#03 Sulung

4.1K 282 4
                                    

Enjoy~

"Kondisinya cukup baik, untung saja kau segera membawanya. Bayi yang kau temukan ini baru saja di lahirkan. Sepertinya setelah melahirkan, orang tuanya memotong tali pusarnya dan langsung membuangnya."

"Orang mana yang tega membuang anaknya sendiri? dasar bajingan." Jaehyun berucap marah, Renjun segera menenangkannya.

"Banyak orang-orang yang tak mau bertanggung jawab seperti itu, Jaehyun. Bisa jadi karena ekonomi, atau bisa jadi karena kehamilan di luar pernikahan. Banyak faktor penyebab terjadinya hal seperti ini."

Renjun menatap iba, tubuhnya ia baringkan untuk sejajar dengan bayi mungil yang tertidur pulas ini. Tangannya ia gerakkan untuk mengelus pipi merah dari bayi yang masih memerah itu, kemudian mengecup pucuk kepala mungil di hadapannya. Setelah menangis karena harus diberi injeksi, bayi mungil ini tertidur pulas di gendongan Jaehyun.

"Aku ingin menjadi ibunya."

"Apa kau yakin, Renjun? bayimu sebentar lagi akan lahir, apa tidak merepotkan? menjadi orang tua baru akan lebih susah." Ucap dokter Jungwoo, sepupu Jaehyun.

Renjun menatap Jaehyun lekat, "Kami akan merawatnya, lagi pula Jeno tidak akan kesepian nantinya karena memiliki hyung." ucap Jaehyun.

Setelah selesai dengan acara berbincang-bincang, Jungwoo memutuskan untuk pulang. Kini Jaehyun dan Renjun berada di kamar mereka, bayi mungil itu berada di kasur, sedangkan Jaehyun dan Renjun berada di sofa sembari memeluk satu sama lain.

"Apakah keputusan kita sudah tepat, sayang?"

"Kita akan membesarkannya, sayang. Merawatnya dengan penuh kasih, aku berjanji akan menjadi ayah yang baik untuknya. Kasih yang akan kuberikan untuknya sama besarnya seperti aku mengasihi Jung Jeno kita."

"Baik, aku akan sama berjanjinya seperti dirimu. Selanjutnya, anak sulung kita akan diberi nama siapa?"

Jaehyun nampak berpikir keras, namun Renjun telah menemukan nama untuk anaknya yang pertama lebih cepat.

"Jae? Jaemin? Jung Jaemin... menurutmu bagaimana suamiku?"

Tanpa berpikir panjang, Jaehyun mengangguk mantap. Jaemin? nama yang bagus, Jaehyun menyukainya.

"Jaemin anak mama yang tampan, sebentar lagi Nana akan memiliki adik kecil, Nana akan menjadi hyung kecil untuk Nono

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jaemin anak mama yang tampan, sebentar lagi Nana akan memiliki adik kecil, Nana akan menjadi hyung kecil untuk Nono." Renjun tersentak akibat ucapannya sendiri. Nana? mulutnya mengatakan panggilan itu tadi. Kemudian calon mama dua anak itu terkekeh akibat ucapannya sendiri.

"Nana, lucu sekali ya? apakah Jaemin suka dengan panggilan yang mama berikan? Nana dan Nono, lucu sekali."

Jaehyun membuka pintu kamarnya dengan Renjun, tersenyum bahagia saat melihat kesayangannya begitu menyayangi anak angkat mereka. Meskipun sejujurnya Jaehyun merasa sedikit asing karena Jaemin bukanlah anak dari darah dagingnya sendiri, tapi ia sudah bertekad untuk menyayangi anak angkatnya itu. Sama seperti ia menyayangi anak kandungnya sendiri.

"Sayang, saatnya meminum susu."

"Sebentar ya Jae? aku masih ingin menciumi putraku yang satu ini." Renjun semakin mengeratkan gendongannya, menciumi seluruh wajah bayi mungil yang berada di gendongannya tersebut.

"Jangan terlalu lelah ya? usia Nono kita sudah besar, kemarikan sayang, biar aku yang menggendongnya."

Renjun mengangguk, kemudian menyerahkan bayi mungil yang masih mengejamkan mata itu kepada Jaehyun. Rasa iba menjalar keseluruh hatinya.

"Anak tampan, papa akan menyayangimu nak. Maafkan papa jika kemarin papa belum bisa menunjukkan kasih sayang papa karena papa masih mencerna semua yang terjadi. Jung Jaemin anak hebat, kau akan menjadi hyung yang baik untuk adik-adikmu nanti." bisik Jaehyun tepat pada telinga kecil itu, kemudian untuk pertama kalinya Jaehyun mencium anak angkatnya. Hatinya menghangat seketika, dalam hati ia berucap kata maaf dan berjanji untuk menyayangi Jaemin sepenuh hati.

"Jaehyun, kurasa aku tidak terlalu suka dengan rasa ini. Aku lebih suka yang strawberry."

"Baiklah sayang, akan kusuruh Hendery untuk membelinya. Jangan diminum jika tidak suka ya?"

"Sayang, aku tidak akan membuangnya. Segelas ini akan tetap kuhabiskan."

"Kami sepakat memberi nama Jung Jaemin, ibu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kami sepakat memberi nama Jung Jaemin, ibu. Dia terlihat tampan meskipun wajahnya masih merah."

"..."

"Tidak, aku tidak merasa keberatan dan tidak lelah. Dia anak yang baik, tidak rewel dan lebih suka tertidur. Jenoku juga terlihat senang, ia semakin aktif ketika aku menggendong Jaemin. Ia senang memiliki hyung."

"..."

"Jaehyun tidak masalah dengan mengangkat Jaemin sebagai putra kami. Awalnya memang ia sedikit tidak bisa menerima keadaan baru dan terlihat sangat kaku, tapi kini ia terlihat sangat menyayangi putra sulung kami. Ia papa yang baik untuk Jaemin."

"..."

"Baiklah ibu, jangan lupa berkabar jika sudah bertemu dengan ibu dan ayah mertua. Selamat menikmati liburan ibu, ayah. Aku mencintai kalian."

Renjun menyudahi percakapannya dengan sang ibu, merebahkan tubuhnya yang kini lebih cepat lelah karena usia kehamilan yang semakin mendekati hari kelahiran putranya. Disisinya terdapat si mungil Jaemin yang sedang tertidur setelah kenyang oleh susu. Renjun memiringkan badannya menghadap sang anak, tersenyum lega ketika melihat putra sulung angkatnya tertidur tenang tanpa merasa terusik oleh kehadiran Renjun di sisinya.

Sedang memandangi Jaemin kecil, Renjun tidak menyadari kehadiran sang suami yang kini di kedua tangannya masing-masing membawa susu dan buah-buahan.

"Waktunya untuk makan buah, sayang."

Renjun kembali mendudukan dirinya di atas kasur, menerima piring berukuran kecil yang diberikan sang suami. Perutnya di elus halus oleh Jaehyun kala ia sedang sibuk memakan buah yang berada di piring.

"Tidak sabar melihat interaksi kedua anak kita, pasti mereka akan sangat lucu jika bermain bersama."

Renjun mengangguk setuju, terkekeh saat suaminya itu menciumi perutnya berkali-kali.

"Habiskan buahnya, setelah itu istirahatlah, sayang. Aku berada di ruang kerja, tekan bell jika kau membutuhkanku." Jaehyun mengecup bibir serta pucuk kepala sang istri sebelum membawa tubuhnya keluar dari kamarnya dengan Renjun.

















Tbc.

























iyaa, part ini lebih sedikit dari sebelumnya. sekali-kali aku double up meskipun jarak waktunya cukup panjang hehe🤍

oh iya, jika ada kesalahan pemahaman atau penulisan kata, aku meminta maaf untuk itu ya. aku penulis amatiran yang mengandalkan pemikiran pribadi karena kadang malas untuk mencari informasi hehe, nanti aku revisi ulang kalau penyakit malasku hilang 100%

JUNG'S FAMILY | JaerenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang