Hidup adalah pustaka cinta yang tak akan habis dibaca
— Joko Pinurbo —
[•]
Clak.
"Loh kok kosong? Rhea mana, Gav?"
Pemandangan pertama ketika Gavin, mama Rhea, dan mamanya sendiri tiba di unit apartemen Rhea hanyalah ruangan kosong.
"Andrhea, sayang..."
Dan ketika mama Rhea berucap demikian, sosok Rhea dari balik pintu balkon langsung hadir dan memasang ekspresi kaget meskipun nampak jelas gadis itu sedang menangis karena sekitaran matanya basah.
"Mama?"
Wajar jika Rhea kaget. Memang justru seharusnya seperti itu. Wajahnya yang masih sembab kini berubah menjadi raut bingung, terlebih pada Gavin, seakan wajah itu dalam diam berkata, kok mama bisa di sini?
Namun alih-alih bertanya lebih jauh, pelukan sang mama justru lebih dulu hadir dan berhasil membuat Rhea membeku.
Hangat.
"Gavin cerita ke mama kalo kamu liat Naresh kecelakaan. Kamu ketakutan ya sayang," ujar mama lirih dalam dekapan itu.
Otomatis Rhea langsung beralih menatap Gavin, seakan-akan meminta penjelasan. Tapi Gavin justru tersenyum begitu tipis, dan bibirnya berucap tanpa suara. "Aman." Begitu katanya. Yang artinya, status Naresh yang sebetulnya kekasih Rhea belum diketahui sang mama. Syukurlah, jangan sampai mama kecewa. Nanti segalanya akan jadi lebih kacau.
"Gavin bilang kamu jadi susah tidur, susah makan, murung terus," kata mama lagi, tapi Rhea hanya diam. "Tenang ya sayang, jangan terus-terusan dipikirin. Naresh temen kamu itu udah tenang."
Temen kamu.
Demi Tuhan sakit rasanya. Tapi di sisi lain Rhea merasa sedikit lega karena Gavin tidak berbohong bahwa segalanya masih aman.
Mama melepas pelukannya dan memandang wajah anak gadisnya itu lantas menyentuh kedua pipinya. "Mama bakalan di sini kalo kamu ngizinin. Rhea mau apa sayang? Mau dimasakkin sup makaroni? Mau mama yang suapin? Atau mau cerita-cerita lagi sebelum tidur? Kayak dulu..."
Tangisan Rhea kembali menderas. Mamanya sama sekali tidak pernah lupa apa kesukaannya. Sejenak Rhea kembali memeluk tubuh mama, menangis dalam pundak itu. Jika tubuh Rhea lebih kecil daripada ini, pasti mama akan menggendongnya. Seperti dulu.
"Mama nggak marah sama Rhea? Rhea udah bandel, kabur dari rumah segala," jawab Rhea dengan nafasnya yang tersengal.
"Itu nggak bandel, mama ngerti Rhea cuma lagi butuh waktu buat sendirian tanpa mama atau papa," kemudian mama menghapus jejak air mata di wajah itu. "Rhea mau tinggal lebih lama di sini pun silahkan, tapi bukan berarti mama sama papa nggak cari kabar kamu. Selama kamu baik-baik aja, nggak apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
sebentar, masih banyak yang mau ku ceritakan
Romanceini tentang Gaviano dan Andrhea. dua sosok manusia sempurna, sukses usia muda, dan serba ada. yang orang lain kira mereka bahagia. yang tidak pernah orang lain tanya, "apa kalian baik-baik saja?"