Chapter 4

3.6K 404 91
                                    

Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya.

- HR. Bukhari dan Muslim -

🕊🕊🕊

"Om lepasin Om!" Alvaro berusaha melepaskan genggaman tangan dari seorang pria yang mencekal tangannya.

Pria itu tidak melepaskan genggamannya, dia langsung berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Alvaro yang sejak tadi terus menunduk.

"Abang Al," panggil pria itu dengan tenang.

Alvaro mendongakkan kepalanya menatap pria itu dengan mata berkaca-kaca. "Om Andre."

Pria berusia tiga puluh tahun yang bernama Andre itu mengangguk sembari tersenyum. Alvaro langsung memeluknya.

"Abang Al kenapa?" tanya Andre sembari melepaskan pelukan Alvaro.

"Al tadi mau ketemu Ayah, tapi nggak jadi."

"Terus kenapa Abang Al tadi nangis?"

"Tadi Ayah sama—" Belum selesai Alvaro berbicara seorang gadis kecil berusia enam tahun yang sedang dituntun oleh Mamanya memanggilnya.

"Abang Al," panggil gadis kecil itu.

Alvaro menoleh ke arah gadis berambut cokelat sedada, berkulit putih, hidung mancung, bibir tipis berwarna merah muda, tingginya 12 centimeter dibawah nya. Siapapun yang melihat gadis berusia enam tahun itu akan terpesona karena cantik dan menggemaskan. Namanya Shabira Deiren Umzey putri tunggal dari sahabat orang tuanya yaitu Andre dan Felicia. Biasa dipanggil dek Sha oleh Alvaro, karena umurnya beda dua tahun dengannya.

"Abang Al." Shabira kembali memanggil Alvaro sembari tersenyum.

"Dek Sha," balas Alvaro diakhiri senyuman.

"Abang Al, Bunda Ara kata Papa kecelakaan ya? Sha sedih banget dengernya," ucap Shabira.

"Iya," balas Alvaro.

Panggilan Shabira kepada orang tua Alvaro sama dengannya yaitu Bunda dan Ayah, dikarenakan Shabira sudah dekat dari kecil, dan dia terbiasa mengikuti panggil Alvaro kepada kedua orang tuanya itu. Berbeda dengan Alvaro yang memanggil orang tua Shabira dengan panggilan Om dan Tante.

"Abang Al, kenapa ada di sini? Kita ke ruangan Bunda yuk!" ujar Felicia.

"Al tadi mau ketemu Ayah, tapi nggak jadi. Sekarang Al mau ketemu Bunda aja," ucap Alvaro.

Felicia tersenyum. "Yasudah yuk."

Kemudian Alvaro berjalan berdampingan dengan Shabira menuju ruangan Nadira. Sementara Andre dan Felicia berada di belakangnya. Namun Andre merasa heran ketika melihat Alvaro menangis tadi. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan oleh anak itu.

Ketika Andre, Felicia, Alvaro dan Shabira hendak memasuki ruangan Nadira. Terlihat para sahabatnya yang lain keluar dari ruangan.

"Yaelah Dre, lo telat datangnya, gue sama yang lain udah mau pulang nih," ucap Maulana.

"Yah, kok pada pulang sih?" tanya Felicia.

Takdirku Kamu 2 [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang