Ada alasan mengapa Tuhan menciptakan manusia untuk hidup dengan kelima inderanya. Kelima indera itu diciptakan memang karena memiliki manfaat dan belakangan ini Chaeyoung sudah merasa bahwa kelima inderanya mulai bekerja dengan baik satu per satu. Terima kasih banyak kepada kekasihnya yang membuat Chaeyoung bisa memanfaatkan kelima inderanya dengan sangat baik. Mungkin jika bukan karena perubahan sikap Park Chanyeol beberapa bulan terakhir, Chaeyoung tidak akan berpikir dalam tentang alasan Tuhan menciptakan kelima indera pada manusia.
Semua berawal dari indera pendengar. Tak sekali saja Chaeyoung mulai mendengar beberapa rumor tentang Chanyeol yang ia dapat dari teman-teman kuliah pria itu. Kebanyakan poin dari rumor yang tersebar itu kurang-lebih sama. Chanyeol sedang dekat dengan gadis lain dan orang itu adalah teman satu bimbingan skripsi kekasihnya yang sudah berada di semester akhir kuliah. Chaeyoung memiliki beberapa dugaan tentang siapa orangnya mengingat beberapa kali Chanyeol sempat menyebut siapa saja mahasiswi yang senasib dengan pria itu sebagai murid bimbingan Profesor Lee. Tapi, Chaeyoung memilih untuk berhenti karena ia masih menganggap itu hanya rumor belaka.
Berlanjut ke indera penciuman. Saat itu Chanyeol terlambat menemuinya di tempat mereka biasa berkencan. Chaeyoung menunggunya selama hampir 1 jam dan akhirnya Chanyeol datang dengan napas yang tidak beraturan. Melihat pria itu kelelahan demi menemuinya membuat Chaeyoung memilih membuang kekesalannya dan berusaha untuk membuat suasana di antara mereka baik-baik saja. Hingga saat Chanyeol merangkulnya begitu mereka memasuki bioskop, di situlah senyuman Chaeyoung sirna. Mungkin ada yang salah dengan hidungnya, tapi ia jelas-jelas bisa menghirup aroma parfum merk Kilian Good Girl Gone. Tentu ia tahu karena kemarin ia menemani Lisa membeli parfum dan sahabatnya itu hampir membeli parfum dengan aroma yang sama persis seperti yang menguar dari tubuh Chanyeol sebelum akhirnya membeli parfum lain. Chanyeol tidak pernah memakai parfum ini, apa pria itu sudah mengganti seleranya?
Kemudian, indera pengecap. Terserah ingin menganggap Chaeyoung aneh, tapi ia bisa merasakan ada yang berbeda begitu ia berciuman panas dengan Chanyeol di apartemen milik pria itu. Kurang-lebih sama seperti apa yang terjadi pada perubahan parfum Chanyeol yang begitu mendadak. 2 tahun menjalin hubungan dengan Chanyeol membuat Chaeyoung hapal di luar kepala tentang makanan ataupun minuman yang disukai kekasihnya. Tapi, di hari mereka berciuman panas dan saling mengecap lidah masing-masing, Chaeyoung justru bisa merasakan sesuatu yang menurutnya tidak mungkin Chanyeol makan. Ia mengecap rasa tiramisu, makanan yang justru kurang disukai kekasihnya. Apa Chanyeol juga mengubah selera makanannya sekarang?
Selanjutnya adalah yang belum lama ini terjadi, indera peraba. Entah Chanyeol menyadari perubahan sikap pria itu atau tidak, tapi Chaeyoung tidak akan buta dengan itu semua. Chanyeol adalah tipe pria yang menganut paham physical touch sebagai salah satu bahasa cintanya dan sejak awal mereka berpacaran pun Chaeyoung sangat hapal betapa Chanyeol begitu suka dengan yang namanya kontak fisik. Pria itu tak pernah bosan memeluknya, mengecup bibirnya atau paling tidak menggenggam tangannya. Tapi, seminggu terakhir ini Chanyeol sudah tidak melakukannya lagi. Jangankan menggenggam tangannya, setiap kali mereka bertemu Chaeyoung lebih sering melihat Chanyeol sibuk dengan ponsel pria itu. Jika ditanya selalu dijawab kalau pria itu sedang sibuk membalas pesan dari dosen pembimbingnya yang kemudian diiyakan saja oleh Chaeyoung.
Suka atau tidak, ia sama sekali tidak bisa menyangkal fakta bahwa semakin lama Chanyeol semakin menciptakan jarak di antara mereka. Membuat Chaeyoung bertanya-tanya, mengapa pria itu bersikap demikian? Atau mungkin Chaeyoung yang bersalah di sini. Apa ada sesuatu yang ia perbuat sehingga Chanyeol berubah? Atau memang Chaeyoung saja yang terlalu dibawa perasaan tentang sikap Chanyeol belakangan ini. Bisa saja itu semua hanya rumor. Bisa saja kekasihnya hanya ingin mengganti parfum dan mencoba tiramisu yang kemudian menjadi makanan favoritnya. Bisa juga Chanyeol memang hanya sedang membalas pesan-pesan dari dosen pembimbingnya.
Hingga hari ini Chaeyoung masih memilih diam dan berharap kalau pemikiran positifnya benar. Mungkin jika semua sudah normal, jarak di antara mereka akan hilang dan mereka bisa seperti dulu lagi. Chaeyoung hanya bisa tersenyum untuk menenangkan hatinya sekarang sembari menikmati secangkir espresso yang ia pesan sejak memasuki kafe baru di dekat kampus Chanyeol. Tempat yang ingin sekali ia kunjungi bersama kekasihnya, tapi pria itu selalu menolak dengan berbagai alasan. Terlalu lama di sini sepertinya hanya akan membuat Chaeyoung tampak menyedihkan begitu ia sadar bahwa kebanyakan pengunjung kafe ini datang bersama pasangan masing-masing.
Chaeyoung beranjak pergi menuju kasir untuk membayar pesanannya dan di saat yang sama ia mendengar suara yang amat familiar sedang memesan sesuatu tak jauh darinya. Refleks Chaeyoung menoleh ke sumber suara tersebut dan kini ia melihat sosok Chanyeol sedang bicara pada salah satu pegawai di kafe. Ia tertegun, kekasihnya itu datang ke kafe ini tidak sendirian. Chanyeol datang dengan seorang gadis yang dikenali Chaeyoung sebagai mahasiswi bimbingan Profesor Lee. Tubuh mungil, kulit cerah seolah-olah ia adalah Snow White di era modern, rambut paduan black-blonde panjang yang tampak cocok dengan wajah cantik itu. Siapa pria yang tidak akan tertarik dengannya?
Sepertinya rumor itu sama sekali tidak salah dan indera penglihatannya berfungsi dengan baik saat ini. Apalagi Chaeyoung baru menyadari satu hal. Chanyeol menolak ajakannya datang ke kafe ini berkali-kali dan sekarang pria itu datang justru dengan gadis lain. Sepertinya Chanyeol adalah salah satu dari sekian banyak pria yang jatuh ke dalam pesona gadis itu. Membuat Chaeyoung langsung mengingat lagi, semua perubahan sikap Chanyeol memang berawal sejak pria itu mulai bergabung sebagai mahasiswa bimbingan Profesor Lee. Hal itu malah membuat Chaeyoung hanya bisa tersenyum miris sampai ia melihat Chanyeol menoleh ke arahnya dan ia bisa melihat keterkejutan di wajah sang kekasih.
"Chaeyoung," hanya itu yang mampu dikatakan oleh Chanyeol. Bahkan suara pria itu memancing gadis di sebelahnya yang sempat fokus membaca menu yang ada di meja kasir untuk menoleh ke arah Chaeyoung. Gadis itu turut memandangnya penuh rasa terkejut. Sepertinya kehadiran Chaeyoung tidak terduga dan tidak diharapkan oleh mereka berdua.
"Sebentar lagi akan hujan dan menikmati kopi adalah pilihan yang tepat. Espresso mereka enak karena aku baru menyicipinya tadi sendirian," balas Chaeyoung santai. Ia tidak akan membiarkan kedua orang itu melihat sisi lemahnya. "Aku pergi duluan. Have a nice day."
Tanpa menunggu respons mereka, Chaeyoung bergegas pergi meninggalkan kafe bersamaan dengan hujan yang mulai turun dan bekas espresso yang semakin pahit di lidahnya.
.
.
.
.
.
Jadwal update: Senin-Jumat | 13.00 WIB.Chapter ini selesai diketik pada hari Senin, 10 Oktober 2022.
Follow me on Instagram 'losethesanity' for more updates.
Khusus hari ini updatenya segini dulu ya. See yall tomorrow. Btw, gue mau ngadain polling soal chapter ini. Cus ke ig gue yaaa!
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUMBS✅️
Fiksi PenggemarAU. Romance/Comedy/Angst. Orang bilang kalau cinta itu benar-benar ada hanya pada saat pendekatan. Ketika sebuah hubungan terjalin, cinta hanyalah remahan saja apabila dibandingkan dengan kecemburuan, komunikasi dan pastinya komitmen. Kumpulan onesh...