chapter 02: api dan patahan

336 44 42
                                    

Kuina menatapnya lama, mengamati wajah lawan bicara yang terlihat pucat, "sampai kapan kau akan menyembunyikannya dari y/n Zoro?" Tanya kuina, namun tidak sedikitpun kalimat itu digubris olehnya.

-------

Bulan Juni, seolah buku kisah ini mulai dituliskan, awal dari pertemuanku denganmu. Senang mengenalmu kala itu Zoro, sosok lelaki yang penuh keunggulan sepertimu, anak yang kurang mampu dibidang akademisnya namun begitu terang

Itu satu tahun lalu sebelum hari ini kau memutuskan mengakhiri segalanya, mengapa?

Kita duduk sebangku, ditempat terbelakang, dekat dengan jendela kelas yang kita huni. Kau sering tidur disana, tidak memperhatikan apa yang guru bicarakan, menolak mengikuti pembelajaran yang guru berikan

Tanganku menutup sinar matahari yang mengarah ke mata hijaumu, kita dekat tanpa pendekatan, waktu menuntunku untuk mengikutimu, dimulai dari kau yang seringkali marah ketika luffy memakan onigiri milikmu tanpa izin

Kau yang terkadang menguap hingga mendapat teguran dari Shanks-sensei, ataupun kantung mata hitam yang terlihat kelelahan akibat larutnya kau berlatih pedang

Terkadang luffy, sanji, ussop dan beberapa temanmu datang bertanya bisakah aku membangunkanmu, bertanya bisakah mereka menitipkan pesan padaku untukmu. Seringkali aku membalasnya dengan senyuman tipis, mengiyakan segala keinginan mereka

"Zoro...luffy mencarimu" kalimat yang kuucapkan lebih dari tiga kali dalam sehari, ketika punggungmu yang lebar diberi tepukan pelan perlahan bulu mata panjang mu itu mulai terangkat hingga memperlihatkan manik hijau bersinar

Kau selalu membeli susu strawberry, terkadang juga bolu gulung, apapun itu sesuatu akan tertinggal di mejaku, dengan tulisan khas milikmu 'hadiah hari ini'

Untuk beberapa kali aku selalu mendengar tentang rumor mengenai hubunganmu dengan kuina. Bahkan sepertinya pertemuanmu bersamanya lebih sering daripada yang kukira, aku tau mengalahkan kuina bukanlah hal yang dapat kulakukan

Tapi saat itu aku mencobanya Zoro...mencoba meraihmu yang jauh dari jangkauanku.

Acara kelas yang membuat kita keluar saat itu, tenda yang dibangun begitu banyak dilapangan besar, udara malam yang dingin, bahkan diacara seperti ini aku masih seseorang yang duduk disampingmu, menemanimu menikmati api unggun

Aku menatap api disana, berkata "Zoro jadilah kekasihku" aku menawarkan, memaksa, bertanya, atau apapun itu sebutannya. Itu pertamakali seseorang sepertiku jatuh hati

Mata hijaumu menatapku, mengunci penglihatanku, "baiklah" ujarmu mengiyakan perkataanku... sejujurnya itu sangat indah, seperti melihat bunga yang kurawat mekar dengan sempurna

Diluar dugaan, sepertinya pria sepertimu lebih gentleman daripada yang terlihat. Semenjak menjadi kekasihku, kau tidak pernah menemui kuina tanpa izin, tidak ada perubahan besar selain kita sering bersama ketika berangkat ataupun pulang sekolah

Aku masih selalu mendapat hadiah tak terduga diatas meja, kadang itu sesuatu yang cukup mengejutkan tetapi terkadang juga sangat simpel, entah kenapa aku jadi kerap menanti hal apa yang akan ada dimejaku dikeesokan hari.

-------- AUTHOR POV

Gadis yang senantiasa menggunakan anting perak serta rambut pendek yang membuatnya terlihat seperti seorang laki-laki, manik hitamnya terus menatap kepada meja disampingnya, "sekarang itu kosong..." gumamnya

Entah mengapa Zoro memutuskan berpindah tempat duduk, pria itu mencoba sebanyak mungkin cara agar memiliki jarak besar dengan mantan kekasihnya, y/n

Itu baru dua hari lalu semenjak mereka berpisah, dan baru kemarin pria itu menolongnya, membawanya ke UKS, bahkan mengantarkannya pulang ke rumah. Jadi apa maksud sikapnya saat ini?

Halaman demi halaman dibuka oleh gadis tersebut, suara kertas yang bergesekan memenuhi telinganya bersamaan dengan pikirannya yang mulai menyusun masalahnya

Langkah itu bergerak menuju Zoro, "Tidakkah ini aneh, ini aneh Zoro, bisakah setidaknya berikan aku alasan mengapa kita harus benar-benar selesai?" pertanyaannya bersamaan dengan kuina yang masuk keruang kelas keduanya

Wanita yang memiliki bando dikepalanya serta rambut biru indah terlihat seperti bulan, "Sepertinya kekasihmu mencarimu" ungkap y/n ketika matanya bertemu dengan mata biru kuina

Kuina melihat keduanya ragu, langkah itu mencoba bergerak mundur namun hatinya mengatakan dia harus memberi garis besar untuk y/n, memberi pengertian tentang hubungan Zoro dengannya saat ini

"Bagaimanapun ini terlihat seperti aku yang menjadi orang ketiganya" ujar y/n sebelum melangkah pergi dari ruangan tersebut, apa yang bisa diharapkan gadis itu dari pria yang bahkan tidak berniat membuka suara untuknya?.

Keduanya bertemu kembali didepan gedung  wci, tempat dimana kelas 11 berada. Payung putih milik y/n dibuka, membuat Zoro menatap lama kearahnya, mau tak mau gadis itu menawarkan untuk berbagi payung

"Aku akan mengantarmu sampai ke mobilmu" ungkapnya, Zoro hanya mengikutinya. Pria itu benar-benar berhenti dimobilnya berada, masuk tanpa mengucapkan apapun pada y/n, membuat gadis itu mengutuk sebal, "tau begini aku tidak akan berbagi payung denganmu sialan"

Senyuman simpul yang tercipta sejenak diwajah Zoro ketika melihat gadisnya kesal, mau berapakalipun menggoda gadis itu merupakan hal favoritnya

Kuina masuk kedalam mobil setelah beberapa saat, bertukat tempat dengan Zoro, wanita cantik tersebut memegang kendapa mobil, membawa Zoro pulang. "Setidaknya minum obatmu dengan baik Zoro, kau membuatku merasa bersalah dengan gadis itu" jelas kuina ketika melihat pria itu hanya memegang botol obat ditangannya tanpa berniat meminumnya

"Ibu mengatur makan malam kita di restoran ayahku, apakah kau benar-benar tidak berniat menolak perjodohan ini?" Tanya kuina, Zoro tidak memberi jawaban untuknya, pria itu menunggu kuina melanjutkan bicaranya

Dengan hujan yang menyertai perjalanan keduanya, mobil itu berhenti ditepi, "aku menyukaimu, tapi bukan berarti harus memaksamu menjadi milikku" kata kuina

"Ya. Aku benar-benar terlihat seperti pria brengsek sekarang, memainkan hati dua wanita haha" tawa yang terdengar sakit dari mulut zoro membuat kuina diam, wanita itu meneruskan perjalanannya tanpa berniat berkata apapun lagi.

Wishes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang