chapter 03: titik

278 46 44
                                    

"Ya. Aku benar-benar terlihat seperti pria brengsek sekarang, memainkan hati dua wanita haha" tawa yang terdengar sakit dari mulut zoro membuat kuina diam, wanita itu meneruskan perjalanannya tanpa berniat berkata apapun lagi.

--------

Pria itu penuh kejutan, pemilik rambut hijau tersebut sekarang sibuk membenahi kardus yang seharusnya itu tugas y/n, piket hari ini milik mereka berdua tapi sepertinya hanya Zoro yang benar-benar bekerja

Mata y/n menatap kesal kearah mantan kekasihnya, "menyebalkan" hati gadis beranting perak tersebut merasa dipermainkan, setelah mengabaikannya sekarang membantunya, lalu mengabaikan lagi

"Aku benar-benar kesal, katakan padaku mengapa kita berpisah?" Nada yg terdengar rendah namun ditekan memasuki telinga Zoro

Pria hijau itu melirik sekilas, "aku tidak mencintaimu" jawaban singkat itu membuat suasana meredup, setidaknya kalimatnya mengandung unsur kejujuran

"Bukankah sejak awal pemenangnya memang kuina? wanita cantik yang mirip dengan tipe favoritmu, gadis yang menemanimu sedari kecil, bahkan kalian pernah menjadi kekasih" nada tenang seolah tau bahwa jawaban yang keluar dari mulut Zoro tidak seindah yang dibayangkan

Zoro mengangguk bersikap seakan perkataan y/n tidaklah salah, gadis itu mendekat kearah pria dihadapannya, "jadi mengapa saat itu kau menerimaku?, katakan padaku Zoro" tegasnya

Pria yang senantiasa memasang wajah dingin tersebut menunduk, berbisik kecil ditelinga gadisnya, "it's just a game" rendah, berat, tegas, menekan bahwa dari awal tidak ada dialog di kisah keduanya semua hanya aksara yang ditata oleh mimpi y/n

Keadaan menjadi lebih dingin, bagaimanapun jika itu hanya sebuah candaan tetap saja kata-kata itu keterlaluan, mata hitam tersebut terus mencari kebenaran dimanik hijau milik mantan kekasihnya

"Pembohong" dia mendengus, sekaligus mencoba menahan untuk tidak menjatuhkan air matanya

Tangan kecilnya meraih gagang pintu, gudang yang hanya berisi dua orang itu tidak mau terbuka, gadis itu mencoba beribu cara untuk membuka pintu rusak tersebut, namun tidak satupun hal membuat pintunya terbuka

Jari-jari tangan milik Zoro menangkap pergelangan gadisnya, membuat sang pemilik menatapnya, mata wanita itu bertanya mengapa Zoro mencekal tangannya, "kau hanya akan terluka" penjelasan singkat dari pria hijau tersebut kembali membuat suasana menjadi tenang

Mulutnya terbuka, dialog menyebalkan mulai muncul dari bibir gadis dihadapannya, dengusan malas, serta sumpah serapah yang terlontar untuknya. "Zoro aku ingin keluar, disini panas" ungkap wanita dengan rambut hitamnya

Telepon genggam memulai panggilan, pria tinggi tersebut menghubungi seseorang untuk membantu keduanya keluar dari gudang sekolah. "Hey jika ponselmu masih berfungsi mengapa tidak melakukannya dari tadi" sarkasnya melihat pria tersebut dengan santainya mengeluarkan ponsel

Dua menit berlalu setelah Zoro menutup teleponnya, ketukan ringan dari luar terdengar ditelinga keduanya, "Zoro kau didalam? tidak apa-apa bukan?" Nada khawatir yang keluar begitu lembut dari bibir kuina disana

Y/n menatap Zoro penuh pertanyaan, mengapa dari banyaknya orang yang dia kenal harus kuina yang datang?

Pelukan yang dilempar kuina kearah tubuh tegap Zoro membuat y/n menyingkir perlahan, tidak ada kesempatan, tidak ada celah baginya untuk masuk kembali. Hati pria itu, dan wajah pucat yang terpampang nyata dihadapannya, dahinya yang berkerut seolah menahan emosinya

Tangan besar pria tersebut meraihnya disaat tubuh tegapnya dipeluk oleh kuina, y/n menatapnya dengan mata merah yang siap kapanpun meneteskan air mata. Cara gadis itu menatap membuat Zoro menyadari bahwa dia melakukan kesalahan

"Lepaskan" tegas gadis dengan anting perak tersebut, kuina melepaskan pelukannya, dan Zoro melepaskan jari-jarinya dari pergelangan tangan y/n

Nafasnya masih memburu karena terjebak didalam ruangan kecil seperti gudang, namun kini nafas wanita kecil tersebut semakin berat melihat bagaimana Zoro menerima dengan mudah pelukan yang dilemparkan kuina padanya

Zoro tidak memiliki keberanian untuk mengejarnya, bagaimanapun pria itu tidak mungkin berlari dan mencekal kembali tangan kekasih hatinya tersebut, "itu pilihanku bukan?" gumamnya.

Langkah y/n yang semakin melambat, mata itu menatap sahabatnya, melihat Nami berdiri dihadapannya, wanita cantik yg menyukai jeruk tersebut membuka lebar tangannya, menyambut y/n kedalam pelukannya

"Shhhss... tidak apa-apa, sungguh semuanya akan berlalu" ungkap Nami sembari memeluk erat tubuh y/n. Wanita itu memberikan minuman ketika melihat y/n masih berusaha mengatur nafas

Mulut Nami tidak memiliki keberanian untuk bertanya. Setelah semua hal yang dia ketahui tentang sahabat dekatnya itu, Nami hanya akan menunggu, menanti mulut kecil temannya terbuka dengan penuh rela mengatakan masalahnya saat ini.

----------

Sekotak susu strawberry diatas mejanya, tidak ada tulisan apapun, susu yang membuat kisah manis antara asmara gadis tersebut dengan pria hijau diujung sana

Nami mengetuk pelan mejanya, membuatnya buyar dari lamunannya, "minumlah dan kembalilah bersemangat" kata Nami padanya, senyuman tipis diwajah y/n menjawab ungkapan Nami

Bohong rasanya bila dia tidak berharap, gadis berambut hitam pendek tersebut masih saja mengharapkan hadiah kecil dari mantan kekasihnya, susu kotak strawberry mengingatkannya pada kenangan lama, awal mula keduanya dekat

Entah berapa kali, entah berapa lama, buku itu harusnya sudah sampai pada akhirnya, ketika titik menjadi akhir kalimat dari bukunya. Harusnya wanita itu tidak berharap, harusnya y/n menyadari posisinya saat ini, hal-hal yang telah terjadi 'cukup', cukup menjelaskan mengapa y/n harus benar-benar selesai dengan perasaannya.

Kuina masuk dengan kotak bekal, meletakkannya diatas meja Zoro, si cantik tersebut duduk disamping Zoro, "obatmu" nadanya rendah dan halus, suara itu berbisik kecil pada telinga pria yang memiliki bekas anting tersebut

Kepalanya mengangguk mengiyakan bisikan kuina, melahap bekal serta obatnya, kuina kembali membuka suara, "Zoro, apakah kau benar-benar bahagia dengan ini?" Tanya kuina

Mata sayu pria itu melirik sekilas, "kau tidak lapar kuina?" pria itu mengalihkan pembicaraan, melarikan diri dari pertanyaan tersebut.

Wishes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang