Yang fana adalah waktu
Kita abadi
— Sapardi Djoko Damono —
[•]
"Assalamualaikum."
Rhea yang sedang santai duduk di atas sofa sembari melipat pakaian-pakaian bayi untuk ia bereskan lantas kemudian menoleh ke pintu utama, tersenyum sejenak, dan bangkit berdiri menyambut Gavin pulang.
Rhea sudah sedikit sulit untuk bangun karena perutnya makin besar, maka Gavin siap siaga langsung memapahnya.
Ini sudah delapan bulan sejak awal kehamilan Rhea. Kandungannya sehat dan tidak ada pantangan apa-apa. Satu yang masih mereka tak mau tau adalah akan terlahir sebagai laki-laki atau perempuan anak mereka ini?
Setiap kali cek, mereka hanya mau tau apakah bayi mereka sehat atau tidak, sebatas itu. Mereka sama sekali tak meminta sang Dokter untuk cek jenis kelamin, sekalipun sang Dokter tau, mereka meminta untuk jangan diberitahu sama sekali.
"Mbak Sri sama Dewa kemana?" tanya Gavin.
"Mbak Sri ada di kamarnya, aku suruh istirahat tadi udah capek nyuci sama nyetrika."
"Dewa?"
"Biasa, bola."
Gavin hela napas. "Udah gede aja ya tuh anak."
"Tahun depan udah kelas enam, aku mau mulai cari bimbel buat dia persiapan ujian. Anaknya mau masuk SMP favorit katanya."
Gavin tersenyum dan mengangguk, menyetujui hal itu.
"Kamu itu bawa apa?"
Rhea bertanya perihal benda yang dari tadi Gavin bawa. Ukurannya besar, sepertinya di dalamnya bingkai foto atau kanvas lukisan.
"Oh iya ini," Gavin nampak baru ingat, lalu membuka bungkusan kertas yang membalut benda itu. "Hadiah," katanya.
"Hadiah apa? Emang hari ini ada yang ulang tahun?"
"Ya nggak ada sih, hadiah buat kita aja."
Wajah cantik Rhea memasang ekspresi heran, ia lantas diam saja sambil melihat Gavin membuka bungkusan itu.
"No, kamu..."
Rhea terkejut yang benar-benar terkejut ketika bungkusan itu sudah dibuka total. Ada dua benda yang sama-sama sebuah bingkai. Tidak penting urusan bingkainya sih, tapi foto yang terpampang apik dalam bingkai itu lah yang membuat Rhea membeku seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
sebentar, masih banyak yang mau ku ceritakan
Romanceini tentang Gaviano dan Andrhea. dua sosok manusia sempurna, sukses usia muda, dan serba ada. yang orang lain kira mereka bahagia. yang tidak pernah orang lain tanya, "apa kalian baik-baik saja?"