu ia masukkan lagi ke dalam saku celananya.

"Kamu pengen beli jajanan lain nggak?" Jemari Rhea bergerak bertanya pada Naresh, dan si lelaki menggeleng.

Satu orang remaja lelaki dan dua orang wanita berjilbab bergo yang juga sedang menunggu telur gulung mereka, sontak melihat ke arah Rhea dan Naresh yang seketika menjadi pusat perhatian karena bicara bahasa isyarat. Rhea dan Naresh mah bodoamat, udah biasa diliatin cuma gara-gara cara komunikasi mereka yang spesial ini.

Rhea yang gabut karena telur gulungnya tak kunjung jadi kemudian tengok kanan kiri, melihat apa saja yang baginya menarik guna mengulur waktu, Naresh juga diam saja, fokus menatap ke arah jalanan dan melihat bagaimana mobil dan motor berlalu lalang tanpa henti. Sampai kemudian Rhea menyadari bahwa tepat di dekat tukang telur gulung itu, ada sebuah gang kecil yang sepertinya buntu. Rhea mencondongkan tubuhnya dan melihat ke dalam gang itu lebih jauh. Benar buntu rupanya, namun gang itu cukup panjang, gelap, banyak sampah di dalam sana. Seketika Rhea bergidik, melepas pandangannya dari gang itu, lalu tiba-tiba nafasnya terengah dan pikirannya kabur kemana-mana. Satu-satunya cara yang mampu menenangkannya... ia buru-buru menggenggam sela-sela jemari Naresh.

sebentar, masih banyak yang mau ku ceritakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang