Chapter 6

3.5K 415 176
                                    

Bagaimanapun aku berusaha untuk tetap mempercayaimu, namun aku tidak bisa menahan rasa kecewaku padamu.

— Nadira Alfatunissa Azzahra —

🕊🕊🕊

Arvin bersyukur Nadira dibolehkan pulang ke rumah bertepatan dengan hari Minggu yang mana hari liburnya bekerja. Setidaknya dia akan menghabiskan satu hari dengan istri dan  anak-anaknya.

Hari ini yang ada di rumah sakit hanya ada dirinya dan juga Lala untuk membantu membawakan tas pakaian ganti Nadira. Setelah benar-benar beres dan selesai. Arvin langsung membawa Nadira keluar dari ruangan dengan mendorong kursi rodanya. Istrinya itu perlu pemulihan dan masih belum bisa berjalan dengan sempurna.

"Mas, aku boleh ketemu dokter Afif sebentar nggak? Dia ada di sini apa libur kerja?" tanya Nadira memandang lurus ke depan, tanpa menoleh ke arah Arvin yang sedang mendorong kursi rodanya.

"Dokter Afif lagi cuti kerja Sayang, lusa baru masuk. Kamu kok tumben mau ketemu Afif?" tanya Arvin heran.

"Cuma mau bilang makasih saja sih, kemarin udah kasih cake red velvet buat anak-anak," balas Nadira.

Arvin hanya berkata,"oh." saja, dia sendiri bingung. Seandainya jujur itu dari Shella, pasti Nadira akan marah dan terus mencurigai dirinya, pikir pria itu.

Tidak berselang lama, kini Arvin, Nadira, dan Lala sudah berada di depan mobil Alphard berwarna putih. Lala memasukan tas Nadira ke dalam bagasi terlebih dahulu, setelah itu dia duduk di kursi depan samping Pak Ade, sementara Arvin dan Nadira duduk di kursi belakang. Selama perjalanan Nadira memilih diam sembari menyenderkan kepalanya di pundak Arvin, dan suaminya itu terus menggenggam kedua tangannya.

Ya Allah, bantu hilangkan pikiran negatif terhadap suami hamba, bantu hamba agar selalu husnuzan kepada suami hamba. Nadira berkata di dalam hatinya. Semalaman Nadira terus kepikiran wangi parfum perempuan di jaket Arvin dan juga cake red velvet, dia khawatir kalau Arvin berpaling darinya.

Nadira akan berusaha untuk selalu berhusnuzan, akan tetapi semalam benar-benar tidak bisa. Bahkan sampai sekarang saja dia masih mencurigai suaminya. Padahal Nadira sendiri tahu kalau dalam agama Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu berpikir husnuzan, dan tidak selalu berpikir buruk kepada orang lain terutama kepada takdir Allah SWT.

Bahkan Nadira ingat dengan dalil tentang husnuzan, yang pernah dia dengar dari kajian di masjid kompleknya bersama Ustadzah Aisyah. Dalil tersebut ada dalam surah Al-Hujurat ayat 12 yang  berartikan, "Wahai orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." 

Selain itu dia juga teringat bahwasannya Allah sesuai dengan prasangka hambanya. Tercantum dalam hadist riwayat Muslim no. 4849 ; "Sesungguhnya Allah berkata: Aku sesuai prasangka hambaku padaku. Jika prasangka itu baik, maka kebaikan baginya. Dan apabila prasangka itu buruk, maka keburukan baginya."

"Kamu kenapa Sayang, kok diam terus, hm?" tanya Arvin sembari mengelus puncak kepala Nadira yang tertutup hijab pashmina berwarna hitam.

Nadira menoleh ke arah Arvin, lalu tersenyum. "Nggak apa-apa Mas. Sekarang kamu libur kerja aku senang, kamu ada waktu buat aku sama anak-anak."

Takdirku Kamu 2 [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang