netflix and chill

39 9 0
                                    

She is mine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

She is mine. As always. Forever together.

Haha. See? What a strong hope

— Gaviano —

[•]

Sementara itu di sisi lain.

"Ih kamu nggak mandi sore ya," tanya Metta.

"Kok tau?"

"Bau ketek."

Gavin tertawa dalam posisinya yang memang sedang mendekap Metta di atas ranjang. Kaki Gavin lurus selonjoran, dengan sebuah bantal di pangkal pahanya yang ia jadikan alas laptop karena si cantik di sebelahnya masih mau maraton serial Netflix yang ia baca reviewnya bagus di Twitter.

"Gav."

Metta yang fokus menatap serial di laptop itu bergumam dengan suara yang lumayan pelan.

"Hm?" jawab Gavin.

Metta diam sebentar, terlihat jelas ia begitu fokus mengikuti alur cerita yang kini ia tonton.

"I wanna tell you something," katanya setelah beberapa saat.

Alih-alih bertanya apa yang mau Metta katakan, Gavin justru memilih diam sejenak lalu mengecup puncak kepala Metta. "I love you too,"

Metta yang anteng dalam dekapan Gavin kemudian mendongak, "Ih kok kamu tau aku mau ngomong apa?!" katanya geram, tapi lucu. Gavin suka.

"Apa sih yang nggak aku tau soal kamu."

"Cih buaya."

"Yeh, buaya buaya gini, pawangnya kamu doang, nurutnya sama kamu doang."

"Kalo sama yang lain?"

"Kalo yang lain langsung aku hap."

Metta tertawa kecil, lalu ia menutup laptop yang bahkan masih memutar filmnya. "Aku mau tidur," katanya.

Mereka membenarkan posisi untuk kemudian rebah berdampingan di atas kasur empuk itu. "Lampunya mau dimatiin apa dinyalain aja?" kata Gavin.

"Nyalain."

"Emang lagi mikirin apa?"

Gavin tau betul, kalo Metta tidur tapi lampunya nggak mau dimatiin, berarti ada yang dia pikirin. Karena kegelapan itu sensitif buat Metta. Bukan kayak Rhea ya. Kalo Rhea kan takut gang sempit dan gelap, tapi berani-berani aja sama kegelapan lain, dan Rhea pun takut itu karena emang punya trauma. Nah kalo Metta nih lain. Dia benci gelap karena keadaan itu bikin dia inget sama banyak hal buruk. Metta nggak boleh ditinggal sendirian dalam gelap, karena pasti dia bakal nangis. Dan Gavin nggak mau itu terjadi.

Metta ini orangnya gampang tertekan. Si overthinking. Si insecure. Si cengeng. Dia nggak segan nyakitin dirinya sendiri kalo emang bener-bener kacau. Di pergelangan tangan Metta banyak bekas luka sayatan yang ia peroleh sendiri karena pisau, cutter, dan silet di laci kamarnya. Kalo udah dalam keadaan gelap, dia bakal lebih mudah berpikir soal kenangan masa lalu yang ada baiknya dan ada juga buruknya. Kalo itu kenangan buruk, maka Metta bakalan nangis karena emang itu hal buruk dan berkali-kali berpikir 'kenapa itu terjadi?' dan kalo itu hal baik, maka Metta bakalan nangis karena ia sadar ia udah nggak bakalan bisa lagi kembali pada kebahagiaan itu.

sebentar, masih banyak yang mau ku ceritakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang