Chapter 3

5.2K 548 163
                                    

Kesalahan adalah sesuatu yang kau kira itu benar untuk dilakukan, tetapi ternyata hal itu salah. Dosa adalah sesuatu yang jelas-jelas kau tahu itu salah.

- Imam Anwar Al Awlaki -

🕊🕊🕊

Nadira melirik jam dinding di ruangan rawat inap nya menunjukkan pukul 10.00 WIB itu artinya jam pulang sekolah Elvano dan Kiara. Sementara Alvaro pulang pukul 11.00 WIB. Tatapan Nadira beralih ke arah pintu dengan tatapan kosong sembari mengelus perutnya. Rasanya dia tidak sanggup mengatakan kepada Kiara, kalau adiknya sudah tidak ada di dalam perutnya.

Nafisa, yang tengah duduk di sofa tak jauh dari ranjang pasien mengernyitkan dahinya heran melihat putri bungsunya itu melamun. Dari pagi Nafisa yang menjaga Nadira di sini bersama Arvin, akan tetapi sekarang Arvin sedang bertugas dan menitipkan istrinya itu kepada mertuanya.

"Ra," panggil Nafisa. Namun Nadira tidak sama sekali menoleh, dia tetap melamun sembari mengelus perutnya. Lantas Nafisa beranjak dari tempat duduknya itu, kemudian menghampiri putrinya.

"Nadira, kamu ngelamunin apa?" tanya Nafisa sembari mengelus tangan Nadira.

Nadira sedikit terkejut ketika Mamanya menghampiri. Kemudian dia tersenyum simpul dan berkata,"Adiknya Kiara udah nggak ada Ma, Ara nggak mau Kia bersedih."

"Ra, mungkin Kia sedih, tapi insyaallah nggak bakalan lama kok. Kamu jangan terlalu dipikirkan, ya. Dulu sebelum Mama melahirkan kak Nasya, Mama juga pernah keguguran ulah kecorobohan Mama, padahal itu calon anak pertama Mama sama Papa," ucap Nafisa.

"Kecorobohan Mama, gimana?" tanya Nadira.

"Dulu Mama nggak tahu kalau Mama lagi hamil, tiba-tiba Mama jadi manja banget sama Papa minta jalan-jalan, minta makan ini itu, sampai-sampai pengin banget makan durian, dan makan duriannya banyak banget. Keesokan harinya Mama keguguran. Usia kandungannya baru satu bulan." Detik selanjutnya Nafisa berkata,"Jangan bersedih sayang, kamu masih punya Al, El sama Kia."

Nadira hanya membalasnya dengan anggukan kepala sembari tersenyum menatap Mamanya. Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, menampakan dua anaknya yaitu Elvano dan Kiara berlari ke arah Nadira sembari berteriak memanggil Bundanya disusul Lala.

"Kak El, Kia, jangan lari!" ujar Nafisa melihat kedua cucunya itu yang sangat aktif.

"Bunda, El kangen banget sama Bunda," ucap Elvano di samping Nadira.

Nadira tersenyum mendengarnya, kemudian dia meminta bantuan Nafisa untuk mencoba duduk. Setelah itu dia kembali menatap Elvano dan Kiara.

"Kia juga kangen banget sama Bunda, kapan Bunda pulang?" tanya Kiara.

"Bunda juga kangen sama Kakak El, Kia, dan Abang Al, tapi Bunda harus nginap di sini dulu. Nanti kalau Bunda udah sehat, Bunda pasti pulang," balas Nadira sembari mengelus puncak kepala Kiara yang tertutup hijab.

Elvano menatap ke arah perut Nadira, dia bingung perut Nadira tidak besar lagi."Bunda, kok perutnya enggak besar, dedek bayinya belum lahir, kan, Bunda?"

"Apa dedek bayinya udah lahir, Bunda?" tanya Kiara sembari mengerjapkan kedua matanya.

Nadira terdiam sejenak sembari melirik ke arah Nafisa.

"Dedek bayinya udah lahir ya, Bun? Yeaay... Kia ada temannya! Kia mau ketemu dedek bayi, Bunda." Kiara berseru senang.

Nafisa mengelus pipi Kiara. "Kia, adek bayinya udah pergi. Udah diambil sama Allah, Kia nggak boleh sedih, ya."

"Maksud Nena, dedek bayinya pergi sama Allah, udah nggak ada?" tanya Kiara bingung.

"Iya, dedek bayinya udah nggak ada. Ikhlaskan ya, Sayang," balas Nafisa.

Takdirku Kamu 2 [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang