the one for me

48 9 2
                                    

He is mine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

He is mine. As always. Forever together.

Haha. See? What a strong hope

— Andrhea —

[•]

"Kamu tidur di sini aja."

Naresh tersenyum saat kembali menghampiri Rhea setelah cuci piring di dapur. Ini sudah sekitar jam setengah sepuluh malam, mereka sudah pulang dari tukang pecel ayam sejak berjam-jam tadi, tapi Rhea meminta Naresh untuk mampir dulu ke apartemennya dan minta dibuatkan telur orak-arik. Fyi, Naresh ini pinter masak, jauh lebih jago dibanding Rhea yang notabenenya perempuan. Nyatanya, urusan dapur Naresh tuh lebih menang, dia bisa masak dari sekedar mie instan sampe makanan berat yang perlu banyak rempah. Rhea? Yah dia mah bisa masak naget luar dalemnya mateng sempurna juga udah syukur.

"Kalo pulang ngeri di jalan kenapa-napa. Udah malem, nanti kamu dibegal loh," kata Rhea.

Naresh tertawa membaca isyarat itu. "Baru setengah sepuluh, jalanan masih rame."

"Begal sekarang gokil-gokil, siang bolong aja suka beraksi. Udah kamu di sini aja."

Naresh paham bahwa Rhea tidak seratus persen mementingkan keselamatannya. Lagian begal lagi nggak musim, ini Rhea alibi aja padahal mah emang pengen Naresh nginep tidur disebelahnya sambil puk-puk kepalanya. Alesan aja Rhea bilang takut kenapa-napa di jalan. Padahal sumpah jam segini masih rame di jalan, penjual kaki lima sampe bocil epep juga masih bertaburan.

"Iya aku nginep di sini," jawab Naresh kemudian.

Rhea yang duduk di ranjangnya pun sumringah dan langsung berlagak mengibas-ngibas space kasur di sebelahnya supaya debu-debu hilang, lalu memukul-mukul pelan space kasur tersebut dengan maksud "sini sayang sini".

Naresh kemudian merebahkan dirinya di atas sana, tepat di sebelah Rhea yang juga sedah merebah sambil memeluk sebuah bantal kecil. Rhea kemudian mendekatkan dirinya pada Naresh, menyelinapkan kepalanya disela dada dan lengan milik lelakinya, sementara Naresh terus mengelus puncak kepala Rhea sampai wanita itu terlelap.

Dalam diamnya, Naresh melihat ke atas langit-langit apartemen Rhea yang cukup mewah, membayangkan keinginan dan mimpi besar gadis dalam dekapannya ini, sebuah impian sederhana yang sampai saat ini belum mampu Naresh wujudkan.

Aku mau nikah sama kamu.

Umur mungkin sudah terbilang cukup matang untuk menikah. Cinta pun sama-sama penuh dan keduanya saling membutuhkan serta melengkapi. Namun, uang dari mana menikahi gadis kaya raya sementara dirinya hanya seorang yatim piatu yang bahkan kerjanya masih serabutan dan bukan tergolong profesi terpandang? Naresh percaya perihal cinta sejati akan memenangkan segalanya. Tapi, ini betulan sulit. Kedua orang tua Rhea bahkan donatur terbesar di panti asuhan tempat Naresh tinggal. Kasarnya mah, gue aja masih makan dari duit orang tua lo.

sebentar, masih banyak yang mau ku ceritakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang